Beranda / Romansa / Sentuhan Lembut Om Duda / CHAPTER 3: Kamu Beneran Siap?

Share

CHAPTER 3: Kamu Beneran Siap?

Penulis: Heiho
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-05 12:23:34

Rara duduk dengan tegang di sebelah Jefri. Ia menelan ludah gugup lalu melirik pria paruh baya di sebelahnya. 

Wajah pria itu masih mengeras sedari awal. Tatapan matanya yang biasanya lembut kini terlihat tajam, membuat Rara ketakutan. 

Ugh, dia jadi teringat dengan kejadian semalam. Bisa-bisanya dia berkata hal memalukan seperti itu ke ayah sahabatnya sendiri!

“Om, yang semalem maaf ya–”

“Itu pacar kamu?”

Rara tersentak mendengar pertanyaan Jefri. Ia membuang pandangan, menundukkan kepala, dan mengangguk pelan. Jefri yang melihat gerak-gerik Rara menghela napas kencang. Pegangannya di kemudi semakin kencang. 

“Anak zaman sekarang bener-bener ya,” gumam Jefri kesal, “Apa dia selalu begitu tiap sama kamu?”

“Awalnya enggak, tapi sejak tahun kedua jadi begitu,”

Jefri ber-hm singkat mendengar jawaban itu. Rara menggigit bibir pelan lalu lanjut berkata lirih, “Saya sebenarnya bingung kenapa dia tiba-tiba berubah begitu,”

Mata Rara berkaca-kaca, “Apa saya banyak kekurangannya makanya dia jadi begitu? Atau saya buat kesalahan fatal makanya dia begitu–”

“Dia cuma orang brengsek, Ra,” decak Jefri, “Jangan mikir aneh-aneh,”

“Tapi, tetep aja, om,”

Jefri menghela napas kecil ketika mendengar isak tangis tertahan Rara. Ia menarik rem ketika lampu lalu lintas berubah warna menjadi merah. Jefri mendiamkan Rara yang semakin terisak-isak. Pria itu cukup paham kalau sahabat anaknya itu sedang dalam kondisi yang tidak baik. 

Setelah beberapa saat, Rara menghapus air matanya dan bertanya lirih, “Om Jefri kenapa ada di kampus tadi?”

“Dosen fakultas kamu mau sewa aula di hotel Amaris buat acara seminar,” 

Rara mengangguk paham. Gadis itu menarik napas panjang, “Makasih ya, om, buat yang tadi,”

Rara menoleh ke Jefri dengan senyum kecil di wajahnya, “Kalau nggak ada om, aku pasti udah babak belur,”

Jefri tak menanggapi. Ia hanya melirik Rara yang kini sibuk mengusap-usap wajahnya yang basah. 

“Ra,”

“Iya, om?”

“Tentang permintaan kamu kemarin–”

“Oh, om lupain aja!” seru Rara. Wajahnya memerah malu, “Aku ngelantur karena alkohol, maaf ya om–”

“Beneran mau coba, gak?”

Rara tersentak ketika melihat tatapan serius Jefri. Ia menelan ludah, kebingungan untuk menjawab. Ditatapnya lamat-lamat wajah Jefri untuk menelisik apakah dia hanya bercanda atau sungguhan. 

Tapi, seperti yang sudah lama Rara tahu, sangat susah untuk menebak maksud Jefri dari raut wajahnya saja! Pria itu terkenal sangat tenang karena mampu mengendalikan emosinya agar tidak muncul sedikit pun. Mungkin karena titlenya sebagai businessman yang membuat pria itu sangat terlatih. 

“Om bercanda, ya?” ucap Rara dengan senyum kaku, berusaha mencairkan suasana tegang di antara mereka. 

Jefri lagi-lagi tak menanggapi. Pandangan lelaki itu sudah kembali ke jalan karena lampu merah sudah berganti hijau. Tangannya mengarahkan kemudi untuk berbelok, menjauhi arah pulang ke rumah Rara. 

***

Hal pertama yang Rara lihat ketika mereka berhenti adalah rumah seluas 305 m2 di daerah pedesaan. Daerah ini cukup jauh dari pusat kota dan terlihat sangat sepi.  Meski begitu, suasananya cukup tenang, sangat cocok untuk menjadi tempat berlibur jika lelah dari keramaian kota. 

Tapi, rumah siapa ini? Batin Rara was-was. Dan kenapa juga mereka kesini?

Rara tersentak ketika mendengar suara ketukan di jendela pintu mobilnya. Ia menoleh dan melihat Jefri sudah turun lebih dulu. Pria itu memberikan isyarat agar Rara turun yang membuat gadis itu buru-buru membuka pintu mobilnya. 

“Rumah siapa ini, om?” tanya Rara lirih. Ia mengekori langkah Jefri yang tanpa ragu menuju rumah. 

