Beranda / Romansa / Sentuhan Pria Dewasa / Chapter 4 Kesepakatan

Share

Chapter 4 Kesepakatan

Penulis: Polcaa
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-28 12:32:49

From: Arkana Rivard

Subject: My office. Now.

Narine menaruh tas di meja, menyalakan laptop, berusaha pura-pura nggak peduli. Tapi jelas semua orang memperhatikan. Seperti menunggu apakah dia akan meledak atau pura-pura bebal. Detik berikutnya, notifikasi chat kantor masuk bertubi-tubi. Dari Maya.

Maya: NARINEEEE GILA APAAN TUH DI TIMELINEAAA??

Narine: Bentar. Jangan pake capslock, mata gue sakit.

Maya: INI GOSIP LO JADI SELINGKUHAN? SIMPENAN OM-OM?!!

Narine: Thor bukan om-om. Kurang tua 2 tahun biar jadi om. Dan dia sepupu gue.

Maya: YAA GUE TAU, TAPI SATU KANTOR GAADA YG TAU ITU. SEKARANG LINE GROUP HR PANASSS!!!

Narine: Santai. Gini doang?

Maya: GINI DOANG? GINI DOANG KATA DIAAA! FOTO LO DI MOBIL MALAM-MALAM JUGA KESEBAR!

Narine: Mobil itu punya gue.

Maya: DI FOTO LO KEPELUK DIAAA!!

Narine: Lo bisa matiin dulu gak capslock nya, kita tuh janjian sama kak rajan mau dinner orang ada bini nya juga di dalem

Maya: Lah orang gila tuh yang foto sembarangan

Narine: Iya kayak elu

Maya: OH PLEASEEE— 

Maya membalas dengan stiker lempar kursi. Narine memijat pelipisnya. Oke, ini masalah. Tapi bukan yang nggak bisa dijelaskan. Yang bikin masalah itu manusia yang senang menelan drama murahan mentah-mentah tanpa bertanya dulu apa faktanya.

"Narine, baik-baik aja kan?" tanya Vira, salah satu rekan tim.

"Baik," jawab Narine singkat. Nggak perlu over explain. Toh mau dijelasin juga mereka nggak akan percaya.

Sampai satu kalimat itu terdengar dari salah satu sisi ruangan.

"Ya iyalah dia baik, kan punya sugar daddy yang jagain."

Tawa cekikikan menyebar. Lalu bisik sinis dari yang lain.

"Eh, lu nggak liat fotonya? Dewasa cuy cowonya."

"Iya, mukanya kaya duda 3 anak."

"Eh tapi gue denger istrinya cantik! Kasian banget istrinya ya."

Brengsek.

Narine mengepalkan tangan di bawah meja. Dia masih bisa sabar. Masih.


Ruang Arkana selalu dingin. Minimalis. Maskulin. Nggak ada dekorasi kecuali lukisan hitam-putih abstrak di dinding dan itu pun terlihat mahal. Narine masuk dengan kepala tegak. Nggak salah, nggak perlu takut.

"Pak Arkana, Anda mencar—"

"Shut the door."

Nada itu datar. Tapi berbahaya.

Narine menutup pintu. Arkana duduk di balik meja kaca hitamnya, jas navy-nya rapi.

"Duduk," katanya tanpa ekspresi.

Narine duduk. Sunyi beberapa detik. Arkana tidak bicara. Dia hanya memandangi Narine.

Seperti menunggu apakah Narine akan retak lebih dulu.

"Want to explain something?" Arkana akhirnya bicara.

"Kalau ini soal gosip yang beredar—"

"Hm," Arkana menyilangkan tangan. "Gosip? Yang kamu maksud adalah kamu dituduh jadi selingkuhan pria beristri?"

"itu tidak benar pak"

Arkana menatap layar tablet di mejanya. Swipe. Tap. Menunjukkan foto yang tadi dia lihat berseliweran di timeline. Foto Narine dan Thor di parkiran, malam hari. Thor tampak menarik Narine untuk berpelukan. Kelihatan intim. Kelihatan salah.

