共有

2. Bab 2

作者: Amy_Asya
last update 最終更新日: 2025-11-14 23:46:44

Eleanor tak memberikan reaksi apa pun. Dia terlalu terkejut mendapatkan perlakuan yang kasar dari ibu mertuanya.

Eleanor tahu dan tak menutup mata jika selama ini, Nyonya Carter—ibu mertuanya itu memang tak pernah menyukai keberadaanya. Akan tetapi, perlakuannya sekarang benar-benar di luar dugaan Eleanor.

“Dasar wanita pembawa sial!” maki Nyonya Carter lagi.

“Mama sudah.” Suara Tuan Carter bergetar saat mencoba menenangkan istrinya.

“Ma, bagaimana dengan kondisi Nathan sekarang?” tanya Eleanor dengan penuh harap. Dia mengabaikan semua perlakuan buruk yang diterima barusan.

Namun, Nyonya Carter sama sekali tak menjawab. Dia justru kembali menampar pipi Eleanor untuk yang kedua kalinya. Setelah itu, wanita paruh baya itu kembali menangis dengan kencang. Menjerit dan meraung dalam pelukan suaminya.

“Oh, Nath-ku. Putraku sayang yang malang.”

Eleanor terpaku. Pikirannya berusaha keras mencerna apa yang sedang terjadi, hingga rasa sesak kembali menghantam dadanya. “Mama," panggil Eleanor dengan lirih. Dia berusaha mendekat, meraih tangan sang ibu mertua, tetapi Nyonya Carter justru menepis tangannya dengan kasar. “Bagaimana kondisi Nathan, Ma?"

“Nathan-ku. Jangan tinggalkan Mama, Sayang.”

Dunia Eleanor seperti berhenti berputar. Jantungnya berdegup kencang saat mendengar kata-kata Nyonya Carter. Udara di sekitarnya terasa seperti perlahan menghilang, hingga membuat dadanya kian sesak hingga kesulitan bernapas.

Apa maksud perkataan itu?

Tubuh kecil Eleanor goyah. Dia jatuh terduduk di atas lantai yang dingin. Pandangannya kosong, dan setelah beberapa saat dia kembali memegang tangan ibu mertuanya. “Maksud Mama apa? Nathan tidak mungkin meninggalkan Mama?” Suara Eleanor nyaris tak terdengar.

Namun, Nyonya Carter tak memberikan jawaban yang Eleanor inginkan. Wanita paruh baya itu justru semakin menangis histeris dalam pelukan suaminya.

Tak mendapatkan jawaban apa pun, Eleanor menatap Tuan Carter dengan pandangan memelas, seperti anak kecil yang mulai kehilangan arah.

“Papa, katakan apa yang terjadi?”

Koridor rumah sakit seketika terasa sunyi. Semua tatapan tertuju padanya, tatapan iba yang membuat diri Eleanor semakin ketakutan.

Tuan carter menghela napas dengan berat, setelah itu diusapnya kepala Eleanor dengan penuh kasih sayang. “Masuklah, Nak. Lihat suamimu di dalam.”

Eleanor terpaku. Pikirannya menolak, hatinya terus memberontak. Logikanya terus saja berbisik jika suaminya pasti baik-baik saja, tetapi hati kecilnya tak bisa dibohongi. Hatinya terus menjerit, mengatakan hal yang sebaliknya.

Tuan carter menyentuh bahu Eleanor dengan lembut, sementara satu tangan yang lain masih memeluk istrinya yang histeris. “Masuklah, Nak," katanya dengan lembut.

Kemudian tatapannya beralih pada Lucas, memberi isyarat agar pria itu membantu Eleanor untuk berdiri.

Lucas memegang bahu Eleanor dengan hati-hati. Dia sudah paham dengan apa yang terjadi. Pria itu membantu Eleanor berjalan dengan perlahan. Di sini dia bisa merasakan betapa dinginnya tubuh Eleanor, betapa beratnya langkah kaki Eleanor, seolah wanita itu sedang berjalan menuju kehancuran.

Hati Eleanor tak henti-hentinya terus berteriak, memohon kepada Tuhan agar Nathan baik-baik saja. Namun, entah mengapa setiap langkah kakinya justru terasa kian memberat, hingga dia harus berpegangan pada Lucas.

Sesampainya di dalam, tubuh Eleanor terpaku. Dunia wanita itu seperti berputar di detik itu juga saat melihat kain penutup putih yang sudah menyelimuti seseorang yang sudah dia tahu pasti siapa orangnya.

“Tidak … Nath.” Eleanor menggeleng dengan air mata yang perlahan jatuh. Dengan langkah tertatih, Eleanor menghampiri tubuh yang sudah terbujur kaku di hadapannya.

