Keadaan keluarga Guvenc semakin memburuk, berita - berita konyol yang tersebar membuat kesehatan Maria semakin memburuk.
Ketika itu, tengah malam, saat Alana hendak ke dapur mengambil minum, terdengar hawar Maria berbicara kepada seseorang di telepon.
"Kumohon hentikan ini semua ! Apa kau setega itu ? Harimau pun tak memangsa anaknya sendiri.." hawar suara Maria.
"Ibu sedang berbicara kepada siapa ya ?" gumam ku heran.
"Demi ketenaranmu, kau tega sekeji ini..!" hawar Maria lagi. "Demi Tuhan kau akan mendapat balasannya."
Itulah kata terakhir yang Alana dengar. Alana sangat penasaran sekali, tapi dia mengurungkan niat ya untuk pergi melihat Maria.
"Mungkin besok akan aku tanyakan.." gumam Alana.
Pagi itu cuaca sangat dingin dan mendung, Maria melihat dengan sendu langit yang sama-sama sedang pilu.
"Bu.... Boleh aku masuk ?" tanya Alana lembut.
"Ya sayang..." jawab Maria lemas.
"Apa Ibu baik-baik saja ?" tanya Alana.
"Ibu baik sayang.." jawab Maria tersenyum.
"Kita cari angin yu...!" ajakku.
"Ayo.." Jawab Maria sambil bersiap.
Ketika kita sudah berada diluar, banyak orang yang mencibir kita, bahkan ada yang melempar dengan batu.
"Ya Tuhan, salahku Bu mengajak Ibu keluar.." ucapku menyesal.
"Tidak sayang, mereka juga tidak bersalah, mereka hanya korban dari berita-berita konyol itu." jawab Maria berlapang dada.
Kami meneruskan berjalan ke sebuah kafe yang tidak terlalu ramai. Disana sangat nyaman, dengan lagu Klasik dan tatanan Interior yang klasik pula.
"Mereka bodoh !" kesal Alana. "Ini semua salah Onem, dia penyebab semua ini..!" geram Alana lagi.
"Sudahlah sayang..." Maria tersenyum.
"Kenapa Ibu sangat bisa sesabar ini ? Dan aku tak bisa..." ucap Alana kesal sambil mengerucutkan bibirnya.
"hahaha..." Maria tertawa lepas.
Dia selalu senang ketika melihat Alana sedang marah, terlihat sangat polos dan lugu.
Lama Maria dan Alana menghabiskan waktu mereka di kafe itu.
Terdengar suara mobil pemadam kebakaran yang lewat.
"Wah, ada kebakaran Bu... Dimana ya ?" tanya Alana penasaran.
"Entahlah, tapi arah rumah kita sepertinya..." jawab Maria menerka.
Mereka menyantap kembali pesanan yang mereka pesan.
Terdengar sekilas info yang ditayangkan di televisi.
"Siang ini telah terjadi kebakaran di jalan 476 di kediaman Guvenc, entah berasal dari mana api ini.....
Belum selesai berita itu di dengar, Maria dan Alana langsung berlari keluar kade dan menuju rumahnya.
Sesampainya disana, ternyata benar, rumah mereka telah dilahap oleh Api yang besar, sangat cepat Api itu merambat, karena butik itu dipenuhi oleh kain yang mudah terbakar, lama petugas pemadam bisa memadamkan Api itu.
Setelah Api itu padam, Maria hanya dapat mengelus dada dan sedih.
Alana sangat yakin bahwa kebakaran ini disengaja, Alana menuduh Onem adalah pelakunya.
Disudut jalan, Alana melihat Mobil yang mencurigakan, dan di plat nomber mobil itu terdapat inisial O N 3 M.
"Onem.." gumam Alana sambil berlari menuju Mobil Maria dan mengejar mobil inisial itu.
Pengendara mobil itu sadar bahwa Alana menyadari kehadirannya, dan dia menancapkan gas mobilnya untuk kabur.
"Alana.... Kau mau kemanaaa ?" tanya Maria berteriak.
Namun Alana tidak menghiraukannya dan terus menancapkan gas untuk mengejar mobil tadi.
