Share

Bab 2

Penulis: Asri Faris
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-05 13:52:50

Ruma berjalan cepat meninggalkan kamar enam kosong enam. Dia tidak mendengarkan seruan Raja yang tiba-tiba mendapatkan panggilan darurat dari rumah sakit.

Pria itu ingin sekali mengejar wanita yang telah menghabiskan satu malam bersamanya. Setidaknya duduk tenang tanpa ketegangan. Menyelesaikan masalah yang baru saja terjadi. Namun, waktu seakan tak memberikan restu untuk keduanya.

Raja langsung bertolak ke rumah sakit. Meninggalkan kerumitan hatinya yang tengah melanda. Jelas saja dia merasa hidupnya telah berubah dalam semalam.

Sementara Ruma pulang ke rumah dengan suasana hati yang sangat tidak nyaman. Beruntung dia masuk shif siang. Jadi, tidak harus dikejar deadline untuk pemeriksaan.

Wanita itu pulang dengan taksi. Sepanjang perjalanan, pikirannya menerawang jauh tentang kejadian semalam. Dia agak lupa setelah kedatangannya bersama Rasya ke sebuah jamuan makan.

Hatinya bergejolak hebat mengingat itu semua. Lalu, kenapa Rasya meninggalkannya pada seorang pria asing. Apakah dia sengaja lantaran saking tidak cintanya dengannya.

Pikiran Ruma kacau, kalau memang itu benar. Suaminya ini tipe pria yang sangat durjana.

"Sudah sampai Mbak," seru seorang driver menginterupsi. Membuyarkan lamunan sesaat Ruma.

"Terima kasih Pak," jawab wanita itu bergegas turun usai melakukan pembayaran.

Perempuan itu masuk dengan gumaman salam. Jam segini biasanya Rasya sudah berangkat kerja. Suasana rumah juga nampak sepi. Ia menuju kamarnya dengan langkah pelan. Masih tertutup rapat seperti saat kemarin dia meninggalkan.

"Dari mana saja kamu? Jam segini baru pulang? Sudah tidak punya aturan ya. Seharusnya kamu melakukan tugasmu pagi ini," kata seorang pria mengagetkannya. Suaranya menggelegar mengisi seluruh ruangan.

Ruma kaget bukan kepalang mendapati Rasya masih ada di rumah. Terlebih di kamarnya yang jelas tidak pernah pria itu singgahi. Kapan pria itu menyelinap masuk. Sudah jelas pintunya terkunci rapih.

"Kenapa kamu di sini?" tanya Ruma dingin.

Apakah pria itu pura-pura bodoh hingga lupa akan semalam. Sekarang berlagak tidak tahu apa pun dan seolah tak peduli dengan keadaannya. Pria itu bahkan meninggalkannya begitu saja.

"Ada yang salah? Ini rumahku, bagian mana pun tak masalah aku masuki. Termasuk kamar ini. Dari mana kamu?" tandas pria itu menyorotnya tajam.

"Ck, seharusnya aku yang bertanya padamu, Mas, kenapa kamu meninggalkan aku semalam?" balas Ruma kesal. Membalas tatapan itu dengan dingin.

Suasana hatinya sedang buruk, ditambah sambutan yang begitu ketus oleh suaminya tanpa perasaan. Seolah Ruma memang tidak lah penting sedikit pun baginya.

"Siapkan aku sarapan, kamu kan tahu aku terbiasa makan di rumah," kata pria itu dingin. Lalu keluar begitu saja tanpa bertanya lagi.

Ruma menghela napas sepenuh dada. Ingin sekali menolak dan mengatakan tidak. Namun, Ruma malas berdebat. Ia juga lumayan lapar. Padahal tubuhnya lelah dan terasa sakit semua. Pegal di sana sini.

Wanita itu kembali keluar dengan langkah pelan. Mencoba menormalkan langkahnya. Lekas menyiapkan sarapan dengan bahan yang sudah ada. Roti panggang telur keju menjadi pilihannya.

Ruma menyiapkan di meja makan. Tak lupa kopi hitam kesukaannya. Baru mengetuk pintu kamar yang tidak boleh wanita itu masuki sesuka hati tanpa seizin pemiliknya.

"Mas, sarapannya udah siap," ujar Ruma menginterupsi. Berusaha melupakan sengketa rasa yang telah terjadi.

"Ya," sahut Rasya dari dalam. Keluar dengan tangan sibuk melakukan panggilan. Yang entah dengan siapa. Namun, wajahnya terlihat begitu sumringah.

