Share

Bab 3

Ruma langsung menundukkan pandangan dan melangkah cepat sembari menarik Vina. Dia tidak menyangka akan bertemu dengan pria itu lagi di rumah sakit. Jujur, Ruma takut kalau masalah semalam ada yang tahu. Apalagi dia punya suami, dan tengah memperjuangkan cintanya.

"Apaan sih, Rum, narik-narik. Ada Dokter Raja tuh. Kesempatan nyapa dulu," protes Vina kesal.

"Kamu kenal?" tanya Ruma polos. Dia sudah hampir dua bulan di rumah sakit ini, tetapi tak begitu paham dengan dokter tadi.

Jelas saja dia kenal, bahkan hampir semua staf dan dokter di rumah sakit tahu pria itu siapa.

"Ya ampun Ruma, seluruh penghuni rumah sakit ini juga tahu kali siapa tuh orang. Kamu ke mana saja. Dokter sekeren Raja sampai tidak kenotice. Ish ish ish."

Vina menggeleng takjub. Ke mana saja selama ini sahabatnya itu.

"Siapa emang? Senior ya?" tanya Ruma sungguh tak paham dengan pria yang semalam menghabiskan malam panas dengannya. Harap-harap cemas dan berdoa semoga tidak bersenggolan dengannya lagi.

"Beneran nggak tahu?" tanya Vina gemas.

"Iya, emang harus tahu gitu?"

"Bener-bener nih orang ya." Vina menggeleng gemas.

"Dia itu Dokter Raja, wakil direktur rumah sakit ini, sekaligus anak dari pemilik rumah sakit Islam Sehati."

"Apa? Wakil dirut RS ini?" tanya Ruma shock seketika. Dia takut kejadian semalam akan membuat masalah di kemudian hari. Apalagi dengan orang penting seperti Dokter Raja.

"Biasa aja kali kagetnya, ganteng kan, sayang denger-denger udah mau married," jelas Vina yang hanya ditangepi 'oh' saja oleh Ruma.

Ada rasa bersalah di hatinya saat mengetahui pria itu akan menikah. Semoga kejadian semalam tidak meninggalkan jejak apa pun. Dirinya juga punya suami, jadi tidak harus merasa terlalu dipusingkan. Walaupun jelas itu tidak benar. Bagaimana ia mempertanggung jawabkan semua itu padanya.

Perempuan itu melanjutkan langkahnya dengan wajah gusar. Mendadak ia tak tenang sama sekali.

Seperti biasa Ruma dan Vina mengisi daftar kehadiran. Lalu bertugas dengan personel lima sekawan di stase mayor. Kebetulan shif sore kali ini Ruma di pos poli IGD dilanjut jaga malam.

Dari kelima orang di kelompoknya, Ruma kebagian menjalani tugas jaga ICCU di departemen Kardiologi (jantung).

"Untunglah malam ini kebagian di sini," batin Ruma sedikit bisa tenang. Bisa santai sejenak karena kebetulan tidak ada pasien, atau belum ada pasien lebih tepatnya. Hanya jaga bed kosong, alias pasien nihil.

Wanita itu mendadak kepikiran tentang omongan Vina, dan sedikit merasa waswas akan statusnya. Bagaimana kalau orang tuanya tahu, dan bahkan keluarga suaminya jug tahu. Walaupun sekarang hubungannya dengan suami masih entah. Tentu hal itu akan menyebabkan masalah dari segala masalah yang ada.

Ia tengah melamun santai dengan banyak pikiran saat tiba-tiba telfon di ruang ICCU berdering. Dan seperti biasa, teriakan perawat lebih nyaring daripada bunyi telepon yang masuk.

“KOAS! Angkat telfonnnya!” seru seorang perawat mengalahkan deringan telfon.

Ruma langsung bergegas mengangkat telponnya.

"Hallo, dengan Ruang ICCU. Saya Ruma, Koas Kardiologi di sini. Ada yg bisa dibantu?" sapa wanita itu dengan hati berdebar.

Kenapa mendadak deg degan. Efek tadi melamun, terus kaget oleh teriakan perawat dan bunyi telfon, jadilah sedikit termor.

"Hallo Dek, tolong sampaikan pada perawatnya, pasien baru dari ruangan akan masuk ke ICCU dengan diagnosa chest pain ec. STEMI. Mohon dipersiapkan ya. Terima kasih," ucap seorang dari sebrang telfon.

"Siap kak. Baik, laksanakan," balas Ruma sigap.

Ruma langsung bergegas melapor pada kakak perawat yang bertugas. Kemudian mereka bergegas mempersiapkan bed dan memastikan kesiapan alat penunjang lainnya.

Menyiapkan monitor, oksigen, EKG, dan obat-obatan emergency bila memang diperlukan. Ruma ikut membantu, meski lebih banyak memantau. Kebetulan Ruma jaga malam di Kardiologi ini sendirian, jadi agak segan dengan kakak perawat yang tengah bertugas.

Sementara di luar, bunyi brankar terdengar dengan jelas semakin mendekati ruangan ICCU, dan diikuti dengan teriakan pasien.

“Aduh, sakit Dok … dada saya sakit sekali. Tolong saya dokter!” teriak pasien gusar. Menekan dadanya sendiri sembari uring-uringan.

