Home / Zaman Kuno / Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu! / Bab 131. Kemunculan Mendadak Jenderal

Share

Bab 131. Kemunculan Mendadak Jenderal

Author: Zhang A Yu
last update Last Updated: 2025-08-19 21:34:02

Malam itu, Chu Qiao tidak tidur.

Di dalam tenda yang pengap dan penuh desah napas para pekerja yang kelelahan, matanya tetap terjaga, menembus gelap. Kata-kata Da Jia terus terngiang di kepalanya.

Siapapun yang terlihat mendekat, akan langsung dieksekusi di tempat.

Kata-kata itu .... bagi Chu Qiao bukanlah ancaman yang layak ditakuti. Dan bagi seorang anggota pasukan bayangan, ancaman justru adalah medan uji.

Lantas, begitu fajar hampir merekah, dia bergerak. Diam-diam, tubuh rampingnya menyelinap keluar dari tenda tanpa menimbulkan suara. Langkahnya ringan, seolah menyatu dengan bayangan batu besar dan pepohonan kering di sekitar mulut tambang.

Lorong-lorong gelap dia susuri. Bau belerang dan logam menusuk hidung, udara lembap menempel di kulit. Pada akhirnya, dia menemukan jalur yang berbeda dari rute pekerja biasa, yakni sebuah goa sempit dengan dinding yang terlihat terlalu mulus untuk sekadar bekas tambang.

Dari celah kecil di batu, Chu Qiao mengintip.

Matanya tajam
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!   Bab 188. Ada Alasan

    Suasana tepi sungai seketika membeku! Suara kicau burung yang biasanya meramaikan hutan itu terasa lenyap, hanya desau angin di antara dedaunan yang terdengar samar. Jenderal Shang Que masih menatap Kaisar, napasnya memburu, dadanya naik turun seolah menahan gejolak yang sudah tak bisa lagi disimpan. Sementara Kaisar Lin Yi, dengan wajah dingin, seolah menimbang apakah dia harus marah, atau justru menerima kebenaran yang tak ingin dia dengar. Kedua pasang mata itu bertubrukan. Yang satu menyala karena cinta putus asa, yang lain membara karena rasa tanggung jawab yang tak bisa ditawar. Shang Que menunduk dalam-dalam, lalu bersuara kembali, kali ini lebih tenang, tapi tegas, seakan setiap kata yang keluar adalah sumpah. “Yang Mulia, jika anda jatuh, negara ini ikut runtuh. Jika Chun Mei kehilangan anda, itu luka bagi satu hati. Namun, jika rakyat kehilangan anda, itu kehancuran bagi ribuan jiwa. Anda lebih dibutuhkan sebagai Kaisar, bukan hanya sebagai seorang pria yang mencinta

  • Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!   Bab 187. Kaisar Keras Kepala?

    Di paviliun Permaisuri Yuwen. Tawa pecah mengisi setiap sudut kamar permaisuri Yuwen. Tawa itu getir, parau, dan kosong Dibandingkan disebut menertawakan orang lain, tawa itu lebih layak disebut menertawakan diri sendiri. Di sela tawa, bola matanya berputar diikuti helaan napas kasar. Helaan berselimut ketidak habis pikir atas dirinya, yang kalah dari Chu Qiao. Ya! Dia merasa kalah dari wanita yang disebutnya pelayan bernyali besar itu! Tawa getirnya lantas mereda, menyisakan suara napas tersengal yang berulang kali tertahan. Mata indahnya memerah, bukan karena tangis, melainkan karena amarah yang terpendam; sulit dilampiaskan. Permaisuri Yuwen menegakkan punggung, tapi pundaknya bergetar halus. Dalam kesunyian, dia tahu dirinya bukan hanya dikalahkan, tapi juga dipermalukan. Selang beberapa saat. “Chu Qiao!” suara permaisuri Yuwen merendah, nyaris serupa desisan. “Wanita ini tidak boleh terus menerus di sisi Chun Mei,” katanya dengan geraman tertahan. Dua pelaya

  • Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!   Bab 186. Hadiah Dibalas Hadiah

