Share

Anggita Merayu Nanta

       Hari telah petang, ketika Nanta tiba di kosannya. Perjalanan yang lumayan jauh, membuatnya sangat lelah. Mandi adalah hal pertama yang ingin dilakukannya saat sampai di kamar.

       Gemericik air dari dalam kamar mandi, terdengar, setelah beberapa menit Nanta memasuki kamar kost nya. Sekitar lima belas menit, Nanta berada di kamar mandi. Rasanya ingin berlama-lama disana, mengingat cuaca panas yang seharian dia rasakan ko sepanjang perjalanan dari rumah Tiara.

      Dering ponsel membuat Nanta terpaksa menyudahi aktivitas mandinya.

Dengan badan yang hanya dililit handuk, dia segera menjawab panggilan dari mamanya.

      "Halo, asalamualaikum, Ma." 

      "Waalaikumsalam, kamu sudah sampai, sayang?" tanya mamanya.

      "Sudah Ma, mungkin sekitar tiga puluh menit yang lalu," jawab Nanta, tangannya sibuk memilih baju di lemari.

      "Ya udah, kalau kamu udah sampai. Mama cuma memastikan itu aja kok, Asalamualaikum." 

     "Waalaikumsalam." Nanta meletakkan ponsel di atas meja. Kemudian, ia berpakaian.

      Nanta merasa lapar. Ia memang belum makan sejak berangkat dari rumah Tiara, tadi pagi. Pantesan aja cacing diperutnya udah mulai berdemo.

      Segera disambarnya kunci mobil yang berada di samping ponselnya. Nanta ingin menemui Anto, dan mengajaknya makan. 

      Sampai di depan Kost nya, Nanta dikejutkan oleh suara panggilan. Saat dia  menoleh, dia melihat Anggita yang berjalan mendekatinya.

    "Nanta, dari mana aja, kamu kok menghilang beberapa hari ini, aku kangen." tiba-tiba Anggita memeluk Nanta.

     Nanta kaget, tak pernah terfikir olehnya, Anggita akan nekad memeluknya.

     "Apa-apaan kamu, Anggita! lepaskan! apa kamu nggak malu dilihat banyak orang?" Nanta berusaha melepaskan pelukan Anggita. Namun Anggita malah makin erat memeluknya.

     "Aku nggak akan melepaskannya. Aku kangen banget, Nanta." Anggita malah mempererat pelukannya.

      "Aku mau nglepasin, kalau kamu mau janji, untuk menemaniku malam ini," imbuh Anggita.

      "Maksud kamu, apa? jangan macam-macam Anggita, aku nggak suka,", jawab Nanta, sambil terus saja berusaha melepaskan pelukan itu.

      Akhirnya Anggita menyerah, ia melepaakan pelukannya.

      "Aku hanya ingin ngobrol sama kamu, Nanta. Dari dulu kamu selalu nyuekin aku, apa salahku?" 

      "Maaf Anggita, kamu gak bersalah. Tapi aku juga gak mau dekat-,dekat kamu. Bukankah kamu udah punya calon suami?" ucap Nanta sehalus mungkin. Meskipun Anggita centil, tapi dia seperti wanita kebanyakan, yang punya sisi kelembutan.

     Tak ingin berlama-lama, Nanta segera menuju mobilnya dan segera melajukannya. Tak diperdulikan lagi Anggita yang berusaha mengejarnya. 

*****

      Nanta mulai merapikan barang bawaan dari kampung kemarin, oleh-oleh dari Orangtua Tiara. Sebenarnya dia sudah menolaknya, karena Nanta tidak akan pulang kerumah, tapi, langsung menuju kost nya. Namun, karena Orangtua Tiara memaksa, terpaksalah dia menerimanya.

      Nanta membuka satu dus, yang ternyata berisi lauk yang bisa bertahan lama, ada rendang dan sambel kering tempe kesukaannya, yang masing-masing diletakkan dalam toples yang tertutup rapat. Ada juga pepes ikan, yang sudah dipanggang, hingga meski sudah dibawa dari kemarin, tapi masih tetap enak dimakan.

     Punya lauk sebanyak itu, Nanta jadi teringat Anto, sahabat yang selalu suka memakan makanan yang dibawa Nanta dari desa. Nanta segera mengambil ponsel untuk mengirim pesan pada Anto.

     (Kesini sekarang, ada banyak makanan yang pasti bakal bikin kamu kekenyangan) tulis Nanta tanpa basa-basi. Centang biru, tak lama terlihat sahabatnya sedang mengetik balasan.

    (segera meluncur) balas Anton singkat.

      Setelah meletakkan ponselnya, Nanta teringat, dia belum masak nasi. Segera ia  mengambil beras, mencuci dan memasaknya dengan magic com.