"Tak akan kubiarkan kau lolos !" a cam Alana.
Selagi Alana sibuk mengejar mobil mencurigakan itu, Maria merasakan Dada sebelah kirinya sangat sakit. Dia mengerang dan tak lama kemudian dia pingsan.
Orang-orang disana membantu Maria untuk dibawa kerumah sakit.
Sepanjang pengejarannya, seseorang menelpon Alana dan memberitahukan bahwa Maria masuk kerumah sakit.
Mendengar hal itu, Alana langsung memutar mobilnya menuju rumah sakit tersebut.
Sesampainya disana...
"Dimana Ibu saya Sus..?" tanya Alana Khawatir.
"Di ruang 13 Nona.." jawab perawat itu.
Alana sangat tergesa menuju ruang itu. Terlihat Dokter yang sudah pasrah.
"Dok bagaimana Ibu saya..?" tanya Alana.
"Maaf, kami tidak bisa berbuat banyak.." jawabnya.
Mendengar hal itu, rasanya badanku seperti dihantam petir, gelap dan entah apa yang terjadi selanjutnya.
"Gila ! Guru konseling kali ini bisa beladiri Bro !" ucap Frans."Santai Bro... 13 guru konseling udah kita usir dari sekolah ini, yang ini juga pasti bisa..." jawab Badar dengan santai."Guru konseling itu...." ucap Erik tidak selesai."Loe kenal ?" tanya Ervan menyelidik."Enggak, gue gak kenal.." jawab Erik.Padahal Erik baru saja kemarin bertemu dengannya, dia yang mengejar Erik waktu itu, ketika ketahuan mencuri di sebuah toko kaset."Sial !" gumam Erik perlahan."Alaaaah ! Cewe kerempeng gitu mah gampang.... Tinggal sentil, mental dah tuh !" ucap Badar menyepelekan.Lalu mereka semua tertawa, kecuali Erik."Gue cabut duluan ya ! Mau cari angin." ucap Erik sambil berjalan meninggalkan mereka."Napa tu bocah ?" tanya Badar."Biarin aja lah...lagi be-te pasti..." jawab Frans."Woooiiii !" Seru Frans sambil melemparkan bantal pada Adam yang sedari tadi hanya bermain game saja di ponselnya."
Selesai bertemu dengan klien, Junos menuju rumah Glyn, dia penasaran dengan keadaan Glyn sekarang. Tak butuh waktu lama, Junos sudah tiba di depan rumah Glyn. Dia melihat keadaan rumah yang sepi, Junos memarkirkan motornya terlebih dahulu lalu perlahan Junos masuk dan melihat Glyn yang tengah tertidur di sofa. Dalam benak Junos ada niatan untuk menjahili Glyn. Junos merogoh air yang ada di dalam pot bunga didekatnya, lalu dia mencipratkan air itu ke wajah Glyn. Glyn mengernyitkan wajahnya, didalam mimpinya dia sedang berada ditengah hujan deras dan tiba-tiba keadaan menjadi banjir. "Banjiiir...banjiiir !" teriak Glyn sambil terbangun. Junos tertawa terbahak-bahak melihat Glyn yang bermimpi. "Kau ? Dasar kau !" ucap Glyn sambil melemparkan bantal sofa ke arah Junos dan memukulnya berkali-kali. "Aw..aw...aw..." erang Junos sambil tertawa. Dengan refleks Junos memegang kedua tangan Glyn dan menatapnya. Glyn terdiam dan berkata, "Apa ?" Sambil men
Pagi ini Glyn berencana untuk mencari pekerjaan, Karena ia tidak mungkin terus merepotkan ayahnya."Aku cari kerja dimana ya ? Apa kira-kira ya ? Aku tidak mau lagi menjadi designer, Aku ingin melupakan itu semua." gumam Glyn sendirian. Mungkin dia bisa membantuku " gumam Glyn lagi dengan berfikir Junos akan membantunya. "Tapi, dimana Aku bisa menemukannya ? Aku tak tahu dia tinggal dimana, huh ! Merepotkan sekali."Baru saja dia berfikir tentang Junos, tiba-tiba terdengar seperti suara motor yang berhenti didepan rumahnya."Apa mungkin itu dia ?." gumam Glyn sambil berlari ke jendela dan melihatnya. "Benar itu dia.." gumam Glyn lagi dengan senang. Lalu dia turun dan menemui Junos."Hai, Aku bawakan sarapan." ucap Junos.Glyn Masih terdiam menatap Junos, karena dia masih berfikir tentang pribadi Junos dan siapa dia."Kenapa kau baik padaku ? Kita tidak saling kenal, Aku tidak mengenalmu sama sekali." ucap Glyn menyelidik."Karena aku