Dengan tangan yang gemetar dia meraih tangan yang terasa begitu dingin. “Nath!” teriak Eleanor histeris saat perawat di sana membuka kain yang menutupi wajah suaminya yang sudah pucat.

Eleanor hampir terjatuh jika saja Lucas tak menangkapnya dengan cepat. Pria itu segera membantu Eleanor untuk berdiri.

Namun, Eleanor benar-benar tak punya kekuatan itu lagi. kakinya terasa lemas, dia hanya bisa menangis dengan terus memegang tangan Nathan yang pucat dan kian terasa dingin.

Tangisannya terdengar begitu memilukan bagi siapa pun yang mendengarnya.

“Nath, ini pasti mimpi kan?” Eleanor berusaha berdiri. Dia menatap wajah Nathan yang sudah pucat, lalu menyentuhnya dengan sangat pelan.

Di saat itu tangisnya kembali pecah. “Nathan, kenapa kau lakukan ini padaku?” bisik Eleanor, pilu. Dia memeluk dan mencium wajah Nathan yang terasa begitu dingin, sedingin hatinya.

Sungguh, Eleanor masih berharap bahwa ini semua hanya mimpi, dan dia akan terbangun di dalam kamar mandi dengan kedatangan Nathan yang selalu tersenyum padanya, seperti biasa.

Namun, kenyatannya tak seindah itu.

Berulang kali Eleanor menampar pipinya sendiri agar dia sadar, tetapi sia-sia semua ini terasa begitu nyata bagi Eleanor.

Sungguh, tangisan wanita itu terdengar begitu menyayat hati bagi siapa pun yang mendengarnya. Dia meratapi kepergian Nathan dengan ketidakberdayaan, dan ketidakpercayaan.

“Nathan, bangun. Jangan tinggalkan aku sendiri di sini. Aku tidak punya siapa pun lagi.”

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • Sentuhan Terlarang Kakak Ipar   6. Bab 6

    Eleanor diminta berkumpul bersama semua orang di rumah utama. Dia sudah berusaha menolak. Bukan karena tak menghargai kedua orang tuanya, hanya saja setiap menatap wajah Noah—putra Nathan yang ternyata begitu mirip dengan pria itu, kian menambah luka di hatinya. “Eleanor.” Suara Tuan Carter terdengar menembus kesunyian di ruangan yang hening. Tidak ada orang lain di sana, kecuali Olivia dan Noah, dua sosok yang entah mengapa masih berdiam diri di rumah keluarga Carter. “Papa dan mama ingin minta maaf atas nama Nathan.” Mendengar hal itu, Nyonya Carter langsung menatap suaminya dengan tidak suka. “Kenapa harus minta maaf? Lagi pula dia tidak bisa memberikan Nathan seorang anak. Andai saja tidak ada Noah, putraku itu meninggal dalam keadaan tak punya keturunan.” Mulut Nyonya Carter berujar tanpa peduli dengan perasaan Eleanor. Eleanor hanya bisa mengigit bibir. Dia sungguh merasa asing di tengah keluarga Carter secara tiba-tiba. “Mama, jangan bicara begitu. Apa pun itu

  • Sentuhan Terlarang Kakak Ipar   5. Bab 5

    Eleanor tampak mengerjapkan matanya berkali-kali, mencoba mencerna setiap ucapan yang baru dia dengar dari wanita asing di depannya. “Ini bukan suasana yang pas untuk bergurau. Aku dan Nathan—kami belum memiliki seorang anak pun.” “Siapa bilang dia putramu dan Nathan?” Olivia menyilangkan kakinya. Menampakkan senyuman angkuh, yang seolah tak mau kalah. “Dia putraku bersama Nathan.” Pening. Kepala Eleanor benar-benar tak bisa berpikir jernih sekarang. Dia menggeleng dengan kuat. “Tidak mungkin! Aku kenal Nathan. D-dia bukan pria seperti itu,” jawab Eleanor dengan terbata-bata. “Pa, Ma, katakan pada wanita ini jika Nathan bukan pria seperti itu.” Namun, Eleanor tak mendapatkan jawaban yang diinginkan dari kedua orang tua Nathan. Mereka berdua hanya diam saja. “Pa, Ma—” “Kau butuh bukti kan, Eleanor?” tanya Olivia dengan menekankan nama wanita itu. Eleanor menoleh, menatap Olivia dengan dada naik turun. “Jangan sebut namaku dengan bibir kotormu itu!” Eleanor segera b

