Share

Bab 132. Melindungi Chun Mei

Author: Zhang A Yu
last update Last Updated: 2025-08-20 00:03:46

Di paviliun Qingxin, suasana senyap hanya diwarnai suara hujan rintik-rintik yang jatuh di atas genting hijau tua. Aroma tanah basah merembes masuk lewat jendela yang setengah terbuka.

Chun Mei duduk bersila di permukaan bantalan empuk berlapis sutra tipis. Wajahnya tampak tenang, tetapi jemari halusnya yang bergerak menyentuh lembar catatan kecil itu memperlihatkan kehati-hatian yang terlampau hati-hati.

Pada meja rendah di hadapannya, tersusun banyak benda keseharian mulai dari kipas bundar berhias bunga plum, peralatan menyulam dan menjahit dengan benang berwarna lembut, tumpukan buku tipis berisi kisah-kisah klasik, serta beberapa potongan buah kering yang tersaji dalam piring kecil giok pucat.

Hanya saja, di antara semuanya, hanya selembar catatan kusam itulah yang dia perhatikan dengan serius.

Tulisan tangan rapi di atas kertas itu berisi daftar panjang buah dan sayuran yang banyak vitamin, serta juga makanan yang tidak boleh dia makan, yang diberi tanda silang.

Mata Chun M
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!   Bab 187. Kaisar Keras Kepala?

    Di paviliun Permaisuri Yuwen. Tawa pecah mengisi setiap sudut kamar permaisuri Yuwen. Tawa itu getir, parau, dan kosong Dibandingkan disebut menertawakan orang lain, tawa itu lebih layak disebut menertawakan diri sendiri. Di sela tawa, bola matanya berputar diikuti helaan napas kasar. Helaan berselimut ketidak habis pikir atas dirinya, yang kalah dari Chu Qiao. Ya! Dia merasa kalah dari wanita yang disebutnya pelayan bernyali besar itu! Tawa getirnya lantas mereda, menyisakan suara napas tersengal yang berulang kali tertahan. Mata indahnya memerah, bukan karena tangis, melainkan karena amarah yang terpendam; sulit dilampiaskan. Permaisuri Yuwen menegakkan punggung, tapi pundaknya bergetar halus. Dalam kesunyian, dia tahu dirinya bukan hanya dikalahkan, tapi juga dipermalukan. Selang beberapa saat. “Chu Qiao!” suara permaisuri Yuwen merendah, nyaris serupa desisan. “Wanita ini tidak boleh terus menerus di sisi Chun Mei,” katanya dengan geraman tertahan. Dua pelaya

  • Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!   Bab 186. Hadiah Dibalas Hadiah

    Empat pelayan berwajah sangar menyeruak masuk, langkah mereka berat dan berbaris dua arah, membawa cambuk kulit hitam yang menggulung di tangan serta balok kayu yang kokoh di bahu. Tampang mereka tak ubahnya algojo, sorot mata tanpa belas kasih, napas memburu, seolah hanya menunggu aba-aba darah tumpah di ruangan itu. Dan sebelum cambuk terayun .... Sebuah kilatan samar melesat di udara! Srtt! Dalam sekejap mata, Chu Qiao telah bergerak. Tubuhnya bagai bayangan kilat, meluncur cepat ke arah salah satu algojo. Cincin hitam yang melingkar di jarinya berkilau dingin, dan dengan satu gesekan mendatar, leher pelayan itu robek! Byur! Semburan darah merah pekat muncrat, memercik ke lantai batu, bahkan hampir mengenai ujung jubah sutra permaisuri Yuwen. Tubuh pelayan itu ambruk keras, matanya masih melotot tak percaya, sementara tangannya yang kokoh berusaha meraih lehernya sendiri sebelum akhirnya terkulai lemas, tak lagi bergerak. Suasana ruangan seketika membeku! Permaisur

  • Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!   Bab 185. Chu Qiao Penuh Nyali

    Fajar menyingsing perlahan. Kabut tipis menari di antara batang pinus dan dedaunan basah, seakan menyelubungi jalur hutan dengan selimut putih misterius. Derap langkah kuda menggema. Dua ekor kuda hitam gagah berlari kencang di barisan paling depan, surainya berkibar liar diterpa angin dingin pagi. Di atas salah satunya, Kaisar Lin Yi duduk tegak, wajahnya tanpa ekspresi, tapi sorot matanya tajam menembus kabut. Di belakangnya, jenderal Shang Que menunggang kuda hitam lain, tubuh tegapnya kokoh meski lengan masih berbalut perban putih yang kini ternodai merah samar. Di belakang mereka, selusin kuda coklat berderap tak kalah cepat. Para prajurit bayangan pilihan mengapit, formasi rapat dan teratur, laksana garis baja yang membelah kabut. Dari ketinggian langit, hitam dan coklat bergantian menyapu pandangan, kontras dengan hijau rimbun hutan yang basah sekaligus berkabut. Suara embusan napas kuda bercampur pekik elang yang terbang rendah di atas pucuk pohon, menambah nuansa

  • Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!   Bab 184. Hampir Fajar tapi Masalah Tak Kunjung Usai

    ”Nenek!” Seruan permaisuri Yuwen pecah, panik samar yang tadi dia sembunyikan kini meledak tanpa kendali. Wanita itu bahkan nyaris saja melompat dari ranjang, menyingkirkan pelayan yang ketakutan. “Lin Yi!” suara parau nenek permaisuri juga pecah di sela sakitnya, matanya menatap permaisuri Yuwen yang masih ditodong pedang, “jika kamu benar-benar menurunkan dia ke Qingxin, kalau kamu benar-benar menceraikannya, darah keluarga Lin akan tercabik! Kamu akan kehilangan sekutu terakhir yang setia di istana ini!” Tubuhnya bergetar semakin keras, dan brug, dia terjatuh sepenuhnya ke lantai, terkapar tak berdaya. Permaisuri Yuwen menjerit kecil, matanya merah, tangannya gemetar menekan dadanya sendiri. Dia menoleh ke Kaisar, wajah pucatnya bercampur amarah dan ketakutan. Permaisuri Yuwen. “...” Tanpa sempat berkata, Kaisar telah menjatuhkan pedang di tangannya begitu saja, lantas membopong tubuh neneknya meninggalkan kamar. “Panggil Tabib Jiang!” seru Kaisar. Langit kian teran

  • Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!   Bab 183. Kaisar Tidak Menginginkan yang Lain Kecuali Chun Mei

    Paviliun Permaisuri Yuwen malam itu sunyi. Kekacauan sebelumnya tidak menyisakan apapun. Kaisar tahu jenderal beserta bawahannya telah membereskan para pembunuh berkedok penari. Dan saat ini .... BRAK! Pintu kamar permaisuri Yuwen berguncang hebat dihantam dari luar, terbuka keras hingga hampir terlepas dari engselnya. Langkah berat terdengar, mengguncang lantai seakan tiap tapak kaki membawa badai. Kaisar Lin Yi muncul, jubah hitam satin masih menyelimuti tubuhnya, topeng perak telah dia tanggalkan, menyingkap wajah keras penuh amarah. Aura gelap yang menempel padanya membuat pelayan yang tengah memijat kaki permaisuri Yuwen seketika menyingkir, bersujud tanpa berani menoleh. Wajah Permaisuri Yuwen memucat. Gelas tonik di tangannya bergetar, hampir tumpah. Bahkan sebelum sempat berkata apa-apa, kilau tajam menyambar. Shiiing! Pedang panjang Kaisar Lin Yi telah terhunus, kilat dinginnya menebas udara, lalu berhenti hanya sejengkal dari leher halus sang Permaisuri. Ujun

  • Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!   Bab 182. Sia-sia

    Langkah Kaisar Lin Yi mantap tapi senyap, mengikuti bayangan pria berjubah hitam di hadapannya. Pria itu berjalan cepat, seolah-olah hanya ingin keluar dari hiruk pikuk pasar gelap. Namun, gerakan bahunya, yang sedikit kaku, serta langkahnya yang makin tergesa, terlalu jelas menunjukkan kegelisahan. Di bawah cahaya lampu minyak yang redup, sosok berjubah hitam itu menembus kerumunan, sesekali menoleh dengan ekor mata. Dan saat matanya menangkap sekilas bayangan tinggi besar bertopeng perak yang mengikuti, napasnya tercekat. Dia mempercepat langkah hingga hampir setengah berlari! Kaisar Lin Yi tidak terprovokasi. Dia tetap berjalan dengan langkah panjang yang mantap, tak menampakkan kegelisahan meski bayangan buruannya mulai menghilang di balik kerumunan di tengah jalur. Kerumunan padat orang-orang berwajah muram, transaksi rahasia yang sibuk dalam senyap, sekaligus kode rahasia. Hingga akhirnya, saat Kaisar melewati lorong sempit, sosok berjubah hitam itu benar-benar lenyap dari

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status