Share

Selling My Husband
Selling My Husband
Author: Zhang A Yu

Prolog

Lily lahir dari keluarga miskin. Rupanya juga jauh dari kata cantik tapi bukan berarti jelek. Pendidikannya hanya sebatas SMP saja. Ia tidak bisa lanjut lantaran terhalang biaya.

Usai menyelesaikan sekolah menengah pertama. Lily merantau ke kota. Kurang lebih selama tiga tahun, ia bekerja sebagai asisten rumah tangga. Kemudian karena sebuah keinginan terbesit. Lily melanjutkan sekolah di sekolah paket.

Ia lumayan pintar. Meskipun bermodalkan ijazah paket C. Ia bisa melamar pekerjaan di salah satu kantor jasa keuangan.

Di sanalah ia bertemu Adam, suaminya. Kebetulan Adam berstatus sebagai petugas lapang.

Ya, Adam terpaksa memilih pekerjaan tersebut dikarenakan ia selalu saja dikeluarkan dari kantor-kantor lamanya dengan alasan menyebabkan kericuhan atas ketampanan, yang Adam miliki.

Kadangkala Adam mengutuk ketampanannya. Ia merasa terus mendapat sial atas ketampanan tersebut.

Waktu bergulir cepat. Kurun enam bulan sesudah Lily mengenal Adam. Mereka pun memutuskan menikah. Dan saat itu usia mereka terbilang muda.

Adam berusia 23 tahun, dan Lily berusia 22 tahun.

Berasal dari keluarga, yang sama-sama miskin. Pernikahan mereka tidaklah megah. Sekedar akad saja sudah lebih dari cukup. Toh mereka juga tidak punya banyak tamu.

Selang setengah tahun setelah pernikahan. Lily dinyatakan hamil. Adam pun meminta Lily berhenti bekerja karena takut mengganggu sang janin dan kesehatan Lily.

Adam bilang. Biar ia saja, yang berkerja. Sementara Lily duduk di rumah bagai ratu. Sialnya, selepas Lily keluar dari kantor jasa keuangan tersebut. Adam malah kena PHK dengan dalih mengurangi karyawan.

Hal itu membuat Adam dan Lily pusing tujuh keliling.

Adam banting setir. Ia tidak mungkin menjadi pengangguran. Ia pun mencari segala pekerjaan. Ia pantang menyerah. Sayang, Adam selalu tidak bisa bertahan di tempat manapun ia bekerja.

Daripada menjadi pengangguran. Adam memilih jalur lain. Ia mengubah karir menjadi tukang ojek.

Pekerjaan itu bertahan sampai Lily melahirkan hingga sekarang anak mereka berusia tiga tahun.

Dan selama itu pula. Keuangan hasil ojek Adam tidaklah mencukupi kehidupan mereka bertiga.

Ada banyak tanggungan, yang seakan tidak pernah habis setiap harinya.

Sampai-sampai sikap Lily berubah. Ia suka mengumpat. Ia juga jarang memberi senyum dan jatah fisik kepada Adam. Apalagi kalau Adam pulang hanya membawa sedikit uang. Bisa-bisa Adam tidak diberi makan plus bonus tidur di luar kamar.

Walaupun perlakuan Lily begitu buruk. Adam tak pernah mengeluh. Ia hanya merasa sakit lantaran tidak bisa memenuhi janjinya untuk membahagiakan Lily dan sang anak.

Kadangkala ia suka merenung. Melamuni kesialan hidup.

**

Pada suatu hari. Lily membawa sang anak ke rumah sakit bermodalkan uang 50 ribu. Ia harap biaya rumah sakit, yang didatangi tidaklah lebih dari nominal tersebut.

Dan hari itu menjadi ketidakberuntungan sekaligus keberuntungan untuk Lily.

Lily tidak beruntung karena ternyata biaya pengobatan sang anak malah lebih dari seratus ribu. Ia tidak punya uang lagi. Suaminya juga tengah mencari nafkah.

Ia duduk termenung di ruang tunggu. Sang anak dalam pangkuannya. Ia berpikir, di mana lagi ia bisa meminjam uang. Sementara orang-orang telah kapok dihutangi Lily.

Beruntung. Seorang wanita datang dari sudut koridor rumah sakit. Wanita itu hendak keluar, tapi tanpa sengaja melihat wajah Lily, yang ia kenal.

Wanita itu bernama Elena. Ia pun menghampiri Lily.

Lily agak kaget karena dirinya sama sekali tak mengenal wanita itu. Kemudian Elena menjelaskan siapa dirinya dan bagaimana bisa ia mengenal Lily.

Lily manggut-manggut atas penjelasan Elena. Wanita itu memandangi Elena dari ujung ke ujung.

Dari segi penampilan, jelas Elena bukan wanita miskin seperti dirinya. 

Hal itu benar. Elena adalah seorang pemilik perusahaan kurang ternama tapi berkembang pesat. Maklum, Elena baru merintis sekitar dua tahun lalu.

Meskipun kurang terkenal. Namun, perusahaan itu telah diketahui sebagian orang, yang berdasarkan bidangnya.

Elena bertanya. Apa yang terjadi? Mengapa Lily duduk seorang diri dengan wajah mendung?

Lily menjelaskan semua. Elena tersentuh. Ia merasa kasihan. Ditambah saat melihat wajah sang anak, yang wajahnya lebih mirip ke Adam.

Atas kebaikan wanita itu. Lily dapat membayar biaya pengobatan sang anak. Bahkan Lily juga diberikan beberapa uang sebagai ongkos pulang.

Lily tersenyum bahagia. Dan sebelum perpisahan mereka. Elena sempat mengatakan rahasia hatinya. Ia berkata, ia mencintai Adam hingga detik ini.

Terbersitlah ide gila dalam benak Lily. Secara terang-terangan, ia menjawab, "Maukah kau menikah dengan suamiku tapi dengan sebuah syarat."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status