Share

Bab 2: Tak Terduga

Author: NACL
last update Last Updated: 2025-06-02 16:28:32

Tangan Sofia yang gemetaran menepis tangan pria itu dari dagunya. Tatapannya berubah tajam pada sepasang iris biru terang. Bibir merah agak penuh wanita itu terkunci rapat. Ini merupakan pilihan sulit.

Menikahi orang asing atau membiarkan keluarganya, terutama sang ibu menjadi korban? Hidup macam apa seperti itu?

Sofia menarik dalam napasnya, lalu meremas kuat telepon genggam seolah meremukkannya.

Baik, dia sudah menemukan jawaban untuk pilihan sial ini.

“Oke … aku setuju. Tapi kamu harus memberiku uang dan tidak boleh melarang aku berkarier,” tegas Sofia.

Dia kira, pria arogan itu akan menentang. Siapa sangka, dia justru mengangguk dengan mudahnya.

Kemudian pria itu memberikan paper bag pada Sofia. Gaun putih cantik, bahannya halus dan terlihat mahal. Bahkan lebih elegan dibanding gaun miliknya dengan sang mantan tunangan.

Setelah merapikan penampilan, keduanya pergi ke Kantor Catatan Sipil. Pernikahan tak terduga itu resmi terdaftar secara sah. Mereka menandatangani sejumlah berkas, dan kali ini Sofia pertama kali mengetahui nama suaminya.

“Fernando Galtero …,” gumamnya belum sempat membaca sampai tuntas, sebab berkasnya sudah diambil petugas. Lalu dia menoleh pada pria yang sedang berjabat tangan dengan Petugas Catatan Sipil.

“Tuan Arogan … kita sudah menikah, aku minta uangku!” tegas Sofia dengan suara berat.

Bagaimanapun pria itu telah berjanji. Sofia tidak peduli jika suami dadakan ini menilainya sebagai perempuan matrealistis. Dia hanya ingin segera melunasi biaya perawatan untuk ibunya.

Galtero tampak sibuk dengan telepon genggamnya, tanpa menghiraukan permintaan Sofia.

Pria itu benar-benar membuat Sofia meradang. Namun, tiba-tiba suara notifikasi di ponselnya membuat wanita itu berpaling.

Dia terkejut karena Galtero sudah mentransfer uangnya. Tanpa berpikir panjang, Sofia pun segera membayar biaya perawatan ibunya.

Alih-alih mengucapkan ‘terima kasih’ justru Sofia berkata lain, “Kita sudah menikah dan aku mendapat bayarannya. Impas.”

Sofia hendak beranjak dari sisi Galtero. Namun, dengan cepat pria itu menarik lengannya, lalu memojokkan dan memagarinya pada pilar besar.

Galtero menunjukkan sertifikat pernikahan mereka. Di sana terdapat, nama keduanya, tanggal dan status hukum mereka saat ini.

“Pergi ke mana?” Suara pria itu terdengar dingin mencekam, tidak layak disebut sebagai suami idaman.

Sofia tidak menjawab karena sebenarnya dia juga bingung hendak bernaung di mana.

“Mulai hari ini tinggal denganku!” tukas pria itu. Intonasinya bukan membujuk, tetapi memaksa dan penuh perintah.

Mungkin … itu bukan pilihan yang buruk. Mengingat selama ini dia tinggal di rumah ayahnya bersama ibu tiri dan adik tiri bagai di neraka.

Bukankah lebih baik segera keluar dari rumah itu?

“Tapi … aku harus mengemasi barang-barangku dulu.” Sofia pun menengadahkan tangan. “Alamat rumahmu di mana? Aku bisa pergi sendiri ke sana.”

Galtero maju selangkah, makin dekat dengan wajah Sofia. Lalu pria itu berbisik, “Monte Sereno Nomor 1.” Pria itu menyerahkan kunci ke tangan Sofia.

Tanpa basa-basi, pria itu meraih ponsel Sofia dan mengetik nomornya sendiri, lalu melakukan panggilan ke telepon genggamnya.

“Itu nomorku.”

Galtero menyerahkan kembali ponsel itu sebelum melenggang pergi, membiarkan Sofia mematung dengan tatapan tajam.

Sofia melangkah lesu menuju kediaman keluarganya. Entah apa yang akan dikatakan mereka jika tahu dirinya sudah menikah, tetapi bukan dengan mantan tunangannya.

Baru beberapa menit jadi istri orang, kini dia harus menghadapi hantu masa lalu yang ingin menyeretnya kembali ke lubang gelap bernama Marco.

Sofia terkejut melihat mantan tunangannya itu duduk santai sambil menyesap teh di teras ditemani ibu tirinya.

“Mau apa Marco datang ke sini?” geram Sofia.

Melihat kedekatan itu membuat Sofia merasa mual. Dia hendak berbalik, tetapi Marco jauh lebih cepat. Menahan bahu Sofia dengan kasar dan menariknya.

“Lepas, Marco! Kita sudah tidak ada hubungan apa-apa!” sergah Sofia.

