Akhirnya Alzea menyanggupi permintaan sang ayah untuk menikah dengan Prabu agar bisa melunasi semua hutang dan perusahaan ayah Irawan mendapat suntikan dana segar sehingga bisa bangkit dari kebangkrutan.
Pagi itu Alzea bangun dengan hati resah, bagaimana tidak? Dia akan menikah dan akan menghabiskan sisa umurnya dengan pria yang tidak dia cintai. Pernikahannya pun hanya dilakukan di kantor urusan agama tanpa pesta dan tamu undangan. Baguslah, Alzea jadi tidak perlu menjelaskan apapun kepada dunia kenapa dia menikahi pria tua seusia ayahnya. “Cieee … yang mau nikah,” ledek Alenka, sengaja masuk ke dalam kamar Alzea hanya untuk menjatuhkan mentalnya. Alzea tersenyum tipis menatap sang kakak tiri dari pantulan cermin, sudah terbiasa dengan sikap Alenka yang seperti itu. Walau bagaimanapun Alenka adalah kakak tirinya jadi Alzea tidak bisa membenci. “Lo mau nikah sama om-om pake baju kaya gitu? Enggak ada baju yang lebih seksi? Mana nafsu si om Prabu liat lo pake baju sederhana gitu! Yang belahan dadanya keliatan, enggak ada?” “Enggak ada Kak, ini gaun pengantin punya bunda waktu nikah sama ayah.” Padahal Alenka sedang meledek Alzea tapi gadis itu menanggapi dengan serius. “Nyokap bokap lo dulu waktu nikah miskin banget ya sampe gaun pengantinnya sederhana banget?” Alenka belum puas sebelum Alzea menangis karena sakit hati. Alzea membungkam mulutnya tidak terprovokasi meski perih mulai terasa di dalam dada. Menurut Alzea, gaun pengantin milik bunda Irni sangat indah dan mencerminkan sang bunda yang meski sederhana tapi selalu tampak elegan. Gaun dengan lengan pendek dan kerah V bermodel A-Line yang panjangnya hingga betis itu berbahan sutra tebal. Potongannya sangat rapih sehingga lekukan di pinggang Alzea tampak nyata. Alzea yang berambut panjang hanya mengikat sebagian rambutnya di belakang dan sebagiannya lagi terurai. Dia juga berdandan tipis agar terlihat seperti seorang pengantin pada umumnya. Meski Alzea tidak mencintai Prabu tapi dia harus menghargai sang calon suami yang telah dan akan banyak membantu perekonomian keluarganya. Alzea mengabaikan Alenka yang tersenyum tipis meledek dengan kedua tangan terlipat di dada mengamati gerak-geriknya. Bukan hanya gaun pengantin, Alzea juga menggunakan heel milik sang bunda yang berwarna putih senada dengan gaun pengantinnya. Alzea kembali menatap dirinya di cermin, menatap sendu pada sosok yang selama belasan tahun terakhir telah banyak menderita. “Terimakasi Zea, karena sudah bertahan sejauh ini … semangat terus ya, seperti biasa … kamu pasti bisa melalui ini….” Alzea membatin menyemangati diri sendiri. “Kak … aku duluan ya.” Alzea pamit sebelum meninggalkan Alenka di kamarnya. Alenka merotasi bola mata malas lantas keluar menyusul Alzea. Dia juga sudah siap untuk mengantar sang adik yang akan menikah dengan pria tua. Irawan dan Linda pun telah menunggu di ruang tamu. “Lama banget sih!” gumam Linda kesal. “Maaf, Bu …,” ucap Alzea penuh penyesalan. Irawan bangkit dari sofa, sama sekali tidak menegur istrinya yang selalu bersikap ketus pada Alzea meski sekarang Alzea telah berkorban untuk mereka. “Cantiknya anak ayah ….” Irawan meraih tangan Alzea kemudian menggenggamnya erat. “Makasih Ayah.” Alzea tersenyum tulus. “Maafkan Ayah ya, Zea ….” Suara ayah terdengar serak, matanya pun berkaca-kaca. Alzea menganggukan kepala sambil memperbaharui senyumnya kemudian memeluk ayah. “Kalau nanti perusahaan Ayah sudah bangkit dan kamu ingin