"Jelas kelihatan benar sekali," Arkana berkata dingin.

"Foto bisa menipu."

"Bisa." Ia menaikkan satu alis. "Tapi publik tidak peduli penjelasan."

"Yang pasti saya bukan selingkuhan thor pak."

"Hm," Arkana menyandarkan punggung. Masih datar. "Convenient."

Narine mulai panas.

"Anda pikir saya berbohong?"

"Aku pikir" Arkana menatap lebih dalam. "kamu terlalu pintar untuk melakukan hal bodoh. Tapi ternyata aku salah."

Arkana mengetuk meja pelan. Sekali. Tepat. Menghentikan kalimat Narine.

"Kamu tidak paham, Narine. Ini bukan cuma soal nama kamu. Ini soal nama perusahaan. Kamu sekarang bekerja membawa nama AUDE'C Group, bukan anak SMA yang bisa bikin drama percintaan seenaknya di tribun sekolah. Mengerti?"

Narine menggertakkan gigi. "Saya tidak membuat drama."

"Tapi kamu jadi pusat drama." Arkana balas cepat. "Dan itu sama saja."

Keduanya saling tatap. Tegang. Nggak ada yang mau kalah.

"Masalah justru datang mencarimu. Pertanyaannya kenapa?"

Tangan Narine mengepal. "Maksud bapak?"

"Kalau gosip ini sampai meledak di media, artinya seseorang sengaja menyebarkannya. Biasanya target yang dipilih tidak acak. Entah kamu menyinggung seseorang... atau seseorang ingin menyingkirkanmu."

Kalimat itu menampar. Tapi juga menyadarkan Narine benar. Ini bukan gosip biasa. Ini serangan.

"Jadi" Arkana mencondongkan tubuh. "kamu punya musuh, Miss Aldira?"

"Kalau punya pun, saya tidak pakai cara murahan."

"Hm. Masalahnya orang yang menyerangmu justru memakainya."

Hening. Lalu Arkana berkata pelan tapi tajam:

"Kamu bikin aku terlihat menoleransi skandal di perusahaanku."

Narine menatapnya dingin. "Anda selalu mengatakan tidak peduli dengan omongan orang."

"Aku peduli kalau orang bicara tentang timku."

Deg.

Itu kalimat yang tidak Narine duga keluar dari mulut Arkana.

"Tapi," Arkana kembali datar, "aku tidak suka terlihat bodoh."

"Anda tidak bodoh."

"Kalau aku mempertahankan karyawan yang ternyata selingkuhan pria beristri?"

"Itu tidak benar!" Kini nada Narine naik. "Jangan samakan saya dengan kelas murahan kayak gitu."

"Good," Arkana berkata pelan, tajam. "Mari kita buktikan"

Narine menatapnya. "Maksud Anda?"

"Saya bisa bantu kamu untuk redam gosip murahan kayak gini"

"Caranya?"

"Then jadi pacar pura-pura saya kalo gitu, kamu akan terbebas dari gosip dan kita akan saling menguntungkan" ucap Pak Arkana dengan percaya diri 

"saling menguntungkan?"

Arkana tersenyum dan berkata, "Kamu terbebas dari gosip murahan ini, dan saya bisa menyenangkan kamu?"

"Partner in sex, i mean" lanjutnya dengan santai 

Tatapan Arkana menantang. Panas. Ambisius. 

Narine balas menatap.

"Challenge accepted."

Sudut bibir Arkana terangkat tipis. "Bagus."

Arkana menghampiri Narine sambil meilin rambut indah kecoklatan dengan wangi wood yang kuat "Oke selamat bekerja sama- sayang" 

Dia meninggalkan Narine yang masih kesulitan bernafas akibat serangan mendadak seperti ini, siapa yang bisa tahan diperlakukan seperti itu oleh seorang Arkana.

