Home / Zaman Kuno / Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu! / Bab 7. Melangkah Harus Hati-hati.

Share

Bab 7. Melangkah Harus Hati-hati.

Author: Zhang A Yu
last update Last Updated: 2025-06-16 20:51:08

Sore hari, di Paviliun Qingxin.

Langit mulai memerah, seolah malu dengan segala tipu daya yang menyelimuti istana.

Di halaman kecil Paviliun Qingxin, para pelayan menunduk sopan saat sebuah kotak kayu bersulam bunga teratai dibawa masuk. Di atasnya tersemat kartu kecil bertinta hitam.

“Dari Selir Mu Fei, ucapan simpati atas hari-hari sulitmu.”

Chun Mei belum menyentuh kotaknya saat pelayan membukanya dengan hati-hati.

Tampaklah kalung mutiara berkilau, tergeletak anggun di atas bantalan merah beludru. Mutiara-mutiara itu bersinar seperti tetesan embun di pagi hari, indah, nyaris tak nyata.

Para pelayan terpana!

Sedangkan Chun Mei hanya menatapnya dalam diam. Sorot matanya berbeda dari yang lain. Ada kecurigaan halus yang tersembunyi di balik tatapan tenangnya.

Dengan jemari ringan, dia mengambil sehelai sapu tangan dan menyentuh permukaan mutiara.

Tak sampai dua detik.

Seketika, sapu tangan itu menghitam di ujungnya. Tipis, nyaris tak terlihat, namun cukup bagi mata seseora
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!   Bab 123. Nyaris Mati

    “Siapa di sana?!” Seruan keras seorang pria memecah sunyi di tepi sungai. Tiga pelayan yang sedang menahan Liu Ning sontak terkejut. Tatapan mereka saling bertemu, penuh kepanikan. Tanpa pikir panjang, mereka serentak melepaskan Liu Ning begitu saja. Tubuh gadis itu terhempas ke tanah becek di tepi sungai, terdengar suara berat dari dadanya yang berusaha mencari udara. Rambutnya menempel di wajah, bibirnya membiru, matanya merah basah, nyaris kehilangan kesadaran. “Cepat lari! Kalau ketahuan kita bisa habis!” bisik salah satu pelayan panik. Mereka bertiga segera menerobos semak belukar dan ilalang tinggi tanpa menoleh ke belakang, langkah-langkah mereka terburu, meninggalkan Liu Ning tergeletak sendirian. Air sungai terus bergemuruh, seakan menyaksikan penderitaannya. Beberapa saat kemudian, dari arah jalur setapak, seorang pria muncul. Pakaian prajurit membalut tubuh tegapnya, tombak panjang tergenggam di tangan. Sorot matanya tajam, terlatih untuk membaca keadaan. Di

  • Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!   Bab 122. Efeknya Mengerikan

    “Selir Agung!” Nyonya Xu mendorong seorang pelayan muda masuk ke dalam ruangan. Wajahnya pucat, rambutnya kusut, matanya merah berair seolah tak tidur semalam suntuk. Gerakannya gelisah, tangannya terus-menerus meremas jubahnya sendiri. Selir Agung yang tengah bersandar di kursi berlapis sutra mengangkat kepala perlahan. Seketika, alisnya terangkat tipis. Itu pelayan yang beberapa waktu lalu dia jadikan ‘kelinci percobaan’. Kali ini penampilan pelayan polos itu benar-benar berbeda. Sorot matanya kosong sekaligus berkilat aneh, ada bekas goresan di pergelangan tangannya, sedikit tampak dari balik lengan jubahnya. Gerakannya terguncang, seperti orang yang tengah kecanduan sesuatu yang tak kasat mata. Pelayan itu terhuyung ke depan, hampir jatuh berlutut. Dengan suara serak, dia memohon, “Nyonya, wewangian itu, berikan lagi pada hamba, hamba mohon. Tanpa aromanya, dada hamba sesak, kepala hamba berdenyut, hamba bisa gila!” Matanya membelalak, tangannya meraih ke udara, seolah ingin

  • Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!   Bab 121. Chu Qiao Mengikuti Persyaratan Jenderal