bercerai dengan pak Prabu, bilang sama Ayah ya … nanti Ayah akan menjemput kamu.” Kalimat Irawan itu membuat Alzea terharu. “Iya, Yah …,” balas Alzea dengan suara tercekat. Linda berdecak lidah kesal melihat momen haru yang tidak penting baginya itu. “Ayo-ayo, keburu macet … nanti kita telat lagi.” Linda keluar lebih dulu dari dalam rumah diikuti Alenka. Irawan dan Alzea mengurai pelukan, keduanya berangkulan keluar dari rumah tidak lupa mengunci pintu. Lama-lama Alzea merasa gugup, jantungnya berdetak kencang membayangkan kalau setelah menikah pasti ada malam pertama. Menurut penilaiannya Prabu memang tampan tapi usia beliau terlalu tua jadi bukan tipe pria yang disukainya. Telapak tangan Alzea mulai terasa dingin, gugup menyerang lebih dahsyat saat mobil yang dikemudikan Alenka memasuki pelataran parkir KUA. Linda dan Alenka yang duluan turun, Irawan menunggu Alzea yang tubuhnya tengah bergetar di kursi kabin belakang. Buliran kristal mulai muncul membasahi pelipisnya, wajah Alzea juga pucat sekali. “Zea … kamu enggak apa-apa?” Irawan bertanya perhatian. Demi Tuhan, dia menyesal menjual putrinya kepada Prabu. Tapi Irawan sudah tidak bisa membatalkannya sekarang. “Enggak, Yah … sebentar ya, Zea menenangkan diri dulu …,” katanya meminta pengertian. Irawan setia menemani Alzea hingga sang putri lebih tenang dan siap untuk melakukan upacara Agama pernikahan dengan Prabu. Alzea akhirnya turun diikuti Irawan, dia mengaitkan tangan di lengan sang ayah dan berusaha mengembangkan senyum agar semua orang percaya kalau dia sedang bahagia karena akan menikah. Seorang pria berjas bernama Andre yang Irawan kenal sebagai sekertaris Prabu menyambut di depan pintu utama di mana Linda dan Alenka sudah sampai lebih dulu. “Pak Irawan … Nona Zea, silahkan sebelah sini.” Hanya Alzea dan Irawan yang disapa ramah oleh Andre, pria itu lantas menuntun mereka ke sebuah ruang tunggu. “Hallo Zea,” sapa Prabu ramah, beliau sudah lebih dulu ada di sana. Prabu Danaraja terlihat tampan dengan stelan jas dan dasi kupu-kupi di lehernya. “Hallo om Prabu,” sapa Alzea, meraih tangan Prabu lantas mengecup punggung tangannya. Benarkan, belum apa-apa Alzea sudah memperlakukan Prabu seperti ayahnya sendiri. “Pak Irawan, sehat?” Prabu yang tampak bahagia pun bertanya. “Sudah mendingan, Pak!” balas Irawan sembari menjabat tangan Prabu. “Hallo Bu Linda … Alenka, Apakabar?” sapa Prabu basa-basi. “Baik, Pak!” Linda yang menjawab. Seorang pria muda tampan bertubuh tinggi atletis masuk ke ruangan itu. Sang pria tampan juga menggunakan stelan jas namun lebih santai karena kancing kemeja teratasnya sengaja dibuka. Alenka tidak bisa mengalihkan tatap dari pria itu, tanpa dia sadari kalau mata dan mulutnya terbuka. Air liur nyaris menetes di sudut bibirnya. Alzea juga tidak memungkiri kalau pria itu memang sangat tampan sampai matanya sering berkhianat menatap ke arah sosok tampan itu yang entah siapa dan apa urusannya di ruangan ini. “Zio … sini, kenalkan ini pak Irawan … mantan suaminya tante Irni.” Prabu memanggil Elzio dan dengan ekspresi datarnya pria itu mendekat. “Ini Elzio … anak saya, apa Pak Irawan masih ingat?” kata Prabu mengenalkan. Elzio mengulurkan tangan menjabat tangan Irawan. “Oooh ya Tuhan, sudah besar kamu sekarang.” “Maaa, bilang sama pak Prabu … jodohin Alenka sama anaknya aja … ganteng banget, Maaa ….” Alenka berbisik pada mamanya. “Iya … iya … nanti mama bilangin, kamu tenang dulu.” Linda juga