Share

Pamit

Akhirnya mereka pergi dari sana dan mulai besok Dayana akan bekerja tanpa henti. Pagi sampai siang, ia akan menari di alun-alun dan dari sore sampai tengah malam ia akan bekerja di Bar. Selama 2 bulan berjalan bekerja banting tulang tanpa lelah di dua tempat membuatnya sangat lelah dan nyeri akan tubuhnya namun di dalam pikiran dan hatinya ia memikirkan anaknya. Dayana sangat merindukan sosok Kelly.

Selama di Bar cukup baik karena Alex kadang menjaganya apabila ada orang yang bersikap sarkas padanya tetapi untuk sekedar menemani minum ia bersedia dengan senang hati sambil bercanda. Ia tidak terlalu mempermasalahkan kerjaannya karena memang inilah cara kerjanya.

Tak dirasa hampir 5 bulan ia bekerja dan mengumpulkan pundi-pundi uang yang cukup banyak dalam tabungannya. Ia sangat senang dan ingin cepat—cepat pergi ke Inggris. Kali ini di saat menari di alun-alun taman kota Dayana didatangi Bondan dan Ana. Mereka memlih berbincang di pojok taman.

“Ada apa, Na, Dan?” tanya Dayana melirik keduanya bergantian.

“Nih,” Ana mengeluarkan amplop coklat yang cukup tebal.

“Apa ini?” tanya Dayana yang terlihat bingung.

Ana mengambil tangan Dayana untuk memberikannya, “ini uang tidak banyak buat kamu ke Inggris,” beritahu Ana.

“Eh,” Dayana langsung menarik tangannya dan menolak amplop berisi uang tunai tersebut.

Ana lagi-lagi menarik tangan Dayana dan memaksa perempuan itu menerimanya.

“Ambil, demi Kelly,” ucap Ana.

“Iya, Day, kamu bisa secepatnya ke Inggris cari Kelly.” Tambah Bondan.

“Tapi,” Dayana merasa tak enak hati.

“Ambil, ok, aku ikhlas, asal kamu bisa liat Kelly lagi,” Ana meyakinkan Dayana untuk menerimanya dengan senyum.

Dayana yang belum bisa menerima menghela nafasnya dan memberikan senyum dengan rasa terima kasih yang sangat tulus, ia bahkan langsung memeluk Ana.

“Thanks, An, thanks,” ucap Dayana haru.

“Iyah, ini untuk kamu dan Kelly,”

Dayana mengusap air matanya dan tak ingin melanjutkan tangisnya, ia sekali memeluk Bondan dengan perasaan yang sangat bahagia.

“Thanks, Dan,” ucap Dayana.

“Sama-sama, jadi kamu bisa urus  keberangkatan kamu mulai sekarang.” Kata Bondan.

Dayana mengangguk dengan keras, “pasti-pasti, thanks An, Dan.”

Setelah hari itu, Dayana kembali mengunjungi Bondan untuk mengambil beberapa berkas yang harus dibawa untuk keperluan di pesawat. Saat ini ia telah berada di dalam apartemen Bondan. Disana Bondan langsung menanyakannya soal kemantapan hatinya yang ingin pergi mencari Kelly.

 “Oh iya, kamu jadi berangkat besok?” tanya Bondan sambil membuka laci kerjanya dan mengambil sesuatu dari sana, sebuah amplop coklat dan memberikannya pada Dayana.

“Iya, makanya aku kesini buat pamit.” Kata Dayana.

“Ini apa?” tanya Dayana soal amplop tersebut.

“Ini alamat orang yang aku kenal di Inggris, dia orang Indonesia juga, tapi menikah dan menetap disana, aku udah bilang sama dia biar kamu bisa tinggal disana. Dia juga pinter nari, loh.” Beritahu Bondan.

“Serius?” Dayana merasa tak percaya apa yang didengarnya.

“Iya, kamu bisa tinggal disana, dia juga sendiri, anak satu-satunya udah nikah dan suaminya udah meninggal, jadi dia lagi sendiri aja. Namanya, Khaterina,” beritahu Bondan.

“Wah, kamu emang luar biasa, Dan, muachhh...” Dayana langsung memberi ciuman kilat pada pipi Bondan.

“Ihhh...”

“Thank you, thank you, thank you, Bondan! Aku nggak akan lupain jasa kamu.” Kata Dayana yang sangat bahagia.

“Iya, sama-sama. Dan inget, setelah ketemu Kelly, kamu harus sampain ke dia kalau om Bondan kangen banget sama dia,” pinta Bondan.

“Pasti, setelah aku pulang, aku juga akan bawa banyak hadiah buat kamu, Dan” Seloroh Dayana.

