Share

Bab 159. Harus Melarikan Diri

Author: Zhang A Yu
last update Last Updated: 2025-09-01 11:51:13

Pedang yang nyaris menembus tubuh Chun Mei tertahan di udara.

Kilatan logam beradu, percikan api kecil memercik di udara kamar yang temaram. Tubuh Chun Mei tersentak, wajahnya pucat pasi, napasnya terhenti sejenak.

Bayangan lain berdiri di hadapannya. Itu bukan Chu Qiao, melainkan seorang pria berpakaian hitam, sama gelapnya dengan penyusup pertama, tetapi geraknya berbeda; mantap, terukur, cepat.

Denting bilah senjata memenuhi kamar, irama keras yang membuat api kecil di sudut ruangan bergoyang-goyang.

Chu Qiao tetap pada ranjang, sorot matanya dingin, jemarinya meraih perlahan sebuah belati yang masih terbungkus dari balik bantalnya. Wajah wanita itu tenang, seolah pertarungan yang berlangsung hanya sekadar angin lalu.

Benturan pedang makin cepat. Tubuh pria misterius itu lincah, setiap gerakannya memotong ruang, menekan lawan hingga terpojok.

Dinding kayu bergetar saat tubuh penyusup mental, menabrak keras hingga debu berjatuhan. Pedangnya terlepas, terhantam lantai, berputar
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Renatha Susanti
punya kok cuman 1
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!   Bab 179. Panah Terkutuk

    Anak panah dari belakang berhasil menancap di punggung Chun Mei! Kaisar Lin Yi mendekap Chun Mei erat di pelukannya, kain wanita itu dalam waktu singkat telah ternoda darah yang hangat, membasahi dada Kaisar. Tubuhnya yang tinggi besar berlari menembus barisan, sementara di belakangnya, Shang Que dan Chu Qiao bertarung bagai singa, pedang mereka berkilat di bawah cahaya lampu minyak. “Lindungi jalan Kaisar!” perintah jenderal Shang Que, suaranya bergemuruh menggetarkan dada siapa pun yang mendengar. Para pengawal istana segera membentuk perisai hidup, menebas 'penari' yang mencoba merangsek. Denting pedang beradu dengan teriakan parau, udara pengap dipenuhi debu, darah, dan aroma arak tumpah. Kaisar tak menoleh sedikit pun, meski bayangan pedang beberapa kali nyaris menyambar punggungnya. Setiap langkahnya berat tapi mantap, hanya fokus pada sosok Chun Mei di pelukan yang sudah pucat, matanya berusaha tetap terbuka, hanya saja kelopak mata wanita itu semakin berat. Dengan

  • Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!   Bab 178. Pembunuh Mengelabui

    Tatapan Chu Qiao bagai mata elang yang menembus kabut! Wanita itu tidak bergerak, hanya matanya yang terus mengawasi, meneliti tiap detail. Penari di depan Shang Que masih berputar anggun, tetapi Chu Qiao tidak terkecoh oleh lenggok tubuh atau senyum menggoda. Fokusnya terkunci pada kilau samar di balik lengan gaun penari itu, berupa belati tersembunyi yang setiap saat bisa menyambar. Dari posisinya, dia seakan terpisah dari dunia ramai di sekelilingnya. Di depan sana, Kaisar Lin Yi meneguk arak dengan gerakan mantap, berwibawa, seolah setiap tegukan adalah pernyataan kuasa. Sorot matanya tetap tajam meski bibirnya menempel di tepi cawan, menunjukkan bahwa dia tidak pernah lengah walau sedang berpesta. Permaisuri Yuwen di sisi lain tersenyum anggun, menggigit pelan sepotong kue mungil. Gerakannya lembut, tenang, begitu berhati-hati menampilkan citra sempurna di hadapan para bangsawan. Wajahnya berseri-seri, penuh rasa bangga yang tak bisa dia samarkan karena hari ini adalah pangg

  • Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!   Bab 177. Situasinya Tidak Biasa