sangat antusias. Mengingat Prabu Danaraja adalah Konglomerat yang memiliki tambang minyak di Yordania dan perusahaan Trading di Singapura belum lagi pria itu juga memiliki perusahaan tambang batu-bara di Negri kita tercinta ini yang sudah bisa dipastikan kalau putranya akan mewarisi semua kekayaannya itu. “Dua wanita cantik ini adalah ibu Linda, istri dari pak Irawan dan Alenka … anak sambungnya pak Irawan.” Tidak lupa Prabu memperkenalkan Linda dan Alenka yang malu-malu kucing saat bersalaman dengan Elzio. Meski raut wajahnya datar tapi Elzio mengangguk sopan dan mau bersalaman dengan Linda dan Alenka. “Dan gadis cantik ini adalah Alzea Kinandari … dia yang akan menikah dengan kamu,” kata Prabu kepada Elzio membuat ekspresi di wajah Linda, Alenka dan Irawan juga Alzea syok. Sedangkan ekspresi Elzio masih datar tidak antusias ataupun tampak menolak. “Gi-gimana maksudnya, Pak?” Irawan terbata menuntut penjelasan. “Jadi sebenarnya saya hanya mengetes saja, siapa di antara kedua anak gadis pak Irawan yang rela berkorban untuk keluarganya … tentu saya harus memilih gadis terbaik dan tulus untuk menjadi pendamping hidup Elzio … dan ternyata Alzea yang bersedia berkorban …,” tutur Prabu menjelaskan dengan senyum penuh kepuasan terkembang di bibirnya. Jadi sebenarnya Prabu sudah bisa melihat karakter setiap anggota keluarga Irawan dan apa yang terjadi di rumah itu meski hanya sekilas. Beliau ingin menyelamatkan Alzea yang ditindas oleh ibu tiri tanpa ada pembelaan dari ayahnya. Prabu sengaja memberikan penawaran agar Irawan bisa membayar hutang dengan cara memberikan salah satu anak gadisnya untuk dia nikahi dan sudah bisa Prabu duga kalau Alzea yang bersedia dikorbankan. Dan Prabu tidak akan menyia-nyiakan pengorbanan Alzea, dia akan menikahkan Alzea dengan putra semata wayangnya. Prabu juga sebenarnya berbohong kepada Elzio sewaktu mengatakan kalau mendiang mamanya Elzio dan bundanya Alzea telah menjodohkan mereka semenjak Alzea masih di dalam kandungan. Beliau melakukan itu agar Elzio bersedia menikah dengan Alzea. Alzea menatap dalam pria yang sebenarnya akan menikahinya, dia tidak pernah percaya keajaiban tapi sekarang dia mempercayainya. Perlahan senyum Alzea terbit membuatnya terlihat ribuan kali lebih cantik sekaligus manis hampir membuat Elzio diabetes. Tidak perlu ditanya bagaimana ekspresi wajah dan perasaan Alenka juga Linda saat ini yang sedang dilanda penyesalan karena menolak lamaran Prabu. Dan tentu saja perubahan pengantin pria untuk sang putri itu membuat Irawan lega dan ikut merasa bahagia. “Pak! Penghulunya sudah siap,” kata Andre memberitahu. Elzio yang tampangnya masih datar itu mengulurkan tangan ke depan Alzea yang kemudian tanpa ragu meraih tangan Elzio. Mereka berdua keluar lebih dulu dari ruang tunggu diikuti Prabu yang merangkul pundak Irawan. “Maaa, Alenka mau nikah sama Elzio.” Alenka menghentakan kakinya merengek seperti anak kecil. Lidah Linda berdecak kesal karena takdir mempermainkannya. “Lagian kenapa si Prabu itu pake ngetes-ngetes segala sih?” Linda bersungut-sungut. Di luar sana, Alzea yang melangkah beriringan menuju sebuah ruangan dituntun Andre terus menatap Elzio dari samping. Elzio yang tinggi menjulang membuat Alzea harus mendongak meski sudah memakai heels tujuh sentimeter. “Liatnya ke depan, nanti kamu kesandung …,” gumam Elzio memperingati tanpa balas menoleh menatap calon istrinya. “Kamu beneran manusia, kan?” Dengan polosnya Alzea