“Rumah saya pas pensiun nanti,” balas Jefri sambil melirik ke belakang, “Saya rencana tinggal di sini waktu pensiun,”

Rara mengerjapkan mata. Pria ini sudah berpikiran sampai sejauh itu? Dia benar-benar pria yang sangat visioner!

Rara menoleh kesana kemari ketika masuk ke dalam. Rumah itu memang tidak sebesar rumah Jefri dan Hani sekarang, tapi terlihat cukup minimalis. Tidak banyak perabotan di dalamnya, mungkin baru Jefri isi katika ia sudah benar-benar tinggal di rumah tersebut. 

Ada dua kamar di rumah itu. Jefri berdiri di salah satunya dan membukanya. Pria itu menoleh kepada Rara yang masih berdiri kaku dengan jarak agak jauh darinya. 

“Masuk,” titah Jefri sebelum masuk ke dalam kamar. 

Rara menelan ludah. Masuk? Masuk ke dalam kamar itu bersama Jefri maksudnya?

Dengan langkah ragu-ragu, Rara memasuki kamar tersebut. Pintu segera ditutup oleh Jefri membuat Rara tersentak kaget. Ia kembali menelan ludah ketika Jefri mengunci pintu kamar itu. 

“Om?”

Tubuh Rara menegang ketika Jefri membuka jasnya dan menyampirkannya di lemari. Gadis itu memundurkan langkahnya pelan-pelan ketika Jefri berjalan mendekatinya. 

Pria itu melepas dasinya dan melemparkannya ke lantai. Setelah itu, ia membuka kancing lengan dan melepas dua kancing atas kemejanya. 

Rara yang terus berjalan mundur tanpa memerhatikan sekitar, terantuk pinggir ranjang dan terjatuh di atas kasur. Ia buru-buru bergerak mundur ketika Jefri semakin mendekat bahkan sudah siap mengurung Rara. 

“Bukannya kamu minta diajarin, Ra?” Jefri menyeringai kecil, “Ayo om ajarin sekarang,”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Sentuhan Lembut Om Duda   CHAPTER 58: Jangan Tinggalin Di Sana

    Beberapa hari berlalu seperti biasa. Meski begitu, Rara menemukan ada hal yang tidak biasa dalam diri Septa. Ia tidak tahu apa bedanya, tapi terasa ada yang mengganjal hatinya ketika bersama Septa akhir-akhir ini. Padahal, pria itu tetap suka bercanda receh dengannya. Masih juga suka mengoceh dan mengeluh secara tiba-tiba. Ia juga masih sama riangnya setiap bersama orang lain dan dirinya. ‘Apa hanya perasaanku saja?’ batin Rara sambil melirik Septa yang berjalan di sebelahnya sambil mengoceh. Minggu ini, shift mereka sudah berubah jadi shift pagi sehingga mereka sekarang sedang istirahat siang dan berencana untuk makan di luar. Karena tempat makan tujuan mereka berada di seberang hotel, jadi keduanya memutuskan untuk keluar melalui pintu depan. Ketika mereka hendak menuju lobi, mata Rara menangkap sosok Jefri yang tengah melewati lobi. Sepertinya ia baru masuk. Rara melirik Septa, ingin mengetahui apakah pria itu juga melihatnya karena ia tidak segera menyapa Jefri. Ia menela

  • Sentuhan Lembut Om Duda   CHAPTER 57: Mau Bekerjasama?

    Septa mengerutkan alis bingung ketika melihat Rachel di depan pintu penthousenya. Sudah hampir tengah malam, apa yang diinginkan wanita ini dengan muncul tiba-tiba?“Kenapa tiba-tiba dateng, Tan?” tanya Septa, “Untung aja aku belum tidur,” lanjut Septa berkelakar. Rachel hanya tersenyum lebar, tapi senyum itu membuat Septa tidak nyaman. Entah kenapa, Septa merasa ada sesuatu yang tidak mengenakkan yang akan datang. Septa berdehem pelan kemudian membuka pintu penthousenya semakin lebar. “Masuk, tan,”“Terima kasih,” ucap Rachel kemudian melengang masuk ke dalam dengan santai. Septa menutup pintu kemudian berjalan mengikuti Rachel menuju ruang tamu. Wanita itu duduk dengan santai di sofa besar. Kakinya menyilang satu ke atas kakinya yang lain. “Tante mau minum sesuatu?” tanya Septa yang masih berdiri. Rachel menggeleng. Ia mengarahkan wajahnya ke single sofa yang ada di sebelahnya. “Duduk saja,”Septa menurut

