Share

Bab 121

Author: Mita Yoo
last update Last Updated: 2025-12-24 20:00:03

Rendra hampir tertidur saat suara itu menyelinap masuk, selembut angin malam tetapi sekeras dentuman musik di telinganya, membuatnya terjaga. “Ren ... kamu pulang?”

Rendra membuka mata. Di ambang pintu kamar yang remang-remang, berdiri sosok yang tidak mungkin ada di sana, namun selalu hadir dalam mimpinya. Dara. Rambutnya acak-acakan, matanya masih sembap, tetapi ada kerinduan yang tak terbendung di dalamnya.

Sebelum Rendra sempat menyadari ini mimpi atau kenyataan, Dara sudah melangkah cepat ke tempat tidur. Tangannya yang dingin meraih lengannya, menariknya mendekat. Lalu, dia menghambur ke pelukannya, menyembunyikan wajahnya di dada Rendra, menggenggam erat baju tidurnya seolah takut ia menghilang.

Rendra membeku sejenak, lalu nalurinya mengambil alih. Lengannya dengan sendirinya melingkari tubuh Dara yang menggigil. Dia menunduk, menempatkan bibirnya di puncak kepala Dara yang harum dengan aroma sampo sederhana. Ciuman itu penuh dengan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Sentuh Aku Lagi, Sayang!   Bab 122

    Rendra terbangun ke kesadaran saat ini dengan kepala berdenyut-denyut dan tubuh yang masih membekas hangatnya mimpi yang luar biasa nyata itu. Setiap detail sentuhan, ciuman, kehangatan kulit Dara, kepasrahan di matanya terasa begitu nyata. Dan untuk beberapa detik ia benar-benar percaya bahwa Dara ada di sisinya semalam.Dadanya seketika sesak oleh kerinduan yang menusuk dan rasa bersalah yang langsung menyusul.Dengan gerakan kasar, ia melemparkan selimut dan berjalan terhuyung menuju kamar mandi. Dia membutuhkan air dingin. Membutuhkan sesuatu untuk membersihkan  sisa-sisa khayalan yang menggodanya, dan perasaan bersalah yang mulai menggerogoti.Air dingin menyiram kepalanya, mengalir deras di wajah dan tubuhnya. Dia menahan napas, berharap dinginnya bisa membekukan ingatan akan mimpi itu. Namun sebaliknya, perbedaan antara dinginnya air dan kehangatan dalam mimpinya membuat semuanya semakin jelas.Tok!Tok-tok

  • Sentuh Aku Lagi, Sayang!   Bab 121

    Rendra hampir tertidur saat suara itu menyelinap masuk, selembut angin malam tetapi sekeras dentuman musik di telinganya, membuatnya terjaga. “Ren ... kamu pulang?”Rendra membuka mata. Di ambang pintu kamar yang remang-remang, berdiri sosok yang tidak mungkin ada di sana, namun selalu hadir dalam mimpinya. Dara. Rambutnya acak-acakan, matanya masih sembap, tetapi ada kerinduan yang tak terbendung di dalamnya.Sebelum Rendra sempat menyadari ini mimpi atau kenyataan, Dara sudah melangkah cepat ke tempat tidur. Tangannya yang dingin meraih lengannya, menariknya mendekat. Lalu, dia menghambur ke pelukannya, menyembunyikan wajahnya di dada Rendra, menggenggam erat baju tidurnya seolah takut ia menghilang.Rendra membeku sejenak, lalu nalurinya mengambil alih. Lengannya dengan sendirinya melingkari tubuh Dara yang menggigil. Dia menunduk, menempatkan bibirnya di puncak kepala Dara yang harum dengan aroma sampo sederhana. Ciuman itu penuh dengan

