Share

Bab 152. Tidak Menemukan Bukti

Author: Zhang A Yu
last update Last Updated: 2025-08-28 20:37:33

Di Paviliun Qingxin.

Kaisar tiba sendirian, langkahnya nyaris tanpa suara. Wajahnya tegang, sorot matanya tajam, memancarkan perpaduan antara kecurigaan dan harapan. Ini adalah tempat di mana Chun Mei tinggal sebelum perjalanannya ke Anhui, dan Kaisar tahu, jika ada rahasia, tempat ini yang akan menyimpannya.

​Setelah memasuki kamar, dia tidak membuang waktu. Tanpa ragu, dia langsung menggeledah. Gerakannya dramatis dan cepat, tidak seperti seorang kaisar yang terbiasa dilayani, melainkan seperti pemburu yang sedang mencari mangsa.

Tangannya menyapu setiap permukaan, laci-laci ditarik keluar dengan bunyi berderit pelan. Isinya dibongkar, isinya digeser-geser.

​Dia memeriksa tumpukan pakaian yang rapi, menyingkapnya satu per satu, mencari apa pun yang tidak seharusnya ada di sana.

Dia bahkan membuka kotak-kotak perhiasan dan guci-guci porselen, seolah mengharapkan menemukan petunjuk yang lebih besar daripada perhiasan atau parfum.

​Kemudian, perhatiannya beralih ke ranjang.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
titin kurniasih
ya Allah pelit banget
goodnovel comment avatar
Siti Rahmani
pelit amat updete nya cuman 1 sehari,
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!   Bab 182. Sia-sia

    Langkah Kaisar Lin Yi mantap tapi senyap, mengikuti bayangan pria berjubah hitam di hadapannya. Pria itu berjalan cepat, seolah-olah hanya ingin keluar dari hiruk pikuk pasar gelap. Namun, gerakan bahunya, yang sedikit kaku, serta langkahnya yang makin tergesa, terlalu jelas menunjukkan kegelisahan. Di bawah cahaya lampu minyak yang redup, sosok berjubah hitam itu menembus kerumunan, sesekali menoleh dengan ekor mata. Dan saat matanya menangkap sekilas bayangan tinggi besar bertopeng perak yang mengikuti, napasnya tercekat. Dia mempercepat langkah hingga hampir setengah berlari! Kaisar Lin Yi tidak terprovokasi. Dia tetap berjalan dengan langkah panjang yang mantap, tak menampakkan kegelisahan meski bayangan buruannya mulai menghilang di balik kerumunan di tengah jalur. Kerumunan padat orang-orang berwajah muram, transaksi rahasia yang sibuk dalam senyap, sekaligus kode rahasia. Hingga akhirnya, saat Kaisar melewati lorong sempit, sosok berjubah hitam itu benar-benar lenyap dari

  • Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!   Bab 181. Ke Pasar Gelap Sendiri.

    Jarum perak satu per satu menusuk titik di sekitar bahu dan punggung Chun Mei. Tangan tabib Jiang cekatan, matanya penuh konsentrasi. Setiap tusukan membuat tubuh wanita itu sedikit bergetar, napasnya tersengal, tapi jubah tipis yang dikenakannya menjaga martabatnya tetap utuh. Bagian belakang jubah telah disobek, membiarkan luka menganga jelas terlihat agar racun bisa ditangani. Kemudian tabib Jiang mengeluarkan botol kecil berisi ramuan berwarna kehijauan, aroma getirnya menusuk hidung. Dengan hati-hati, dia meneteskan cairan itu ke luka, membuat darah beracun kembali merembes keluar, jatuh ke mangkuk tembaga yang kini sudah dipenuhi cairan hitam kehijauan. “Bertahanlah, Ratu Chun,” bisik tabib tua itu lirih, meski tahu kesadaran wanita itu hampir lenyap. Jemari lentiknya yang lemah masih menggenggam sehelai ujung jubah emas, seakan mencari jejak kehadiran seseorang yang kini sudah tidak ada di sisi. Sementara itu, di luar paviliun naga emas, langkah Kaisar Lin Yi terdenga

  • Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!   Bab 180. Racun Hama Pasir Hitam