"Kamu tidak sarapan?" tanya Rasya begitu mendapati istrinya tidak bergabung di antara kursi yang kosong. Meninggalkannya begitu saja.

"Kamu duluan saja Mas, aku belum lapar," sahut Ruma melanjutkan langkahnya.

"Ruma!" panggil pria itu menyeru. Menghentikan langkahnya kembali.

Perempuan itu memutar tubuhnya dengan wajah tanda tanya.

"Ada apa, Mas?" tanya Ruma datar.

"Kenapa jalan kamu aneh begitu?" tanya pria itu rupanya baru saja memperhatikannya.

Sejenak wanita itu terdiam, mencari alasan klise yang paling tepat.

"Tidak apa Mas, ini kakiku sedikit sakit, jadi agak susah," jawab perempuan itu berdusta. Tidak mungkin juga dia harus berkata jujur tentang semalam. Walaupun dia agak mencurigai suaminya. Ke mana sesungguhnya pria itu pergi semalam.

Dia datang bersamanya, seharusnya dia juga pulang bersamanya. Namun, pada kenyataannya ia malah terdampar di kamar pria asing. Siapah pria itu?

Ruma tidak berani bertanya. Takut Rasya malah akan mengungkitnya semakin jauh. Sedang dia benar-benar tidak mempunyai jawaban atas malam itu. Haruskah dia mendatangi hotel itu kembali. Barang kali ada bukti yang tertinggal di sana. Sungguh dia sangat penasaran. Siapa yang telah membawanya ke sana.

"Owh .... " Rasya hanya ber-oh panjang seraya manggut-manggut. Kembali menikmati sarapannya.

Ruma melanjutkan langkahnya ke kamar. Dia mengunci rapat dari dalam. Lalu melempar tubuhnya ke pembaringan. Penat sekali rasanya. Ia kembali tertidur begitu saja.

Perempuan itu terjaga selepas waktu dhuhur. Dengan malas menarik diri dari pembaringan. Kalau tidak sadar akan pekerjaannya. Dia malas sekali untuk beranjak dari kamar.

Perempuan itu baru mau beranjak ke kamar mandi tetiba vibrasi handphonenya berbunyi. Ia menyambar ponselnya yang sedari tadi teronggok begitu saja di nakas. Nama salah satu sahabatnya terpampang jelas di sana.

"Hallo Vin, ada apa?" sapa Ruma dari sebrang telepon.

"Lo udah berangkat apa masih di rumah. Tas tensimeter kita kayaknya ketuker," ujar Vina setelah membuka isinya. Dia paham betul miliknya walaupun sama.

"Eh, iya kah, nanti ditukar balik. Aku baru bangun tidur," kata Ruma sedikit curhat.

Kedua wanita satu profesi itu mengakhiri panggilannya.

Sementara di tempat yang berbeda. Raja baru saja melakukan penanganan medis pada pasien kecelakaan beruntun. Pagi ini rumah sakitnya begitu hectic menerima banyak pasien dengan luka beragam.

Pria itu baru saja selesai dari ruang OK. Menangani pasien yang sudah dijadwalkan siang ini. Setelahnya kembali ke ruangan pribadinya. Menurut jadwal, dia mengakhiri kegiatannya sore ini.

"Abi, ada apa?" tanya Raja mendapati ayahnya sudah menunggu di ruangannya.

"Semalam ke mana? Kenapa tidak datang ke rumah, ummimu menunggu sampai larut malam?" tanya pria itu meminta jawaban putranya.

"Maaf Abi, Raja lupa memberitahu kalau ada seminar. Bagaimana kalau Raja ganti sore ini saja," ujar pria itu mengingat sudah tidak ada jam praktik lagi untuk hari ini.

"Jangan membuat janji kalau tidak bisa menepati. Serius sedikit Raja, waktunya sudah dekat."

"Insya Allah Abi, setelah urusan Raja selesai," ujar pria itu menyanggupi.

Raja rencananya sore ini akan mendatangi hotel itu kembali. Dia harus mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dia harus mengumpulkan bukti atas kekejaman ini. Raja merasa sangat dirugikan atas peristiwa semalam.

"Baiklah, kami tunggu di rumah," ujar pria itu meninggalkan ruangan putranya.

Mereka bekerja di tempat yang sama. Berkontribusi di wilayah yang sama. Namun, tidak setiap hari ketemu juga. Raja tidak lagi tinggal bersama ayah ibunya semenjak mempunyai hunian sendiri. Pria itu memilih mandiri.