“Enak saja. Ingat Sofia, ayahmu masih punya utang padaku! Kamu janji akan membayarnya!” bentak pria itu sembari memberi remasan ke bahu Sofia, dan itu sakit.

Dulu, sekali Marco marah, tangan besarnya tak ragu mendorong pintu hingga jebol. Kini, tatapan itu muncul lagi ... dan Sofia tahu, bahaya sedang mengintainya.

“Sungguh kamu tidak tahu diri. Ayahmu menjanjikanmu untukku, dan kamu malah lari?” bentak pria itu, “Kita harus menikah, Sofia! Kamu milikku!”

Kali ini, dia menarik rambut Sofia.

Wanita itu pun dengan cepat memutar tubuhnya dan menampar pria itu. Jemarinya gemetar, tetapi sorot matanya tajam.

“Sampai kapan pun, aku tidak akan menikah denganmu!” hardiknya dengan napas tersengal.

Dia tahu, tamparan itu bisa dibayar mahal ... hanya saja, diam bukanlah pilihan.

“Pergilah, urus istrimu yang hamil itu!” usir Sofia lagi.

Marco melotot, lantas mencengkeram kasar rahang Sofia.

“Marco, aku sudah menikah! Suamiku pasti marah padamu!” teriak Sofia seketika dibungkam oleh tangan kasar pria itu.

“Menikah?” Marco tertawa sinis. “Pria gembel mana yang kamu jadikan suami? Ingatlah, Sofia, kamu itu beruntung mendapat pria berpendidikan dan terhormat sepertiku.”

Sofia yang ingin meminta tolong pun kesulitan. Bahkan ibu tirinya saja justru menjadi penonton di teras. Bukan menolongnya.

Kini, Sofia diseret paksa ke dalam mobil pria itu. Marco bahkan mendorong keras tubuh Sofia ke dalam mobil. Membawa wanita itu pergi.

Mobil yang dikemudikan Marco melaju kencang membelah jalanan lengang. Sofia yang memberontak pun tak dihiraukan oleh pria itu.

Hingga tiba-tiba saja, kendaraan hitam mengilap berhenti tepat di depan mereka sehingga Marco mengerem mendadak.

“Sial! Siapa orang itu?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sentuhan Berbahaya Tuan Muda   Bab 238: Ayah dan Anak Laki-lakinya 

    Suara Nicholas memang pelan, tetapi Sofia mendengarnya lantaran posisi ponsel cukup dekat dengan bibir pria itu. Sofia tersenyum geli membayangkan wajah sang kakak.​Panggilan video berakhir karena Nicholas yang iri hati melihat kehidupan adik iparnya tidak berubah drastis.​“Kakak ada-ada saja,” gumam Sofia. Ia melirik ke arah suami dan putranya yang makin besar, makin tampan. Bahkan menurut Sofia, Ezio lebih tampan daripada Galtero.​“Mi Amor, sudah selesai belum?” Galtero berteriak dari bibir pantai.​Sofia tahu jika sudah begini, suaminya itu pasti kelelahan menjaga Ezio yang sangat aktif.​“Ya, aku ke sana,” sahut wanita itu sembari berlari kecil mendekati kuda Andalusia putih.​“Papa, aku ingin ke kebun anggur lagi. Ayo, Pa! Kenapa harus pulang?” oceh Ezio dengan bibir yang menekuk kecil. Bocah itu bahkan melipat tangan di depan dada, persis seperti apa yang tengah dilakukan Sofia saat ini.​“Kenapa lagi?

  • Sentuhan Berbahaya Tuan Muda   Bab 237: Ayah dan Anak perempuannya

    ​Sudah enam tahun berlalu. Setiap hari yang dilewati oleh Isela begitu ringan seolah tanpa beban. Meskipun sejak usia Alba memasuki tiga tahun, ia mulai disibukkan dengan pekerjaan kantor. Nicholas memaksa untuk menjadi asisten pribadi lagi. Namun, tidak sekalipun ibu satu anak itu melewati masa tumbuh kembang Alba.​Tak jarang Isela membawa Alba ke kantor jika tidak ada kesibukan. Seperti sekarang ini, Isela bekerja sambil memperhatikan putrinya yang duduk di kursi kerja Nicholas. Bukan hanya duduk biasa, tetapi kedua tangan mungilnya itu memegang sisir dan jepit rambut. Ia begitu luwes menyisi rambut sang ayah. Bahkan Nicholas sampai diperintah untuk duduk di bawah.​“Apa sudah selesai salonnya, Putriku?” Nicholas menatap pantulan dirinya di depan cermin. Untung saja hari ini tidak banyak pekerjaan ataupun rapat. Kalau iya, ia bisa terlambat karena harus melepas ikat kecil yang menghiasi rambutnya.​Alba menggeleng pelan. “Belum, Papa. Papa harus diam sampai semua selesai,” celoteh