  • Sentuhan Terlarang Kakak Ipar   4. Bab 4

    Siang itu hujan turun dengan begitu deras, seolah alam sedang membantu Eleanor untuk menyembunyikan air mata yang sejak kemarin tak berhenti menetes. Hari ini, Eleanor akan benar-benar melepaskan Nathan untuk yang terakhir kalinya. Setelah upacara pemakaman yang memakan waktu cukup lama, kini Eleanor melihat bagaimana peti yang di dalamnya terdapat tubuh Nathan itu turun ke bawan tanah secara perlahan. Kaki Eleanor tak sanggup berdiri lagi. Sejak tadi Mary dan Lucas lah yang membantunya dengan sepenuh hati. Hanya kedua orang tesebut yang peduli dengan keadaan Eleanor yang tampak begitu kacau. Saat tanah terakhir menutup peti itu, pandangan mata Eleanor perlahan menggelap. Kepalanya terasa berputar, dan tak lama setelah itu dia merasakan tubuhnya begitu ringan sampai matanya tertutup disertai dengan teriakan beberapa orang. “Nyonya Eleanor.” *** Eleanor membuka matanya yang terasa begitu berat. Mata biru pekat itu menatap sekeliling ruangan tempatnya berada. Ini bu

  • Sentuhan Terlarang Kakak Ipar   3. Bab 3

    Tak ada yang bisa menggambarkan duka yang dirasakan Eleanor saat ini. Seharusnya kemarin adalah hari yang indah. Hari yang dia nantikan selama dua bulan terakhir. Namun, siapa yang menduga jika di hari itu juga Nathan benar-benar pergi meninggalkannya sendirian untuk selamanya. “Ini semua gara-gara wanita pembawa sial ini!” Nyonya Carter masih terus menunjuk wajah Eleanor dengan amarah yang membara. “Panggilan terakhir Nathan dari dia. Pasti dia yang merengek meminta Nathan pulang dengan cepat.” Eleanor hanya mampu menundukkan wajah dengan linangan air mata yang tak pernah terhenti. Biarlah, murka mertuanya tak sebanding dengan duka Eleanor saat ini. “Jawab aku, kau pasti merengek seperti biasa dan meminta Nathan untuk tiba dengan cepat, kan?” Nyonya Carter menjambak rambut Eleanor yang langsung dilerai oleh Tuan Carter. “Lepaskan, Ma. Dia juga sama-sama merasa kehilangan seperti kita.” “Tidak!” bentak Nyonya Carter dengan suara bergetar. “Gara-gara dia putra kesa

  • Sentuhan Terlarang Kakak Ipar   2. Bab 2

    Eleanor tak memberikan reaksi apa pun. Dia terlalu terkejut mendapatkan perlakuan yang kasar dari ibu mertuanya. Eleanor tahu dan tak menutup mata jika selama ini, Nyonya Carter—ibu mertuanya itu memang tak pernah menyukai keberadaanya. Akan tetapi, perlakuannya sekarang benar-benar di luar dugaan Eleanor. “Dasar wanita pembawa sial!” maki Nyonya Carter lagi. “Mama sudah.” Suara Tuan Carter bergetar saat mencoba menenangkan istrinya. “Ma, bagaimana dengan kondisi Nathan sekarang?” tanya Eleanor dengan penuh harap. Dia mengabaikan semua perlakuan buruk yang diterima barusan. Namun, Nyonya Carter sama sekali tak menjawab. Dia justru kembali menampar pipi Eleanor untuk yang kedua kalinya. Setelah itu, wanita paruh baya itu kembali menangis dengan kencang. Menjerit dan meraung dalam pelukan suaminya. “Oh, Nath-ku. Putraku sayang yang malang.” Eleanor terpaku. Pikirannya berusaha keras mencerna apa yang sedang terjadi, hingga rasa sesak kembali menghantam dadanya. “Ma

  • Sentuhan Terlarang Kakak Ipar   1. Bab 1

    Eleanor berjalan ke sana kemari dengan perasaan gembira. Hari ini, Nathan—suaminya akan kembali ke rumah setelah dua bulan bekerja di Maine. Eleanor bekerja keras menyiapkan sambutan hangat untuk kepulangan Nathan. Bahkan, wanita itu turun tangan sendiri ke dapur dan memasak khusus untuk suaminya. “Nyonya, mau saya bantu?” Eleanor menoleh, menatap kepala pelayan yang menawarkan bantuan kepadanya. Dia langsung menggeleng cepat dengan senyum hangat yang tak lepas dari bibir sejak tadi. “Tolong ambilkan ponselku saja, Mary. Seharusnya Nathan sudah tiba di bandara sekarang.” “Baik, Nyonya.” Mary menganggukkan kepala dengan sopan. Dia menghormati keputusan Eleanor dan segera melaksanakan perintah wanita yang tampak berbahagia itu. Siapa pun bisa melihat betapa bahagianya Eleanor hari itu. Senyuman lebar di bibirnya tak pernah lepas sejak pagi, membuat suasana di rumah besar itu seolah ikut terhanyut dalam semangat yang sama. Begitu Mary menyerahkan ponsel, Eleanor lang

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status