    Hari berikutnya. Paviliun utama kediaman permaisuri Yuwen telah dipersiapkan dengan cermat. Tirai-tirai sutra merah muda digantung di setiap sisi, lentera emas bergantungan, memantulkan cahaya lembut yang membuat ruangan tampak hangat sekaligus agung. Meja-meja kecil dipenuhi buah segar, kue-kue manis, dan teko arak harum. Permaisuri Yuwen duduk di kursi kehormatan, gaun sutranya yang berwarna ungu keemasan berkilau, dihiasi sulaman burung phoenix. Wajahnya bersinar, bukan hanya karena tata rias yang sempurna, melainkan karena kabar yang ingin dia tunjukkan pada dunia. Tangannya sesekali menyentuh perut yang belum begitu terlihat membesar, tapi cukup bagi siapa pun untuk mengerti maksudnya. Hari ini bukan perjamuan megah, hanya sebuah acara perayaan kecil yang dibuat seolah santai. Namun, setiap orang tahu, acara ini adalah cara Permaisuri Yuwen mengumumkan kehamilannya ke publik istana. Para tamu yang hadir sebagian besar berasal dari keluarga bangsawan terkemuka. Mereka para ist

  • Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!   Bab 176. Diujung Keputusasaan

    Paviliun Qingxin begitu sunyi. Di taman kecilnya, Selir Mu Fei duduk seorang diri di kursi kayu tanpa sandaran, tubuhnya condong ke depan dengan kepala bersandar lemah di atas meja batu. Gaun yang membalutnya tampak kusut, warnanya pudar tertimpa cahaya sore yang suram. Rambut panjangnya sebagian terlepas dari sanggul, helai-helai kusut itu menutupi pipi pucatnya. Wajah yang dulu selalu dilabeli cantik mulus bak tanpa pori-pori, kini tampak kendur, kusam, seperti menua dalam semalam. Matanya setengah terpejam, tatapan kosongnya mengarah ke kolam kecil yang permukaannya beriak ringan. Namun, tidak ada kehidupan dalam sorotnya, seolah jiwa sudah meninggalkan tubuh, hanya cangkang rapuh yang tertinggal. Angin berhembus membawa guguran dedaunan kering, menempel di kain bajunya tanpa dia pedulikan. Aroma lembap dari batu-batu berlumut seolah meresap, membuat kesuraman itu semakin pekat. Seluruh paviliun itu, dengan bangunannya yang sederhana dan taman yang tampak terabaikan, menambah

  • Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!   Bab 175. Salah Mencari Lawan

    Di paviliun permaisuri Yuwen. Salah satu pelayan wanita itu baru saja berbisik, melaporkan kedatangan Chun Mei, yang sekarang masih berjalan di jalan berbatu taman luar. Permaisuri Yuwen yang ada di kamarnya pun menoleh, melempar pandangannya ke luar. Tatapan wanita itu langsung jatuh ke sosok Chun Mei, yang kini masih melangkah ringan. Lalu, beralih pada Chu Qiao yang menyusul di belakangnya. Sepasang mata permaisuri Yuwen menyipit tanpa sadar, memperhatikan wajah Chu Qiao yang tidak berekspresi; tenang bagaikan batu giok yang tak bisa dibaca, tapi justru itulah yang membuat permaisuri Yuwen menaruh perhatian lebih. “Apa dia pelayan yang menemani Chun Mei di pondok Anhui?” Permaisuri Yuwen bertanya. Pelayannya mengikuti arah pandang sang nyonya sebelum mengangguk mengiyakan. “Iya, Yang Mulia.” Dagu permaisuri Yuwen sedikit terangkat. Ada sesak, yang dia lampiaskan dengan helaan napas berat. Dia tahu, pelayan yang dimaksud bukan sembarang pelayan. Hanya dalam waktu

  • Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!   Bab 174. Intrik Permaisuri dan Ratu

    Permaisuri Yuwen seketika membeku. Ujung jarinya yang masih menggenggam tangan Chun Mei perlahan mengeras, sebelum buru-buru dia tarik kembali. Seolah baru saja menyentuh bara, napasnya sedikit tertahan, matanya yang dingin berubah tegang. Dalam batinnya, dia menyesal telah berkata demikian. Hanya saja, wajah Permaisuri Yuwen tetap dipaksakan anggun, senyumnya samar, tapi di baliknya ada segurat kegelisahan yang sulit ditutupi. Dia menundukkan kepalanya sesaat, seakan menutupi sorot mata yang sempat goyah. Sementara Chun Mei masih berdiri tegak, senyumnya terjaga indah. Bukan senyum ramah, melainkan senyum tipis yang menutupi ribuan makna. Tidak menusuk, tidak pula hangat, cukup untuk membuat lawan bicaranya merasa terjebak dalam ruang tanpa pintu keluar. “Ah.” Dan permaisuri Yuwen lanjut memecahkan ketegangan sendiri. “Jadi kabar itu tidak benar, yah? Para pelayan memang pintar bergosip.” Permaisuri Yuwen secara tak langsung melimpahkan masalah pada pelayan. Padahal Chun

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status