Share

Pengkhianatan Arka

   

   

     Seminggu yang lalu ...

     "Bro, nanti datang kan ke pesta ulang tahun Anggita?" Anto menepuk punggung Nanta.

     Nanta yang sedang fokus ke layar ponsel sedikit tersentak. Segera dia menutup ponsel. Namun, sepertinya Anto sudah melihatnya.

    "Eh, tunggu ... tunggu ... siapa foto gadis cantik tadi?" tanya Anto berusaha merebut ponsel Nanta.

     "Bukan siapa-siapa. Oh ya, tadi kamu ngomong apa?" ujar Nanta berusaha mengalihkan pembicaraan.

     " kamu ikut kepesta ulang tahun Anggita, kan? pestanya di pantai." jawab Anto. 

      

     Nanta tidak menjawab pertanyaan sahabatnya. Sebenarnya ia malas datang kepesta itu.

      

     "Buk ... bakso dan es teh ya," teriak Anto pada Ibu kantin."Nanti kamu yang bayarin ya Bro." Anto berkata sambil menyomot bakwan yang ada dipiring Nanta.

     "Kebiasaan!" Nanta menepis tangan Anto. Tapi kalah cepat. Tangannya hanya mengenai angin, dan bakwan sudah berpindah ke mulut Anto.

     Tak lama, Ibu kantin mengantarkan pesanan. Anto pun memakan dengan lahap. 

     Nanta yang sudah selesai makan. Mengedarkan pandangan ke sekeliling. Hingga tak sengaja dia melihat seseorang  yang sangat ia kenal, berjalan  menuju parkiran yang terletak di utara kantin. Ia segera beranjak, ingin memastikan bahwa yang dilihatnya tidak salah. Tapi langkahnya terhenti saat Anto menarik tangannya.

    "Bayar dulu Bro, apa kamu mau, temanmu yang ganteng ini disuruh cuci piring gara-gara tak membayar makanannya." Anto memasang wajah memelas.

      Biasanya Nanta akan mengerjai Anto terlebih dahulu. Tapi kali ini, tanpa banyak bicara dia segera mengeluarkan selembar uang bergambar presiden pertama. Dan segera berjalan menuju ke parkiran. Namun, lelaki itu sudah tidak ada.

 Anto berlari kecil menyusul Nanta. Ikut-ikutan memandang kesana kemari seperti sahabatnya. Tapi, karena dia tak menemukan apa-apa, akhirnya dia bertanya kepada Nanta.

    "Kamu nyari apa Bro, ku lihat dari tadi, celingukan kesana- kemari?" 

     "Aku tadi seperti melihat seseorang di sini, tapi kok sudah menghilang, kemana perginya?" Nanta masih saja mengedarkan pandangannya ke segala penjuru.

      "Siapa? apa orang yang fotonya baru saja kamu pandangi tadi."

     "Ngaco kamu! Sudahlah, yok kita pulang, udah nggak ada kelas lagi kan?" tanya Nanta. Anto menggeleng, kemudian mengikuti Nanta berjalan menuju mobilnya.

*****"

    Nanta kaget ketika seseorang memercikkan air kemukanya. Seketika dia bangun, dan dia marah saat tau itu ulah sahabatnya.

    "Ah! apa-apaan kamu Anto. Aku masih ngantuk." Nanta kembali tidur. Tapi Anto tak menyerah. Dia menggoyang tubuh Nanta. Hingga lelaki itu akhirnya bangun.

    "Ada apa? kamu kan tau aku nggak suka diganggu saat tidur." Nanta mengacak rambutnya.

     "Kamu lupa, kitakan akan datang kepesta." 

      "Aku nggak datang, malas." jawab Nanta.

      "Ayolah Bro, Aku pingin banget datang kepesta itu, pasti nanti disana ada Mitha." Anto membujuk Nanta."tolonglah sahabatmu ini."

       "Kamu datang aja sendiri, tuh, kalau mau bawa mobil, kunci ada di meja." jawab Nanta acuh.

       Nanta memang tak begitu suka pesta. Apalagi itu cuma pesta Anggita, cewek centil yang sering sekali menggodanya.

     "Tolonglah Bro, aku nggak pede kalau harus datang sendiri." bujuk Anto lagi.