bertanya, matanya masih memaku tatap pada wajah tampan Elzio. Dia tidak khawatir tersandung karena tangannya tengah melingkar di lengan pria itu. “Menurut kamu?” Elzio balik bertanya, kali ini dia menoleh sekilas. “Fisiknya sih kaya nyata ….” Alzea menjeda, tanpa segan meremat lengan berotot Elzio membuat pria itu kemudian menoleh lagi dengan kerutan di kening karena merasa terganggu. “Tapi wajah kamu mirip cowok anime, gantengnya kebangetan,” sambung Alzea dengan tampang polos menggemaskan. Seketika garis senyum Elzio melembut, dia tertawa di dalam hati. Baru pertama kali bertemu dengan gadis sejujur dan polos seperti Alzea. Entahlah apa yang akan terjadi nanti tapi yang pasti, alasan Elzio menikahi Alzea adalah karena telah berjanji kepada seorang wanita cantik favoritenya untuk menjaga Alzea dan melindunginya terlebih kata Papa, mendiang sang mama pernah menjodohkan mereka.Elzio meninggalkan Alzea dan kedua anaknya sebentar untuk menandatangani kontrak bisnis dengan Thomas.Rencananya setelah ini dia akan mengambil cuti agar bisa membantu Alzea merawat putra dan putri mereka.Namun kedatangan Hengky dan Irni sepertinya membuat Elzio berubah pikiran.Dia belum memandatkan apa-apa pun perihal pekerjaannya selama cuti nanti kepada Arman.Elzio dan Thomas berjabat tangan setelah menandatangani kontrak bisnis yang diprediksi akan menguntungkan bagi kedua belah pihak.“Sayangnya saya tidak memiliki anak, andaikan ada … akan saya jodohkan dengan anak Anda agar kita bisa melanjutkan kontrak bisnis ini menjadi jangka panjang.” Thomas berkelakar.“Sepertinya Anda sudah harus mencari seorang istri dan memiliki anak.” Tak disangka, Elzio menyambut baik ide Thomas tersebut.Keduanya lantas tertawa.Acara penting perusahaan telah selesai dilaksanakan, kini mereka melanjutkannya dengan makan siang.Sebuah restoran dengan menu Italia menjadi pilihan pihak Elzio untuk m
“Kasus ini akan segera naik ke Pengadilan mengingat pihak rumah sakit juga mengajukan tuntutan hukum kepada nona Angela … nama baik rumah sakit jadi tercemar gara-gara dia berhasil menculik tuan muda Azzam dari ruang bayi … mereka menggunakan banyak Pengacara terbaik untuk menghukum nona Angela.” Arman memberitahu perkembangan kasus Angela melalui sambungan telepon.Elzio belum bisa pergi ke kantor karena harus menemani Alzea yang masih harus mendapat perawatan di rumah sakit. “Bagus lah, pokoknya Angela harus mendekam lama di Penjara.” Elzio berkomentar dengan suara rendah tapi dingin.“Akan saya up date terus perkembangannya … lalu untuk kontrak bisnis dengan tuan Thomas sudah saya kirim draftnya ke iPad Tuan.”“Oke … nanti saya baca, sekarang saya lagi jemur si kembar di balkon … Alzea belum boleh banyak gerak.” Sudut bibir Arman bergetar bersama hatinya yang menghangat mendengar Elzio sedang menjemur si kembar.Tidak bisa Arman bayangkan seorang pria yang pernah mengaku tidak pe
“Zio … apa enggak sebaiknya Zea dan kedua anak kalian tinggal di Jakarta saja? Di Jakarta sepertinya lebih aman … ada Papa dan Irni yang bisa menjaga Zea dan anak-anak,” cetus Prabu setelah Thomas meninggalkan ruangan.Elzio dan Thomas akan bertemu lagi besok di kantor guna menandatangani sebuah kontrak bisnis yang telah mereka sepakati bersama.Selain para Direktur di bawah kepemimpinannya menekan agar Elzio segera menandatangani kontrak bisnis dengan perushaaan Thomas, Elzio juga ingin segera menyelesaikan segala urusan kantor karena dia akan mengambil cuti menyambut kelahiran kedua anaknya.“Enggak Pa, apartemen cukup aman sebenarnya … kemarin itu puding bisa masuk karena dikirim atas nama Zio … nanti Zio akan konfirmasi dulu kalau akan mengirim makanan atau barang begitu juga pihak sekuriti gedung akan konfirmasi ke Zio kalau ada paket datang tanpa pemberitahuan dari Zio.” Elzio berusaha meyakinkan Prabu karena demi apapun di dunia ini dia tidak akan bisa berpisah dengan Alzea dan