    Di dalam kamar gelap itu, hanya satu pelita kecil di sudut yang memancarkan cahaya redup. Chu Qiao duduk bersila di lantai, gaun merahnya kusut dan sedikit robek di bagian bahu, napasnya masih belum sepenuhnya teratur. Tangannya membuka lipatan peta yang tadi nyaris mengorbankan nyawanya. Kertas tua itu memancarkan aroma lembab yang khas, dengan garis-garis halus yang membentuk jalur-jalur rahasia dan tanda-tanda yang hanya bisa dibaca oleh orang tertentu. Dia mengamati dengan seksama, matanya bergerak cepat mengikuti setiap garis. Kemudian, perlahan, dia mengangkat pewarna bibir yang diambil langsung dari bibirnya. Dengan ujungnya, dia memberi tanda bulat kecil berwarna merah di beberapa titik peta. Titik-titik itu adalah lokasi yang pernah dia datangi, yakni markas pelatihan pasukan tersembunyi Zhuge Liang. Tempat-tempat itu masih aktif hingga sekarang. Hanya tersisa dua titik terakhir yang belum dia jamah. Di salah satunya, dia yakin, Zhuge Liang bersembunyi. Bibirnya men

  • Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!   Bab 120. Kecepatan Diperlukan

    Chu Qiao melangkah masuk dengan gerakan anggun, kain gaunnya melambai pelan seperti disapu angin tipis.Dia membawa pipa berukir halus, serta permukaan kayu mengilap. Aroma cendana yang samar mengikuti, menambah kesan misterius pada kehadirannya.Tuan Ding duduk bersandar di kursi rendah berlapis beludru merah. Satu tangan memegang cawan arak, tangan lainnya bertumpu di sandaran kursi. Bibirnya melengkung membentuk senyum puas ketika melihat wanita itu menghampiri.“Silakan,” suaranya berat, tapi mengandung nada memerintah.Chu Qiao menunduk sopan. Dia duduk di atas bantal tipis di hadapannya. Dia meletakkan pipa di pangkuan, jemari lentiknya menyentuh senar dengan kelembutan seorang perawan desa, tapi matanya menyimpan ketajaman yang tak pernah tumpul.Nada pertama mengalun, bening, jernih, seperti tetes embun jatuh di permukaan batu. Nada berikutnya menyusul, membentuk alunan melodi yang mengisi ruangan, mengalahkan suara riuh di bawah. Gerakan jemarinya lincah dan terukur, sementar

  • Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!   Bab 119. Malam ini Chu Qiao di Rumah Bordil

    Di kediaman jenderal.Uap panas mengepul memenuhi ruangan dengan aroma kayu pinus yang samar. Air dalam bak mandi beriak pelan setiap kali jenderal Shang Que bergerak. Bahunya yang lebar terendam sebagian, otot-otot punggungnya tampak tegang, meski air hangat seharusnya mampu membuat tubuh rileks. Rambutnya yang panjang dan basah terurai di permukaan air, sebagian lagi menempel di kulitnya.Di balik papan rendah berlukis danau dengan bunga teratai, suara langkah kaki terdengar sebelum terhenti tepat di luar bak mandi.“Jenderal,” suara itu datar, tapi penuh hormat, “informasi tentang Chu Qiao sudah kami peroleh.”Shang Que tidak segera menjawab. Dia hanya memiringkan kepalanya sedikit, isyarat agar bawahannya melanjutkan.“Dia lahir dari keluarga petani di perbatasan barat, hidup berpindah-pindah mengikuti musim panen. Ayah dan ibunya meninggal saat dia berusia tujuh belas tahun. Sejak berusia 9 tahun, dia berlatih bela diri sendiri dengan bimbingan seorang pedagang keliling yang pern

  • Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!   Bab 118. Hukuman Mati Secara Perlahan

    Kaisar Lin Yi menunduk sedikit, sorot matanya dingin menembus ke arah wanita tua yang kini masih terduduk di lantai. “Kepala ini tidak akan berada di sini kalau dia tidak menyebut satu nama sebelum mati.” Pelayan pribadi Nenek Permaisuri menunduk lebih dalam, bahunya bergetar. Sehelai rambutnya jatuh menutupi pipi yang memucat. Dia tahu, sedikit saja salah gerak, kepalanya bisa menjadi yang berikutnya. “Aku hanya ingin mendengar dari mulut Nenek,” lanjut Kaisar pelan, setiap katanya seperti setetes air yang jatuh di permukaan batu; lambat tapi menghantam tepat sasaran. “Nenek pasti tidak asing dengan wajah ini, dan kalau sudah merasa demikian, Nenek juga pasti tahu kenapa kepalanya bisa sampai di sini.” Nenek Permaisuri mencoba bicara, hanya saja suaranya tercekat, nyaris tak terdengar. “Yi'er, hanya karena Chun Mei, kamu bertindak sekejam ini.” “Hanya karena Chun Mei?” ulang Kaisar diikuti tawa sumbang, yang terasa memekakkan telinga nenek Permaisuri maupun pelayannya. Seumur-

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status