     Tak lama, terdengarlah ketukan pintu. "tumben Anto ngetuk pintu" batin Nanta. Nanta segera membukanya, dan dia kaget saat mendapati Anggita yang berada di balik pintu itu. Dan Anggita langsung nyelonong masuk, sebelum Nanta menyadarinya.

      "Ada keperluan apa kamu kesini, Anggita? bukankah kamu sudah tau kalau tempat ini khusus untuk cowok, dan Ibu kost melarang menerima tamu cewek dikamar. Lebih baik kamu keluar Anggita, aku tidak mau ada fitnah nantinya." Nanta berusaha mengusir Anggita. 

     

      "Tenang aja Nanta, aku sudah bicara sama Ibu kost, dia gak bakal marah." 

       "Oke, sekarang cepat katakan apa tujuan kamu, aku nggak mau kamu berlama-lama di sini." tekan Nanta. Percuma bila Nanta bersikeras mengusir Anggita. Pasti Anggita akan melakukan cara lain lagi untuk bisa menemuinya.

      "Aku cuma ingin menjelaskan soal kejadian di pantai waktu itu." Anggita menjeda kalimatnya," sebenarnya aku hanya ingin membuatmu cemburu, karena aku tidak mencintainya, papaku yang menjodohkan kami."

    

      "Selama ini aku hanya mencintaimu, Nanta. Kamu juga tau itu. Bahkan rasa cinta ini hadir saat pertama kali aku bertemu denganmu."

      "Tapi, kamu nggak pernah membalas cintaku, bahkan saat aku terang-terangan menyatakan cinta, kamu dengan tegas menolaknya. Apa kurangnya aku, Nanta." Anggita berkata seakan putus asa.

      "Sekali lagi maaf, Anggita. Kamu juga tau, cinta tak kan pernah hadir dengan keterpaksaan. Dan, saat ini, aku juga sedang berjuang untuk mendapatkan hati seorang wanita. Wanita yang sudah membuat seluruh ruang di hatiku tertutup untuk cinta lain." Nanta berusaha berkata jujur untuk menyadarkan Anggita.

      "Siapa wanita yang beruntung itu, Nanta? apakah teman kampus kita?" tanya Anggita lagi. Dia tak menyangka akan menerima penolakan yang kedua kalinya. 

      "Kamu tidak mengenalnya, dia sahabat kecilku dulu, yang kini telah merubah seluruh rasaku kepadanya. Aku mencintainya." 

      "Apakah rasa cintamu tak tersisa sedikitpun untukku, Nanta? bahkan aku rela, menyerahkan segalanya padamu." 

     Anggita mulai tak bisa menjaga sikapnya. Dia benar-benar ingin mendapatkan Nanta. Dia mulai mendekati Nanta, dengan secepat kilat dia memeluk dan mencium Nanta. Nanta yang tak menyangka Anggita akan berbuat seperti itu, reflek mendorong Anggita hingga dia jatuh ke lantai.

       "Jaga sikapmu, Anggita! kamu sudah keterlaluan. Sekarang juga aku minta kamu keluar dari kamarku, keluar!" bentak Nanta. Dia sungguh kecewa kepada Anggita. Selama ini, Nanta selalu menghargai Anggita. Tapi kali ini Anggita sudah keterlaluan. Hilang sudah semua sifat lembut yang selama ini melekat dalam diri Nanta. Meski dia seorang lelaki, tapi dia juga merasa dilecehkan dengan sikap Anggita yang tak menghormatinya.

     Anggita kaget melihat kemarahan Nanta. Dia tak menyangka Nanta akan marah saat dia memeluk dan menciumnya. Anggita pikir semua lelaki sama, tak akan ada yang menolak kecantikannya. Bahkan, banyak orang yang berebut untuk mendapatkannya.

      Anggita segera bangkit, dan merapikan bajunya. Dia meringis kesakitan, karena tadi dia terhempas cukup keras dengan posisi duduk. Nanta tak ingin sedikitpun membantunya.

    "Kamu akan menyesal telah melakukan ini, Nanta!" ucap Anggita sebelum keluar dari kamar itu. 

     Di depan, Anggita berpapasan dengan Anto. 

     "Hai, Anggita ... kamu dari kamar Nanta?" sapa Anto.

      Tapi Anggita tak menjawabnya. Dia berjalan cepat menuju mobilnya. Di dalam mobil, Anggita meluapkan segala kemarahannya.

     "Kurang ajar kamu Nanta! Kamu siapa, berani-beraninya menolak Anggita. Aku bersumpah akan membuat kamu menyesal, Nantaaaaa ... !" teriaknya. Kemudian Anggita meninggalkan tempat itu.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
ci panda
yah yang engga kuncian abiiiiis,penasaran sama lanjutannya (T-T ) kakak ada sosmed ga? aku pingin follow biar bisa keep up ama cerita2nya kakak
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status