  • Sentuhan Lembut Om Duda   CHAPTER 56: Bukti yang Didapat Rachel

    “Minggu depan, acara fashion show nyonya sudah akan dimulai. Jadi, hari ini nyonya akan mencoba busana dari desainer yang menjadi partner kita. Harap anda memberitahu apabila busana itu ada yang kurang pas di badan nyonya. Lalu selanjutnya anda–”Rachel tak mendengarkan lagi ucapan asistennya yang berjalan di sebelahnya.Tatapannya memang terarah ke depan, tapi pikirannya melanglang buana ke pertanyaan yang muncul di benaknya beberapa hari terakhir kemarin;Bagaimana cara menemukan bukti Jefri dan Rara melakukan hubungan seks bersama?Tidak, lebih tepatnya, mencari bukti bahwa Jefri dan Rara adalah partner sex. Karena Rachel yakin, mereka bukan hanya One Night Stand di hotel kemarin, tapi sudah melakukannya beberapa kali melihat betapa tenangnya Rara waktu itu. Apalagi, ia teringat kejadian saat Jefri merebut karet gelang Rara yang bisa menjadi bukti pergumulan mereka. Pria itu pasti bermaksud melindungi hubungannya dengan gadis jalang itu!

  • Sentuhan Lembut Om Duda   CHAPTER 55: Hutang

    “Jangan salah posisi tidur lagi, nanti lehernya malah jadi miring,”“Iya, iya,” balas Rara sambil tertawa ketika mendengar candaan rekannya itu. Septa mendengus. Ia menerima helm yang diberikan Rara kemudian menaruhnya di cantolan depan. “Makasih banyak, ya,” ucap Rara dengan senyuman lebar, “Padahal gak usah repot-repot anterin aku pulang,”Septa melambai-lambaikan tangannya malas sambil memasang postur malas pura-pura, “Udah telat kalo merasa gak enak sekarang. Padahal emang aslinya mau jadi pelanggan tetap, kan?”Rara kembali tertawa. Hal itu menerbitkan senyum di wajah Septa. Ah, senyum gadis itu memang selalu menyenangkan untuk dipandang.Tak ingin terhanyut, Septa buru-buru menyalakan motornya lagi. Ia melambaikan tangan ke Rara yang segera dibalas perempuan itu. “Hati-hati!” ucap Rara. Septa mengangguk kemudian melajukan motornya menjauh. Rara segera berbalik badan menuju rumahnya setelah kepergian Se

  • Sentuhan Lembut Om Duda   CHAPTER 54: Hanya Perasaan

    “Ini kayaknya digigit nyamuk,” ringis Rara sambil mengusap-usap lehernya yang ditunjuk Septa, “Malu banget. Semoga nggak ada yang liat pas di pesta tadi,”Septa menatap Rara lamat-lamat. Rekannya itu memang menjawab dengan tenang dan santai, tapi Septa bisa menangkap kegugupan dan kepanikan di wajahnya. Meski Septa tadi menotisnya, ia sebenarnya juga tidak melihatnya terlalu jelas bentukannya tadi seperti apa. Tapi, rasanya terlihat seperti sebuah ruam?Septa merapatkan bibirnya. Ini bukan seperti yang ia pikirkan, kan?Septa menghela napas pelan kemudian mengulas senyum di wajahnya. “Tenang aja, nggak keliatan kok selama di pesta nanti,” ucapnya, “Buktinya aku baru sadar sekarang, kan?”Rara menatap Septa yang tersenyum menenangkan. Ia menelan ludah kemudian tertawa gugup sambil mengangguk. “Untung aja,” ucap Rara lega. Ia kembali memperbaiki gaya rambutnya membuat lehernya tertutupi. Septa mengalihkan pand

  • Sentuhan Lembut Om Duda   CHAPTER 53: Rachel Mencari Bukti

    ‘Pasti ada sesuatu antara dia dan Jefri,’ batin Rachel sambil menatap kepergian Septa dan Rara. Bibirnya mengulas senyum, tapi tatapannya dingin. Ia ikut melambaikan tangan seperti Hani ke dua orang yang mulai masuk ke mobil.Rachel beralih fokus menatap Septa Wajah pria muda itu terlihat normal, ia bahkan sudah tertawa-tawa dengan Hani lagi. Tapi, Rachel berani bersumpah kalau sebelumnya Septa menatap Rara juga dengan tatapan janggal, seolah mencurigai sesuatu. Rachel menyeringai tipis. Haruskah dia membicarakannya dengan pria itu?“Ayo kita jemput ayah, tan,” ucap Hani setelah mobil yang membawa Septa dan Rara pergi. Rachel mengangguk. Mereka mulai menaiki lift untuk menuju kamar Jefri. Setelah sampai di depan kamar Jefri, Hani memasukkan kunci yang diberikan Rara sebelumnya dan membuka pintu. Begitu pintu terbuka, langsung terlihat Jefri yang sedang tertidur di kasur hanya memakai kemeja maroon dan celana hitamnya. Jas pria itu tergantung di kursi sebelah kasur, sementara vestn

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status