Share

Makan Siang

Jagalah mentalmu sebaik mungkin, karena orang lain tidak akan membantumu saat down.~

          😘😘😘😘😘😘😘😘😘

Kejadian tak disangka pun telah terlewati. Orang yang datang dan menolong Aisyah itu rupanya David. Aisyah merasa malu sekaligus berterima kasih. 

Setelah kejadian itu Aisyah langsung melaksanakan salat dan segera pergi keluar setelah selesai. Ia tak ingin berurusan dengan David. Tepatnya, ia tidak mau orang-orang kantor semakin menjadikannya topik hangat untuk bergosip hari ini.

Aisyah kembali. Etika masih berada di luar. Wanita itu dengan setia menunggu. Ketika Aisyah mendekatinya, Erka langsung sadar.

"Kamu udah beres salatnya?" tanya Erka.

Aisyah mengangguk. "Alhamdulillah, udah."

Erka meraih pergelangan tangan kanan Aisyah, lalu berkata, "Ayo, makan. Aku udah kelaparan level sepuluh, nih!"

Aisyah tertawa kecil. "Kamu bisa aja."

"Cus, kita makan besar!" Erka menggandeng Aisyah menuju tempat makan di sebrang jalan. 

Mereka menyebrang jalan, mengayunkan kaki bersama dengan sesekali bercanda ria. Umur keduanya yang tidak berbeda jauh hanya terpaut beberapa bulan pun membuatnya tampak selaras. Erka lebih yang lebih tua sering membuat Aisyah tertawa, karena tingkah konyolnya.

Usia keduanya baru saja dua puluh dua tahun. Umur yang sangat pas untuk menjalin hubungan dengan lawan jenis, tetapi tidak bagi Aisyah. Ia memang membatasi interaksi dengan kaum Adam, apa lagi harus menjalin hubungan pacaran sebelum menikah.

Berbanding dengan Aisyah, Erka sendiri sudah memiliki tunangan. Rencananya, ia dan tunangannya tersebut akan melangsungkan pernikahan tahun depan.

Singkat cerita keduanya sudah berada di dalam kedai. Di sini menjual berbagai makanan seperti soto, ayam geprek, ayam penyet, sate, dan masih banyak lainnya. Selain itu, di sini pun tersedia bermacam minuman dari jus buah, teh manis, jeruk hangat, dan es buah.

"Ka, kamu mau pesan apa?" tanya Aisyah sembari tangannya membuka buku menu yang tersedia di meja.

Erka diam. Otaknya berjalan memikirkan menu apa yang enak dinikmati siang ini. "Aku bingung, Aisyah."

"Loh, kok, bingung?"

"Semua yang di menu ini, sudah aku coba. Aku mau yang beda."

Aisyah tertawa kecil. "Kamu ini ada-ada aja. Sudah, pesan yang ada di menu aja."

Erka ikut tertawa. Mereka mengamati satu per satu nama dan harga makanan juga minuman di buku tersebut. Seperdetik selanutnya, perempuan tersebut memutuskan untuk menyantap soto daging dan nasi untuk menu siang kali ini.

Aisyah masih memilih. Ia harus mencari makanan dan minuman yang sesuai isi dompetnya, sampai pilihannya jatuh pada paket hemat ayam geprek.

"Aku yang ini aja," tunjuk Aisyah.

"Oke. Aku pesan dulu, ya."

Melihat situasi kedai yang sangat ramai. Erka berinisiatif pergi mencari pelayan agar pesanan mereka segera diproses. 

Selagi menunggu Erka kembali, Aisyah memutuskan merogoh ponsel yang ia bawa di saku rok panjangnya. Sebenarnya, ia sangat beruntung bekerja di sini, karena diperbolehkan memakai rok atau gamis selama bekerja. 

Aisyah berselancar dunia maya lewat benda canggih dan pipih itu. Ia melihat banyak postingan dari teman Instagramnya yang sudah menikah. Ada rasa iri, tetapi segera diredam. Andai, dan andai hal itu tidak terjadi. Mungkin saat ini pun ia sedang berada di fase seperti mereka.

Suara langkah kaki mendekat ke arah depan meja Aisyah, lalu seorang pria duduk di sana. Posisinya berhadapan dengan Aisyah. Namun, beda meja. Ketiak Aisyah mengangakat kepala, dua bola matanya itu membulat sempurna. Ia kaget bukan main bahkan sampai tidak mendengar saat suara Erka memanggil namanya.

"I-itu …." Suara Aisyah bagaikan terbungkam.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status