Kabar mengenai ditemukannya Azzam di tangan Angela sudah sampai ke telinga Prabu, Alzea dan Elzio melalui Arman yang terus berkomunikasi dengan pihak Kepolisian.Baru saja Arman mengabarkan kalau Azzam sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit.Alzea menangis bahagia dalam pelukan Elzio, dia merasa sangat bersyukur karena akhirnya sang putra ditemukan dalam keadaan sehat dan selamat.Prabu duduk di sofa set membelakangi Alzea dan Elzio yang duduk di ranjang pasien.Tidak henti-hentinya ucapan syukur dia lantunkan di dalam hati untuk sang Pencipta.Hanya karena kehendakNya lah sang cucu bisa berkumpul ke tengah-tengah mereka. Elzio mengusap wajah Alzea yang banjir air mata, mata pria itu juga telah basah dan merah karena menampung buliran kristal.Tidak ada kata yang terucap dari bibir mereka karena kata bahagia dan lega saja tidak cukup untuk mengungkapkan apa yang mereka rasakan saat ini.Semenjak menghilangnya Azzam dari ruang bayi, untuk sementara ruang bayi dikosongkan dan para
Dari balik pintu ruang rawat yang tidak tertutup rapat, Elzio mengawasi Alzea yang tengah menyusui.Elzio baru saja kembali dari memberikan keterangan pada yang berwajib dan menyampaikan kalau dia mencurigai Angela yang menjadi dalang penculikan anaknya.Meski tidak yakin seratus persen kalau Angela yang menculik putranya tapi setidaknya bila sudah diselidiki pihak kepolisian dan tidak terbukti maka pencarian bisa diperluas ke sindikat human traficking.Namun menurut detektif yang tadi meminta keterangan Elzio, ada kemungkinan besar Angela yang melakukan penculikan bila dirunut dari cerita Elzio yang rinci tentang hubungannya dengan Angela dan dua musibah yang dialami Alzea semenjak Elzio memutuskan hubungan dengan Angela.Kembali pada tatapan Elzio yang terpaku pada istrinya, dia mendapati Alzea tengah menangis pilu.Ibu mana yang bisa tegar kehilangan bayi yang pernah dikandungnya selama sembilan bulan?Dan Alzea sama sekali tidak menyalahkan Elzio meski sesungguhnya semua musibah y
“Tadi pagi ada pergantian shift … dijadwalkan akan ada perawat baru di ruang bayi untuk menggantikan perawat yang cuti melahirkan … perawat senior yang seharusnya berjaga di ruang bayi bersama dengan perawat baru kebetulan datang terlambat dan pada saat dia tiba di ruang bayi, tidak ada yang menjaga di sana … begitu perawat itu mengecek ranjang bayi, salah satu bayi Anda tidak ada … dia langsung mengkonfirmasi kepada yang lain dan begitu melihat rekaman CCTV … ternyata bayi Anda dibawa oleh perawat baru tersebut ….” Pria bernama Gilbert menjeda kalimatnya agar Prabu dan Elzio dapat mencerna informasi yang dia berikan.“Apa?!” Prabu dan Elzio kompak berseru panik.Elzio sudah curiga sewaktu dia dipanggil ke ruangan petinggi rumah sakit ini, pasti ada sesuatu yang buruk terjadi.Dan seakan Alzea yang tengah terbaring di ICU belum cukup menyiksa Elzio, Tuhan masih menghukum Elzio dengan hilangnya salah satu anak mereka.“Anak Tuan yang berjenis kelamin laki-laki yang diculik oleh wanita