“Dok, tolong bapak saya!” Teriak seorang anak laki-laki sekitar dua belas tahun diikuti isak tangis disamping bed.

"Adek tunggu di sini, jangan ikut masuk," kata Ruma pada anak remaja yang masih sesenggukan.

Anak itu menurut dengan terpaksa. Hanya bisa menangis sembari menunggu ayahnya diperiksa.

Brankar didorong masuk ke ruangan, pasien segera dipindahkan ke bed ICCU. Langsung dipasang masker oksigen, tak lupa oximetry juga dipasang, dan elektroda ditempel di dada pasien lalu dihubungankan dengan monitor, dan pemantauan dimulai.

Saat ini Ruma bersama dua dokter residen kardiologi yang bertugas. Keduanya kebetulan sudah Ruma kenal setelah bertugas di stase hampir dua bulan. Walaupun tidak dekat sama sekali. Hanya kenal saja. Mereka dokter residen dan Ruma koas, atau dokter muda lebih kerennya.

Dokter Iwan dan Dokter Luna melakukan diskusi dan mulai memberikan terapi pada pasien. Sementara Ruma masih melihat jerit kesakitan pasien. Kasihan sekali, Ruma tak tahan melihatnya kesakitan bapak itu. Sejenak ia sampai lupa masalahnya saat ini.

"Dek, kamu koas jaga Kardio sekarang?" tanya Dokter dengan name tag dr. Iwan.

"Iya Dok," jawab Ruma mengiyakan.

"Follow ketat pasien ini!" titahnya serius.

"Siap Dok," jawab Ruma sigap. Setia berdiri di samping pasien dan memonitor keadaannya.

Pasien mulai terlihat berkurang nyeri dadanya. Namun, dia masih terlihat gelisah dan terasa sesak napas. Dari jauh Ruma melihat anak remaja tadi yang menunggu di luar hanya menempel mengintip di depan pintu kaca ICCU sembari menangisi ayahnya.

Tak lama kemudian, seorang bapak dan ibu dari pasien datang. Karena ruangan intensif, tidak sembarang orang bisa masuk, kecuali jam besuk. Namun, mereka sangat memohon diikuti tangisan, akhirnya perawat mengizinkannya.

"Dokter, saya mohon, izinkan saya masuk. Saya mau lihat anak saya," ucap seorang ibu paruh baya dengan tangis.

Sementara Ruma hanya melihat orang tua dari pasien menangis. Karena Ruma memang ditugaskan untuk follow ketat pasien, jadi tetap stay di samping bed. Otomatis bisa mendengar tangisan itu lebih dekat dan mendengar kalimat yg disampaikan pasien kepada orang tuanya.

"Titip anakku, Ma," kata pasien dengan napas berat.

Seketika itu Ruma ikut berkaca-kaca. Refleks mengingat kedua orang tuanya di rumah yang begitu menyayanginya. Walaupun Ruma hanya anak angkat, tetapi beliau begitu menyayanginya.

Keadaan pasien semakin parah, nyeri dada kembali dirasakan lagi. Alarm monitor mulai menyala dengan kencang. Gambaran monitor menunjukkan serangan kembali terjadi. Seketika itu juga jantung pasien berhenti. Diiringi isak tangis orangtuanya semakin kencang.

Dokter langsung melakukan consent untuk bantuan hidup berupa pijat jantung (RJPO). Residen memulai tindakan pijat jantung. 10 siklus RJPO telah terlewati, belum ada tanda perbaikan.

Ruma tentu saja ikut membantu, bergantian dengan residen untuk melakukan RJPO. Tanpa Ruma sadari seragam yang dikenakan sampai basah. Keringat bercucuran bersamaan dengan keadaan genting. Pinggul dan tangan mulai pegal, akhirnya switch position dengan residen untuk bergantian.

"Dok," panggil Ruma lirih. Terlihat semrawut, tetapi mencoba untuk fokus.

Setelah hampir empat puluh lima menitan Ruma dan residen mencoba, RJPO dan obat-obatan emergency tidak membuahkan hasil. Pasien dinyatakan meninggal di depan keluarganya.

Badan Ruma gemetar melihat sang anak menangis kencang dan berteriak memanggil ayahnya.

Kepergian pasien sesaat setelah orang tuanya datang, seolah meminta izin berpamitan.

Ruma menghela napas sepenuh dada. Kematian kembali wanita itu saksikan.

Ruma kira jaga malam kali ini mudah. Ternyata berat! Namun, pasti selalu ada hikmah yang terselip dari sebuah peristiwa.

Ruma keluar dari ruangan, rehat sejenak sebelum membuat laporan. Ia yang tengah duduk sembari mengatur napasnya kaget seketika begitu ada seorang yang menyapanya.

"Bisa kita bicara sebentar," ucapnya membuat perempuan itu seketika menoleh. Belum juga stabil jantung dan rasa lelah yang melanda. Ia dikagetkan dengan kedatangan orang yang tak terduga.

Comments (14)
goodnovel comment avatar
Lela
dokter raja
goodnovel comment avatar
ramadhaniyulia
Raja kah yg datang??
goodnovel comment avatar
Desti Ratnawati
jadi inget ma Sky & disya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status