'Gila gue ko gak mikir dulu sih, gimana kalo tambah rumit ni masalah'


Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Sentuhan Pria Dewasa   Chapter 31 Peringatan Irene

    Arkana menyetir dengan satu tangan di setir, satu lagi bertumpu santai di konsol tengah. Lampu-lampu jalan Jakarta berpendar di kaca mobil, memantul seperti garis-garis cahaya yang bergerak lambat. Narine duduk di kursi penumpang, tubuhnya sedikit menyandar ke pintu, menatap keluar jendela tanpa benar-benar fokus pada apa pun.Hening terlalu lama tidak seperti biasanya. Di saat-saat seperti ini ocehan dari bebek pribadinya itu sangat Arkana rindukan.“Irene itu…” Arkana akhirnya membuka suara, nadanya datar tapi jelas ada sesuatu yang ditahan. “Dia mantan pacar Rajan, dan orang yang sama yang ngebuat aku sama Rajan salah paham.”Narine menoleh. “Hmmm,” jawabnya pelan. “Dia cantik ya pantes kamu sama kak Rajan sampe musuhan gitu, apalagi kayaknya dia deket banget sama keluarga kamu.”Arkana menghembuskan napas pendek, seolah sudah menduga reaksi itu. “Papa mama sama orang tuanya Irene temenan dari dulu. Partner bisnis, sahabat, papa ku udah temenan dari SMA sama papinya Irene.” Rahangn

  • Sentuhan Pria Dewasa   Chapter 30 Kembalinya Masa lalu

    Setelah kembali dari kantin menyelesaikan makan siang nya, Narine menarik kursinya dengan keras sehingga suara nya memekakkan telinga. “Kamu tuh bener-bener ya, dikantin tadi banyak yang ngomongin kita.” omelnya sambil menyalakan laptop.Arkana menoleh. “Ya gapapa bek, biar mereka tau gimana ugal-ugalan nya kamu sama aku wkwk”“Mereka gak tau aja gimana rewelnya kamu.”“Eh itu apa?" Narine terdistrak oleh sesuatu yang ada di celana Arkana.Arkana menunduk, melirik dirinya sendiri. “Oh ini, tadi ada hewan terus nempel disini jadi kotor gini.”Arkana tersenyum kecil. “Kamu daritadi ternyata merhatiin nya kearah sini. Mau yaaaa, ngakuu.”Narine langsung menoleh tajam. “Aku nggak merhatiin.”“Oh?” Arkana menyandarkan punggung. “Kalo kamu mau bilang aja si sayang, kayak sama siapa aja.”“Orang gila!”“Gila akan cintamu.”“Sumpah ya, konyol banget kamu tuh belajar dari siapa si.” ujar Narine sambil senyum geli, siapa sangka bosnya yang galak itu kini sering menggombal yang alay pula.“Lihat

  • Sentuhan Pria Dewasa   Chapter 29 Kejadian Tak Terduga

    Pagi itu Narine datang ke kantor dengan ekspresi yang bahkan kopi pahit di tangannya tidak mampu selamatkan. Rambutnya rapi, outfit-nya on point, tapi auranya seperti orang yang baru saja debat panjang sama semesta dan kalah telak.Ia menaruh tas di meja, menyalakan laptop, lalu mendesah panjang.“Pagi, sayang ku” suara Arkana terdengar dari samping, tenang seperti biasa.Narine tidak langsung menoleh. “Pagi bapak.”Arkana duduk di kursinya, membuka tablet. “Bapak banget nih, masa sama pacar bilang nya bapak.”“Ya emang kamu udah bapak-bapak,” Narine akhirnya menoleh. “Bapak dari anak-anak mu, jiaaakkhh.”Narine mendengus. “Konyol banget.”Arkana tertawa senang seolah baru menemukan akar masalah dunia. “Udah gen-z banget kan bek.”Narine melotot. “Genz matamu”“Salah mulu, males.”Mereka hening beberapa detik, hanya suara keyboard dan AC kantor. Tapi jelas, hening itu bukan damai. Lebih seperti dua orang yang sama-sama tahu mereka lagi adu gengsi, tapi terlalu malas buat ngaku."Kita