"Ayah, Aku akan mulai menjalankan rencanaku, aku akan melamar pekerjaan di tempatku dulu bekerja." Ucap Alana. "Baiklah, itu keputusanmu Alana." Jawabnya. "Mulai sekarang, panggil Aku Glyn Ayah..." Ucapnya. Sang dokter tua itu terkejut mendengar pernyataan Alana. Sekaligus senang, akhirnya anaknya benar-benar hidup kembali. "Doaku selalu menyertaimu Nak, semoga jalan yang kau pilih, tidak menyesatkan hatimu.." ucap Ayahnya itu. Perkataan itu sedikit membuat Glyn tidak enak hati. "Ayah tenang saja, Aku akan baik-baik saja." Jawabnya. "Besok pagi, Aku akan pergi pagi-pagi sekali." Tambahnya lagi. "Baiklah, Aku akan siapkan sarapan dimeja besok pagi."jawab Ayahnya. "Terimakasih..." Ucap Glyn Andrea. Malam itu, entah apa yang terjadi pada Glyn, selintas dia berfikir untuk pergi saja dari negara itu. Satu negara yang telah menorehkan banyak Luka untuknya. Negara yang ingin dia tuju, adalah negara kelahira
Pagi itu Alana mulai berhenti memusuhi dokter tua itu."Terimakasih..."ucap Alana pada Pak Tua itu yang sedang membereskan meja makan."Tidak masalah putriku..apapun akan ayah lakukan untukmu.."jawabnya dengan senyum."Siapa nama putrimu ?"tanya Alana padanya.Dokter tua itu, menghela nafas dan kembali duduk di meja makan itu."Maafkan aku karena telah mengubah wajahmu seperti ini, aku hanya ingin melihat wajah putriku yang telah tiada itu kembali, aku melakukan ini karena aku tahu, luka bakarmu yang sangat parah, bagaimanapun juga, wajahmu tidak akan kembali normal, itulah kenapa aku melakukan ini padamu. Tapi sungguh tidak ada maksud lain, tinggalah disini sebagai putriku..."ucapnya sendu dan menahan tangis.Aku masih diam seribu bahasa, namun dalam hatiku, aku paham tentamg perasaan yang dirasakan oleh dokter tua itu. Lalu dia beranjak dari meja makan."Aku harus ke rumah sakit, lakukan apa yang kau mau disini.."ucapnya.Setelah dia pergi
Selsesainya acara fashion itu, Alana berniat berbicara dengan Patricia tentang kejadian gaun itu.Tok...tok...tok...Pintu ruang Patricia diketuk oleh Alana. Namun Patricia tidak meresponnya."Boleh aku masuk ?"tanya Alana ragu.Patricia hanya menolehnya sebentar, dan dia berpura-pura melihat-lihat buku sketsanya."Dengarkan penjelasanku, aku bersumpah tidak melakukan itu..."ucap Alana bersungguh-sungguh. "Coba pikirkan, untuk apa aku melakukan itu ? Apa untungnya bagiku ?"ucap Alana lagi.Patricia mulai menoleh Alana, dia menarik nafas yang sangat berat."Jika kau ingin branchmu sendiri, silahkan, aku tidak akan melarang, tapi jangan melakukan hal sekotor ini..."ucap Patricia menyelidik."Kau tidak tahu tentang aku, dulu aku mempunyai butik sendiri atas namaku sendiri, aku tidak perlu melakukan hal itu, aku bisa mengenalkan kembali butikku tanpa harus melakukan hal sepicik itu..."jawab Alana.Keras Patricia berfikir, na