Pria itu baru saja keluar dari lift saat tak sengaja tatapan matanya bertemu dengan seorang gadis yang baru saja memasuki lobby rumah sakit. Mengenakan scrub koas seragam dengan rekan lainnya yang tengah berjalan ke arah lift.

"Sore Dok," sapa Vina mengangguk ramah.

Wanita di sampingnya tak kalah terkejut melihat pria semalam ada di tempat yang sama.

"Dok, jangan bilang pria itu tugas di sini juga," batin Ruma menatap dengan galau. Dia mengingat jelas pria yang baru saja lewat itu adalah pria satu malamnya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (11)
goodnovel comment avatar
Kiki Padmini amungkari
Bagus ceritanya....aku suka.....
goodnovel comment avatar
ramadhaniyulia
Rasya aneh, ada yg halal pemilik bahu seputih susu koq dianggurin..mungkin Ruma jodohnya Raja kali yaa..hehe ngarep
goodnovel comment avatar
Asri Faris
Bukan kak, orang baru
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Sentuhan Panas Dokter Dingin   Bab 112

    Mas Raja yang menggoda, Ruma yang tidak suka. Suaminya ini kenapa malah dicie ciein, apa dia tidak bertanya-tanya kenapa Rina dan ibunya Rasya datang ke rumah. "Rum, maaf mengagetkan kamu pagi-pagi. Kebetulan sekali kalau Dokter Raja juga ada di rumah."Iya, Ruma memang kaget, ada hal penting apa sampai Rina dan mantan ibu mertuanya datang ke rumah. Sepertinya Mas Rasya juga, tetapi kenapa pria itu tidak turun dari mobil. "Iya, silahkan masuk Rin, Tante," ucap Ruma menyambutnya dengan hangat. Yang berlalu biarlah berlalu, yang penting sekarang Ruma mempunyai keluarga yang menyayanginya penuh syukur. "Terima kasih banyak, Rum," jawab Rina dan Tante Maria masuk. Lalu mengambil duduk setelah dipersilahkan. Kedatangan kedua orang di masa lalu Ruma tentu bukan tanpa alasan. Mereka merasa perlu bersilaturahmi untuk melegakan hatinya. Tentu saja karena memang ada suatu hal yang tidak melegakan hatinya. "Sebelumnya, maaf jika kedatangan kami membuat kamu dan keluarga tidak nyaman. Sudah

  • Sentuhan Panas Dokter Dingin   Bab 111

    "Sayang, lama banget, itu MUA-nya udah datang." Raja sampai menyusul ke kamar mandi sebab istrinya tak kunjung keluar. "Suruh nunggu Mas, aku sedikit mual." Ruma keluar kamar mandi dengan wajah sedikit pucat. "Loh, kamu sakit?" Dari semalam Ruma memang kurang enak badan. Sedikit masuk angin dan kurang istirahat lebih tepatnya. Jadi, berefek paginya. Padahal hari ini ada acara aqiqahan baby Maher. Malah mendadak tidak enak badan begini. "Nggak Mas, aku cuma agak mual dikit."Semalam baby Maher banyak rewelnya, tumben sekali bayi mungil itu meminta perhatian lebih. Ruma tidak bisa tidur nyenyak gegara putranya terlihat tidak seperti biasanya. Dia takut sendiri dan sedikit trauma kalau sampai ada apa-apa dengan bayinya. "Masuk angin sih ini. Minum obat ya, aku ambilin. Udah makan kan?""Nggak Mas, nggak usah. Ini udah agak mendingan kok," tolak Ruma merasa lebih baik. Pria itu beranjak mengambilkan minum hangat. Menganjurkan istrinya rehat sejenak. Acaranya masih nanti agak siangan,

  • Sentuhan Panas Dokter Dingin   Bab 110

    Ruma dan Raja sepakat mencari pengasuh untuk baby Maher. Tentu saja untuk meringankan pekerjaan istrinya. Apalagi sekarang Ruma tengah masa pemulihan pasca melahirkan. Sudah pasti repot harus membagi waktu untuk dirinya dan juga bayinya."Mas, nanti aku jadwal kontrol. Sekalian ke rumah sakit ya.""Iya, nanti aku antar. Jam berapa sayang?""Siang lah, kamu hari ini berangkat?""Cutiku udah habis, siang ya, nanti aku anterin dulu kalau pagi. Aku langsung pulang beres dari rumah sakit."Waktu Raja memang sangat sibuk. Dia hanya cuti beberapa hari menemani istrinya di rumah sakit dan di rumah. Selebihnya kembali sibuk di rumah sakit. "Iya, nggak pa-pa, ada suster Anna yang bantuin." Untungnya sesama dokter, jadi lebih tahu kesibukan masing-masing. Tidak menuntut untuk dimengerti sendirian. Saling memaklumi karena kehidupannya memang bukan sepenuhnya milik pasangannya. Harus terbagi dengan banyak orang yang membutuhkan.Setiap libur, Raja selalu meluangkan waktunya full di rumah. Karena