    Empat pelayan berwajah sangar menyeruak masuk, langkah mereka berat dan berbaris dua arah, membawa cambuk kulit hitam yang menggulung di tangan serta balok kayu yang kokoh di bahu. Tampang mereka tak ubahnya algojo, sorot mata tanpa belas kasih, napas memburu, seolah hanya menunggu aba-aba darah tumpah di ruangan itu. Dan sebelum cambuk terayun .... Sebuah kilatan samar melesat di udara! Srtt! Dalam sekejap mata, Chu Qiao telah bergerak. Tubuhnya bagai bayangan kilat, meluncur cepat ke arah salah satu algojo. Cincin hitam yang melingkar di jarinya berkilau dingin, dan dengan satu gesekan mendatar, leher pelayan itu robek! Byur! Semburan darah merah pekat muncrat, memercik ke lantai batu, bahkan hampir mengenai ujung jubah sutra permaisuri Yuwen. Tubuh pelayan itu ambruk keras, matanya masih melotot tak percaya, sementara tangannya yang kokoh berusaha meraih lehernya sendiri sebelum akhirnya terkulai lemas, tak lagi bergerak. Suasana ruangan seketika membeku! Permaisur

  • Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!   Bab 185. Chu Qiao Penuh Nyali

    Fajar menyingsing perlahan. Kabut tipis menari di antara batang pinus dan dedaunan basah, seakan menyelubungi jalur hutan dengan selimut putih misterius. Derap langkah kuda menggema. Dua ekor kuda hitam gagah berlari kencang di barisan paling depan, surainya berkibar liar diterpa angin dingin pagi. Di atas salah satunya, Kaisar Lin Yi duduk tegak, wajahnya tanpa ekspresi, tapi sorot matanya tajam menembus kabut. Di belakangnya, jenderal Shang Que menunggang kuda hitam lain, tubuh tegapnya kokoh meski lengan masih berbalut perban putih yang kini ternodai merah samar. Di belakang mereka, selusin kuda coklat berderap tak kalah cepat. Para prajurit bayangan pilihan mengapit, formasi rapat dan teratur, laksana garis baja yang membelah kabut. Dari ketinggian langit, hitam dan coklat bergantian menyapu pandangan, kontras dengan hijau rimbun hutan yang basah sekaligus berkabut. Suara embusan napas kuda bercampur pekik elang yang terbang rendah di atas pucuk pohon, menambah nuansa

  • Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!   Bab 184. Hampir Fajar tapi Masalah Tak Kunjung Usai

    ”Nenek!” Seruan permaisuri Yuwen pecah, panik samar yang tadi dia sembunyikan kini meledak tanpa kendali. Wanita itu bahkan nyaris saja melompat dari ranjang, menyingkirkan pelayan yang ketakutan. “Lin Yi!” suara parau nenek permaisuri juga pecah di sela sakitnya, matanya menatap permaisuri Yuwen yang masih ditodong pedang, “jika kamu benar-benar menurunkan dia ke Qingxin, kalau kamu benar-benar menceraikannya, darah keluarga Lin akan tercabik! Kamu akan kehilangan sekutu terakhir yang setia di istana ini!” Tubuhnya bergetar semakin keras, dan brug, dia terjatuh sepenuhnya ke lantai, terkapar tak berdaya. Permaisuri Yuwen menjerit kecil, matanya merah, tangannya gemetar menekan dadanya sendiri. Dia menoleh ke Kaisar, wajah pucatnya bercampur amarah dan ketakutan. Permaisuri Yuwen. “...” Tanpa sempat berkata, Kaisar telah menjatuhkan pedang di tangannya begitu saja, lantas membopong tubuh neneknya meninggalkan kamar. “Panggil Tabib Jiang!” seru Kaisar. Langit kian teran

  • Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!   Bab 183. Kaisar Tidak Menginginkan yang Lain Kecuali Chun Mei

    Paviliun Permaisuri Yuwen malam itu sunyi. Kekacauan sebelumnya tidak menyisakan apapun. Kaisar tahu jenderal beserta bawahannya telah membereskan para pembunuh berkedok penari. Dan saat ini .... BRAK! Pintu kamar permaisuri Yuwen berguncang hebat dihantam dari luar, terbuka keras hingga hampir terlepas dari engselnya. Langkah berat terdengar, mengguncang lantai seakan tiap tapak kaki membawa badai. Kaisar Lin Yi muncul, jubah hitam satin masih menyelimuti tubuhnya, topeng perak telah dia tanggalkan, menyingkap wajah keras penuh amarah. Aura gelap yang menempel padanya membuat pelayan yang tengah memijat kaki permaisuri Yuwen seketika menyingkir, bersujud tanpa berani menoleh. Wajah Permaisuri Yuwen memucat. Gelas tonik di tangannya bergetar, hampir tumpah. Bahkan sebelum sempat berkata apa-apa, kilau tajam menyambar. Shiiing! Pedang panjang Kaisar Lin Yi telah terhunus, kilat dinginnya menebas udara, lalu berhenti hanya sejengkal dari leher halus sang Permaisuri. Ujun

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status