     Melihat begitu besar keinginan sahabatnya. Nanta tak kuasa menolak. Apalagi pestanya di pantai. Setidaknya itu bisa mengobati rasa kangennya untuk seseorang yang sangat menyukai senja di pantai.

      Nanta bergegas mandi. Setelah berganti pakaian. Mereka segera berangkat menuju ke pesta.

     Tak menunggu waktu lama, mobil yang dikendarai Nanta dan Anto sudah meluncur ke pantai. Dua puluh menit kemudian, mereka telah sampai.

     Disana, sudah banyak teman-teman yang datang. Ternyata meriah sekali pesta sore itu. Gadis sekelas Anggita, tentu tidak sulit untuk membuat pesta yang mewah. Orang tuanya adalah pejabat yang sangat berpengaruh di sebuah instansi pemerintah.

     Ada live musik disana. Dipandu seorang DJ terkenal, alunan musik yang menghentak mendominasi pesta. Semua orang larut dalam pesta itu, tak terkecuali Anto.

     Nanta yang tidak begitu suka pesta segera menepi. Dia berjalan agak menjauh dari pesta. Berjalan dipinggir pantai seperti saat ini, membuat kerinduannya semakin membuncah. Kerinduan Nanta kepada Tiara. Gadis manis, teman masa kecilnya. Yang setelah beranjak remaja, rasa sayang terhadap teman berubah menjadi cinta. Nanta tak tau pasti, kapan rasa itu datang. Yang ia tau, dia  patah saat Tiara menyerahkan hatinya kepada pemuda lain.

     Dulu, sebelum Arka datang, Nanta pernah menyatakan cinta kepada Tiara, tapi dengan halus Tiara menolaknya. Tiara tak mencintai Nanta, dia hanya menganggap Nanta sahabatnya.

      Nanta kembali kepesta itu, saat dia merasa haus. Saat dia mengambil satu kaleng minuman bersoda, musik tiba-tiba berhenti. Ternyata acara akan segera dimulai.

     Anggita berjalan ke panggung yang telah dihias sedemikian rupa. Anggita tampak anggun dengan dress minimalis berwarna peach dengan hiasan  Swarovski yang berkilau. Semua mata melihat kagum kearahnya.

    Sampai di panggung, Anggita berbicara menggunakan pengeras suara.

   "Teman-teman semua, terima kasih karena telah menyempatkan diri datang kepesta ini. Sebelum acara dimulai, aku ingin memperkenalkan kepada kalian semua, calon suamiku," Anggita menunjuk seseorang di bawah panggung." Sayang, kemarilah." ia berkata kepada lelaki itu.

     Lelaki itu berjalan keatas panggung. Dari tempatnya, Nanta memperhatikan, sepertinya dia kenal dengan postur tubuh itu. Karena membelakanginya jadi dia belum bisa memastikan apa benar itu Arka.

     Saat lelaki itu menghampiri Anggita, Barulah dia bisa dengan jelas melihat wajahnya. Meski sudah menduga, tapi, tak ayal, Nanta terkejut juga. Ternyata itu benar Arka.

     Sekarang Nanta benar-benar tak menikmati pesta itu lagi. Pikirannya tertuju kepada Tiara. Gadis yang sangat setia menunggu Arka. Yang meyakini bahwa suatu saat akan pulang menemuinya saat senja di pantai kenangan. Nyatanya, saat ini, Lelaki itu berjanji pada gadis lain, bahkan disaat yang sama. Saat senja benar-benar menunjukkan keindahannya.

    Ingin sekali rasanya Nanta berlari kepanggung itu, menyeret Arka, dan membawanya kehadapan Tiara. Namun dia berfikir, tak seharusnya Tiara mendapatkan Lelaki pengecut seperti Arka, biarlah dia bersama Anggita. Nanta berjanji bahwa dia akan selalu menjaga hati Tiara. Meski Tiara tak bisa merubah rasanya. Nanta yakin bila ketulusannya suatu saat akan membuat Tiara sadar, bahwa ada cinta lain yang tulus untuknya.

     Nanta meninggalkan pesta itu, dengan membawa kemarahan. "Ah ... Tiara ... malang sekali kisah cintamu" batin Nanta menangis.

       

     

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status