    Kaisar Lin Yi menekan luka itu lebih keras, hingga darah hitam bercampur pekat merembes di sela jemarinya. Kemudian, tanpa ragu Kaisar menunduk, bibirnya menyentuh kulit pucat di sekitar luka. Dengan satu tarikan keras, dia menghisap darah beracun itu. Rasa pahit dan getir logam bercampur racun segera memenuhi lidahnya, membuat kepalanya berdenyut, tapi dia meludahkan cairan itu ke permukaan lantai di samping ranjang, lalu kembali menekankan bibirnya ke luka. Chun Mei menggigil, tubuhnya bergetar, tetapi suara lirihnya tetap terdengar. “Yang Mulia, jangan.” “Diam!” Kaisar membentak, tapi nada suaranya pecah, nyaris seperti tangisan. “Aku perintahkan kamu tetap sadar!” Kedua tangannya, yang satu menahan luka, yang lain menggenggam tangan Chun Mei erat; jemari besar dan kasar itu meremas lembut tangan wanita yang dingin bagai es. Setelah beberapa kali hisapan, darah berwarna lebih gelap mulai keluar, disertai semburat biru di bibir Kaisar. Namun, matanya tetap tajam, berkilat penuh

  • Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!   Bab 179. Panah Terkutuk

    Anak panah dari belakang berhasil menancap di punggung Chun Mei! Kaisar Lin Yi mendekap Chun Mei erat di pelukannya, kain wanita itu dalam waktu singkat telah ternoda darah yang hangat, membasahi dada Kaisar. Tubuhnya yang tinggi besar berlari menembus barisan, sementara di belakangnya, Shang Que dan Chu Qiao bertarung bagai singa, pedang mereka berkilat di bawah cahaya lampu minyak. “Lindungi jalan Kaisar!” perintah jenderal Shang Que, suaranya bergemuruh menggetarkan dada siapa pun yang mendengar. Para pengawal istana segera membentuk perisai hidup, menebas 'penari' yang mencoba merangsek. Denting pedang beradu dengan teriakan parau, udara pengap dipenuhi debu, darah, dan aroma arak tumpah. Kaisar tak menoleh sedikit pun, meski bayangan pedang beberapa kali nyaris menyambar punggungnya. Setiap langkahnya berat tapi mantap, hanya fokus pada sosok Chun Mei di pelukan yang sudah pucat, matanya berusaha tetap terbuka, hanya saja kelopak mata wanita itu semakin berat. Dengan

  • Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!   Bab 178. Pembunuh Mengelabui

    Tatapan Chu Qiao bagai mata elang yang menembus kabut! Wanita itu tidak bergerak, hanya matanya yang terus mengawasi, meneliti tiap detail. Penari di depan Shang Que masih berputar anggun, tetapi Chu Qiao tidak terkecoh oleh lenggok tubuh atau senyum menggoda. Fokusnya terkunci pada kilau samar di balik lengan gaun penari itu, berupa belati tersembunyi yang setiap saat bisa menyambar. Dari posisinya, dia seakan terpisah dari dunia ramai di sekelilingnya. Di depan sana, Kaisar Lin Yi meneguk arak dengan gerakan mantap, berwibawa, seolah setiap tegukan adalah pernyataan kuasa. Sorot matanya tetap tajam meski bibirnya menempel di tepi cawan, menunjukkan bahwa dia tidak pernah lengah walau sedang berpesta. Permaisuri Yuwen di sisi lain tersenyum anggun, menggigit pelan sepotong kue mungil. Gerakannya lembut, tenang, begitu berhati-hati menampilkan citra sempurna di hadapan para bangsawan. Wajahnya berseri-seri, penuh rasa bangga yang tak bisa dia samarkan karena hari ini adalah pangg

  • Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!   Bab 177. Situasinya Tidak Biasa

    Hari berikutnya. Paviliun utama kediaman permaisuri Yuwen telah dipersiapkan dengan cermat. Tirai-tirai sutra merah muda digantung di setiap sisi, lentera emas bergantungan, memantulkan cahaya lembut yang membuat ruangan tampak hangat sekaligus agung. Meja-meja kecil dipenuhi buah segar, kue-kue manis, dan teko arak harum. Permaisuri Yuwen duduk di kursi kehormatan, gaun sutranya yang berwarna ungu keemasan berkilau, dihiasi sulaman burung phoenix. Wajahnya bersinar, bukan hanya karena tata rias yang sempurna, melainkan karena kabar yang ingin dia tunjukkan pada dunia. Tangannya sesekali menyentuh perut yang belum begitu terlihat membesar, tapi cukup bagi siapa pun untuk mengerti maksudnya. Hari ini bukan perjamuan megah, hanya sebuah acara perayaan kecil yang dibuat seolah santai. Namun, setiap orang tahu, acara ini adalah cara Permaisuri Yuwen mengumumkan kehamilannya ke publik istana. Para tamu yang hadir sebagian besar berasal dari keluarga bangsawan terkemuka. Mereka para ist

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status