  • Sentuh Aku Lagi, Sayang!   Bab 120

    “Apa??”Mata Riani terbelalak seketika.Rencana itu terlintas di benak Rendra sebagai satu-satunya pelarian. Baginya, dan terutama untuk Dara. Tapi begitu diucapkan pada Riani, reaksinya langsung dan tegas, menghentikan  pikiran picik yang sudah mulai kehilangan arah itu.Riani menyilangkan tangan, matanya menatap tajam suaminya. “Kamu bilang ke luar negeri?” ulangnya, memastikan.Saat Rendra mengangguk, dia langsung menggeleng. Menolak ide gila itu. “Nggak, Ren. Itu bukan ide bagus. Itu sama aja kamu pengecut dan mengakui skandal itu di mata publik.”Pandangannya tajam. Riani bisa melihat pertarungan itu dari sudut pertempuran citra yang sudah dibangunnya di depan publik. “Kamu kabur, artinya kamu punya sesuatu untuk disembunyikan. Media akan lebih gila. Mereka akan gali lebih dalam, dan justru lebih mungkin buat mereka tahu siapa wanita misterius itu.”Rendra menghela napas berat, duduk di kursi se

  • Sentuh Aku Lagi, Sayang!   Bab 119

    Jalanan malam yang lengang menjadi tempat pelampiasan frustrasi Rendra. Dia menekan pedal gas mobilnya lebih dalam sehingga mobil melaju kencang, membawa serta kekacauan emosi dari pertikaian dengan Arkha di rumah Dara.Bayangan terakhir Dara mengusirnya, wajahnya yang lelah, masih terpampang jelas di benaknya. Dia kalah. Bukan oleh Arkha, tetapi oleh keinginan Dara untuk bebas dari mereka berdua.Saat mobilnya mendekati rumahnya, harapan akan ketenangan sirna oleh pemandangan yang sudah ia duga sebelumnya. Kerumunan wartawan yang masih bertahan di depan gerbang dengan kamera itu membuatnya jengkel. Lampu kamera dan sorotan menyala saat mobilnya mendekat, siap menyambutnya dengan pertanyaan-pertanyaan yang sama menyiksa.Rasa lelah, marah, dan kekalahan yang terpendam mendidih menjadi satu. Daripada melambat dan terjebak dalam lingkaran pertanyaan yang tak ada habisnya, Rendra memilih cara yang lebih keras. Jarinya menekan tombol klakson mobilnya dengan kuat dan terus-menerus.TIIINN—

  • Sentuh Aku Lagi, Sayang!   Bab 118

    “Jadi kamu mau terang-terangan mengakui kalau kamu selingkuh sama istriku, hah?” Arkha berteriak di depan wajah Rendra.Pertanyaannya bukan lagi mencari jawaban, melainkan sebuah tuduhan yang ingin dia tujukan pada Rendra di depan Dara.Rendra merasakan tangan Dara  mengeratkan genggamannya di lengan jaketnya dari belakang. Tubuh Rendra yang menjadi perisai itu seketika menegang. Dia tahu, apapun jawabannya akan menjadi bumerang.Jika menyangkal, dia akan terlihat seperti pengecut dan seorang pembohong. Namun, mengakuinya akan menjadi senjata pamungkas bagi Arkha untuk melabeli mereka sebagai pasangan pendosa. Sekaligus pembenaran untuk semua kemarahannya.Rendra mendesah, merasa sudah lelah dengan kebohongan. Dia menatap Arkha, matanya tidak lagi berisi amarah.Rendra tidak membela diri. Dia hanya mengatakan perasaannya. “Aku tidak pernah menyentuhnya dengan niat seperti itu, Arkha. Tidak sampai hari ini. Ta

  • Sentuh Aku Lagi, Sayang!   Bab 117

    Langkah Rendra terhenti di depan pintu kayu rumah tua itu. Dari dalam, terdengar suara. Bukan suara tangisan, tetapi teriakan yang teredam, penuh dengan emosi yang meledak. Suara Dara. Dan suara lain yang lebih dalam, sedang marah. Dia menduga itu suara Arkha. Debat. Pertengkaran. Sakit hati yang memecah kesunyian malam di rumah itu. Setiap kata yang tertangkap samar olehnya seperti cambuk di punggung. Rendra tidak tahan. Kekhawatiran berubah menjadi sebuah keberanian yang nekat. Dia tidak bisa hanya berdiri di luar sementara Dara mungkin sedang disakiti. Tanpa berpikir lagi, dia mengepalkan tangannya untuk menggedor pintu kayu yang kokoh itu. Suara gedoran itu keras, memecah ketegangan di dalam rumah. “Dara! Buka pintunya! Dara, aku di sini!” Teriakan Rendra penuh dengan kepanikan dan keinginan melindungi. Dia tidak peduli apakah Arkha ada di dalam. Justru, kemung

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status