Setelah dari apartemen Bondan, Dayana mengunjungi teman-teman tarinya dengan membawakan beberapa jajanan sederhana untuk berpamitan. Setelah selesai barulah ia pergi ke toko Ana untuk berpamitan pula.

“An!” panggilnya mencari Ana dalam toko.

“Mbak Ana lagi dibelakang, mbak,” kata salah satu penjaga toko baju tersebut.

 “Dayana! Sini dibelakang!” seru Ana dari belakang. Dayana pun menghampiri ke belakang. Disana Ana tengah memandangi jalanan sambil menyirup es teh. Dayana duduk disebelahnya. Dayana turut memandangi orang-orang lalu lalang dengan berbagai kesibukan.

“Jadi pergi besok?” tanya Ana melirik.

Dayana mengangguk asambil menyerup es teh Ana.

“Semuanya udah siap?” tanya Ana lagi.

Dayana kembali memngangguk.

“Huh” Ana menghela nafas dalam dan kembali melihat jalan.

“Hati-hati, ya.” suaranya lagi.

Dayana menaruh es teh itu dan terlihat resah. “Kalu aku nggak bisa nemuin Kelly, gimana, Na?” tanya Dayana sendu.

“Tenang, Bondan kan udah kasih petunjuk,” kata Ana.

“Iya, tapi gimana kalau Mas Ganesh nggak mau aku ketemu sama Kelly?” ucap Dayana lagi pesimis.

“Kalau gitu, diem-diem aja, kan niat kamu cuma mau liat pertumbuhan Kelly,  dan kamu bisa langsung balik kesini, jadi nggak papa kalau kamu liat dia diem-diem aja.” saran Ana.

“Ck” Dayana terdengar resah.

“Day, gini, kalau kamu mau netap di Inggris juga nggak papa, kalau kamu ingin liat pertumbuhan Kelly seterusnya,” imbuh Ana.

Dayana langsung melirik Ana kejut, “Enggak, ah, ngapain tinggal disana, kerjaan sama keluarga ku ada disini, ngapain tinggal disana, mungkin aku akan kesana satu tahun sekali untuk liat pertumbuhan Kelly doang habis itu pulang.” Kata Dayana.

“Iya udah kalau gitu berarti kamu harus cepat-cepat cari Kelly biar kamu cepat tenang, ok.”

Dayana mengangguk dengan keras lalu memeluk Ana.

“Doain ya, An, biar aku cepet ketemu Kelly,” pinta Dayana.

“Pasti, kamu jaga diri disana, ya.”  kata Ana.

Tinggal beberapa jam lagi Dayana akan berangkat, pagi-pagi sekali Bondan dan Ana mengunjunginya untuk mengantar Dayana ke bandara. Semua barang telah di bawa. Kini mereka telah sampai di Bandara. Dayana mengurus beberapa ketentuan yang ada habis itu ia akan berangkat tetapi sebelum itu ia berpamitan dengan Ana dan Bondan.

“Jaga diri, Day,” ucap Bndan yang cukup khawatir.

“Pasti.” Jawab Dayana.

Ana memeluk Dayana erat, “ketemu Kelly dan langsung pulang, ya, Day, jangan lama-lama, aku bakalan kangen banget,” kata Ana.

Dayana terkekeh ringan, “Iya, ya, pasti bakalan pulang, kok.”

“Day, semua petunjuknya aku kirim ke email kamu, jangan lupa di liat.” Beritahu Bondan.

“Dan, jangan lupa kabarin kami kalau kamu udah sampai sana.”

“Iya, ya, pasti, kalian jangan terlalu khawatir, ini bukan kali pertama aku keluar negeri, jadi jangan terlalu khawatir, ok.” Ucap Dayana mengurangi rasa khawatir kedua sahabatnya.

“Yaudah, sana” kata Bondan.

“Jangan lupa alamat Khaterina,” peringat Bondan.

“Iya.” Jawab Dayana yang berlalu pergi.

Lambaian tangan Ana dan Bondan mengantar kepergian Dayana.

Menempuh enam belas jam perjalan lebih, akhirnya Dayana pun sampai di bandara Gatwick dengan baik walau ia sedikit mengalami jat lag akibat perjalanan yang cukup panjang. Setelah sampai ia memilih memulihkan diri di taxi yang ia tumpangi untuk melaju ke kota Birmingham sekaligus mencari alamat Khaterina. Namun, dalam perjalanan malam yang panjang, Dayana memutuskan untuk mencari motel terdekat karena pusing yang tak bisa lagi ia tahan. Ia berniat untuk mencari alamat Khaterina besok dan menginap malam ini saja di motel.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status