  • Sentuhan Pria Dewasa   Chapter 28 Adu Mulut

    Saat jam makan siang, Narine berada di pantry mengambil air. Dua rekan perempuan dari departemen lain tiba-tiba muncul dan mulai berbicara dengan Arkana yang sedang membuat kopi. Suara mereka terdengar riang, candaan ringan, kemudian salah satu menyentuh lengan Arkana sambil tertawa.Narine refleks memalingkan wajah, tapi dada tiba-tiba terasa aneh seperti ada yang menusuk pelan dari dalam.Perasaan itu membuatnya kaget. Ia tidak pernah peduli sebelumnya siapa yang dekat dengan Arkana. Tapi sekarang rasanya seperti ada jarak tak terlihat yang berubah menjadi sesuatu yang menyakitkan.Ia buru-buru mengambil air dan pergi tanpa menoleh.Namun ia bisa merasakan tatapan Arkana mengikuti gerakannya.'Duh ini gue ko jadi kayak maling ya, biasa aja deh toh cuman mimpi'****Sore menjelang jam pulang, Narine sengaja membereskan barang-barangnya lebih pelan, berharap Arkana sudah pulang duluan. Tapi ketika ia berjalan keluar, Arkana berdiri dekat lift, seolah menunggu seseorang.“Narine,” pang

  • Sentuhan Pria Dewasa   Chapter 27 Akibat Mimpi

    Narine hampir mengira sudah berhasil menenangkan diri ketika ia sudah berpakaian rapi, mengambil tas, dan bersiap keluar kamar. Tapi saat ia membuka pintu kamar, Maya sudah berdiri di lorong kecil apartemen dengan rambut acak-acakan, satu tangan memegang laptop, satu tangan lagi sibuk mencari sesuatu di dalam tas kecilnya.“Lo berangkat sekarang kan? Nebeng gue ya,” ucap Maya buru-buru, seolah keputusan itu sudah final dan tidak bisa ditawar lagi.Narine mengerjap pelan. “Hah? masih jaman Nebeng?"“Yaelah jangan pelit-pelit calon adik ipar.” Maya menyelipkan laptop ke tas tote bag-nya. Narine mendengus pelan. “Lo bahkan gak berani natap wajah kak Rajan, so so'an mau jadi ipar gue.”“Makanya gue butuh bantuan lo,” jawab Maya nyaris dramatis, lalu merapikan sedikit rambut bagian depan. “Udah cepet ah, gue takut telat briefing.”Narine menarik napas pelan, sedikit bagian dirinya senang Maya muncul tiba-tiba begini karena setidaknya ia bisa mengalihkan pikirannya dari bayangan Arkana. Ma

  • Sentuhan Pria Dewasa   Chapter 26 Basah Banget 21+++

    POV NARINEAku mengusap dada Arkana. Menyentuh kulitnya yang terasa hangat akibat matahari sore.Pak Arkana menggeram pelan, membuatku sontak tertawa.“Narine....” desisnya.“Yes?” I play innocent.“Stop touching me.”“Why?” Tanyaku.Sekali lagi, Pak Arkana menggeram. “I’m hard.”Sebaris semyum mencuri keluar di wajahku. Aku menunduk untuk bersembunyi dariPak Arkana.“And I’m wet,” balasku, lalu mencium dadanya.Aku bisa merasakan tubuhnya menegang.Pak Arkana meraih daguku lalu menarik wajahku hingga berhadapan dengannya. Tangannyaberada di bagian belakang kepalaku. Dia mendorong kepalaku hingga bibirku mendarat di atasbibirnya. Ciumannya selalu membuatku candu. Aku membuka bibir dan membiarkan lidahnyamenguasaiku. Ciumannya terasa lembut sekaligus menuntut.Pak Arkana mengurai ciuman itu sebelum nafsu menguasai. Matanya berkilat saatmenatapku. Aku bisa merasakan birahi di matanya, karena aku pun merasakan hal yang sama.“Can we go now?” Tanyanya. “I want to see you naked, Narin

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status