  • Sentuhan Berbahaya Tuan Muda   Bab 236: Benci Tapi Tidak Tega

    ​Abel berbaring miring sambil memegangi dadanya yang terasa sesak. Malam makin pekat dan sunyi, suhu dingin seakan menyayat kulitnya yang tipis. Cairan bening dan asin mengalir dari ekor matanya.​“Mama, Papa, kalian di mana?” gumamnya pelan. Sudah hampir satu bulan ini Abel tidak dijenguk oleh kedua orang tuanya. Wanita itu hanya bisa bersuara pada diri sendiri tanpa bisa beraksi apa pun.​“Aku merindukan kalian. Tolong ke sini, Pa, Ma.” Abel memejamkan mata, tubuhnya bergetar pelan di bawah selimut.​Ia yang terbiasa bergaul dengan teman-temannya untuk belanja, duduk di kafe, dan jalan-jalan ke luar negeri, merasa menyesal karena tak pernah memiliki waktu untuk kedua orang tuanya.​Saking sibuknya Abel, ia memercayakan jodohnya pada orang tua. Berpikir bahwa Nicholas pasti bersedia menerimanya, tanpa perlu ia berusaha meluluhkan hati kepala keluarga Marquez itu.​Sekarang rasa percaya dirinya luntur tak bersisa. Ia yakin tuan muda dari keluarga mana pun tidak akan ada yang mau mener

  • Sentuhan Berbahaya Tuan Muda   ​Bab 235

    ​Isela hanya memerlukan waktu satu hari untuk observasi di rumah sakit. Setelahnya pun ia kembali pulang ke Mansion Marquez bersama putri kecilnya yang sehat.​Sepanjang perjalanan, Isela tersenyum lebar dan manis. Matanya menatap ke samping, ke arah di mana Nicholas duduk sambil memandangi putri kecil yang ada di tengah-tengah mereka.​“Aku tidak menyangka memiliki anak secantik ini.” Nicholas terpesona memandangi putrinya. Bahkan itu menjadi kegiatan baru yang menyenangkan. Tentu saja euforia menjadi ayah sangat berbeda. Ia merasa hidupnya lebih berwarna dan ada sesuatu yang dinantikan.​“Kapan dia bangun? Kenapa dia tidur terus? Seingatku selama hamil kamu tidak mengonsumsi obat tidur.” Nicholas mengetuk-ngetuk dagunya. Ia merasa heran karena sejak bayi itu dilahirkan, ia lebih sering tidur dibanding berinteraksi dengan orang tuanya. Padahal Nicholas berharap bisa mengobrol dan membuat bayinya tertawa, ya, seperti gambar keluarga bahagia yang dilihatnya di majalah.​Isela melirik m

  • Sentuhan Berbahaya Tuan Muda   Bab 234: Papa Mengajarimu, Sayang

    Nicholas makin meringis kesakitan, tetapi saat Galtero hendak mendorong kursi rodanya untuk menjauh dari ruang bersalin, pria itu menolak dengan mengibaskan tangan. ​“Kamu sakit. Untuk apa diam di ruang bersalin? Ini tidak cocok untukmu. Sebaiknya periksa saja kesehatanmu. Sebagai ipar yang baik, aku akan mengantar,” ucap Galtero, nada suaranya datar. ​“Diamlah. Kamu tidak tahu apa-apa. Rasa sakitku berbeda … sebelum ke Madrid dokter sudah memeriksaku,” papar Nicholas dengan suara yang tersendat-sendat. “Aku ingin tetap bersama Isela!” pintanya. ​Dari balik tirai, terdengar suara Isela yang merintih, “Nico … tidak apa-apa kamu periksa saja. Ada Sofia di sini, jangan khawatir.” ​Ibu hamil itu berjuang menahan rasa sakit sekaligus berbesar hati jika Nicholas harus menangani penyakitnya. Isela berharap itu bukanlah sakit yang serius. Sungguh, ia tidak bisa hidup tanpa suaminya tercinta. ​“Tidak! Tidak! Bukan begitu, Sayang. Apa pun yang terjadi, aku akan tetap menemanimu di sini. Men

  • Sentuhan Berbahaya Tuan Muda   Bab 233: Sama-sama Sakit

    Raungan sirine ambulans yang tiba-tiba membuat suasana damai di rumah merajut itu porak-poranda. Sofia bergerak cepat, wajahnya sepucat kain putih. Ia menopang Isela yang kini sudah berdiri, keringat membasahi pelipisnya.​“Aku sudah telepon ambulans dan Nicholas,” ucap Sofia, suaranya sedikit bergetar. “Jangan khawatir, kita akan segera sampai rumah sakit. Ini pasti kontraksi!”​“Tidak, Sofia, tunggu,” cegah Isela lembut, meski ia harus bersandar pada kusen pintu. “Jangan terlalu panik. Ini tidak mungkin melahirkan. Aku memang sakit perut, tapi rasanya tidak sakit sekali seperti yang diceritakan di buku-buku. Ini hanya sakit biasa.”​Sofia menggeleng keras. Ia menarik napas dalam, berusaha menenangkan diri. “Sakit biasa tidak membuatmu menahan napas seperti itu, Kakak Ipar! Dokter yang akan memutuskan. Kita harus pergi sekarang!”​Sofia menuntun Isela menuju pintu depan, sementara di luar, suara ambulans semakin memekakkan telinga. Isela hanya bisa pasrah, membiarkan kepanikan adikny

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status