  • Sentuhan Panas Dokter Dingin   Bab 109

    Ruma langsung mengiyakan, HPL memang masih akhir bulan, tetapi benar tanda-tandanya baby boy mau launching. "Bisa jalan?" tanya Raja khawatir. Ruma mengangguk, walau dengan wajah menahan sakit, cukup aman untuk berjalan sampai ke mobil. "Ayo sayang, hati-hati!" Abi Zayyan dan juga Ummi Marsha juga langsung ikut ke rumah sakit. Sementara Bik Sumi pulang dengan taksi membawa belanjaan mereka. "Tambah kerasa ya?" tanya Raja sembari mengemudi perjalanan ke rumah sakit. "Iya Mas, lumayan," jawab Ruma memejam. Mengatur nafas, dan sesekali merilekskan tubuhnya saat tengah nyeri. Ini bukan pertama kali bagi Ruma, tetapi sakitnya tentu sama saja satu rasa. Namanya orang mau melahirkan, di mana-mana pasti luar biasa. "Lancar-lancar ya sayang, bantu Buna," ucap Raja sembari mengelus perut istrinya. Begitu sampai di rumah sakit, Ruma langsung disambut hangat oleh tim medis. Perempuan itu langsung dibawa ke ruang bersalin. Setelah dicek ternyata memang sudah pembukaan tiga. Masih lumayan

  • Sentuhan Panas Dokter Dingin   Bab 108

    Empat purnama tak terasa berlalu dengan cepat, Ruma kini tengah menanti hari-hari kelahiran anak kedua. Perempuan itu juga sudah menyelesaikan waktu magangnya. Jadi, bisa mempunyai banyak waktu di rumah menanti launching anak kedua."Aku berangkat ya, nanti kalau ada apa-apa kabari. Jangan belanja sendirian, nanti malam saja aku temani setelah pulang," pesan Raja tak membiarkan istrinya beraktivitas di luar tanpa dirinya. "Iya Mas, tapi kalau misalnya siang berubah pikiran, terus ditemani Bik Sumi gimana? Kan nggak sendirian juga." Tidak ingin terlalu banyak merepotkan, asal Raja mengizinkan, Rumah tidak mengapa berbelanja sendirian."Duh ... bumil ngeyel ya. Ya sudah, nanti pakai supir saja. Hati-hati ya, ingat selalu berkabar di mana pun berada." Raja mode posesif, bukan apa-apa, dia khawatir mengingat istrinya hamil besar. "Siap Mas, kamu juga hati-hati berangkat kerjanya," balas Ruma mengiyakan. Ruma menyalim takzim suaminya. Raja membalasnya dengan kecupan sayang di keningnya,

  • Sentuhan Panas Dokter Dingin   Bab 107

    "Ya Allah ... capek Mas, izin ke kamar ya," pamit Ruma setelah membantu membereskan sisa acara tadi. Padahal cuma bantuin dikit, tapi berasa sekali punggungnya. "Kamu sih, dibilangin nggak usah masih suka maksa. Udah istirahat saja." Kalau Ruma sudah mengeluh, Raja yang khawatir. Istrinya itu kadang bandel, tapi ya namanya juga perempuan aktif, mana bisa diem. "Hem ... tadi nggak berasa Mas, sekarang baru terasa," ucap Ruma beranjak. Raja ikut mengekor istrinya ke dalam. Suasana rumah juga sudah sepi, semua tamu dan keluarga dekat sudah pulang sejak tadi. "Sayang, aku pijitin ya," kata pria itu perhatian. Bukan satu dua kali, Raja memang sering melakukan hal semacamnya saat istrinya mengeluh lelah. Ya walaupun ujung-ujungnya tetap bonus adegan panas. "Hmm ... beneran pijat atau minta bonus." Ruma sadar, wanita itu kemarin menundanya. Dia bahkan berjanji sendiri setelah acara bakalan nyenengin suaminya. Tapi, terkadang ekspektasi tak sesuai realita. Ruma terlihat ke

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status