Share

Mayra Sang Jagoan

Penulis: tresnoasih
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-29 13:12:21

 Mayra tidak akan pernah menyangka jika dirinya akan bisa sekolah sampai jenjang SMA. Anak pelosok Kebumen ini tinggal di APPI sejak usia Sekolah Dasar, lebih tepatnya kelas tiga. 

 Dulu di desa May (begitu sapaan akrabnya) ada penawaran sekolah masal. Sekolah massal itu gini, anak-anak nanti akan sekolah di luar daerah bareng-bareng. 

“Bagi siapa saja yang ingin sekolah silahkan datang ketempat pak lurah”. Begitu pengumuman dari petinggi desa setempat. Dengan senang hati ibu Mayra 

mendaftarkan anaknya ditempat pak lurah. Dan ternyata peminatnya cukup luar biasa banyak. 

Akhirya seluruh anak yang minat sekolah dibawa ke tujuan masing-masing. Kebetulan Mayra nyangkut di APPI. Nyangkut… kayak jemuran kebawa angin ajah. 

 Dan sejak masih duduk di bangku sekolah dasar Mayra meninggalkan kampung halaman demi menempuh pendidikan yang lebih tinggi. 

Alasan utama ibu Mayra untuk mendaftarkannya ke pak lurah adalah karena ekonomi. Dengan pendapatan yang hanya di bawah rata-rata, ibu Mayra takut tidak bisa menyekolahkan anaknya sampai jenjang yang Mayra Inginkan. Beruntung bertemu pak lurah yang menawarkan pendidikan kepada penduduk yang membutuhkan. 

Mayra punya ayah sudah meninggal sejak dia berusia tiga tahun. Jadi deh… anak yatim tersematkan dalam dirinya. Karena itu pak lurah neyangkutkan Mayra kedalam prioritas anak yang ikut sekolah massal.

***

 Delapan tahun kemudian 

 “May, muka kamu kenapa? Kok merah-merah semua”. Terus kaki kamu kok bengkak. (sambil membuka sedikit rok Mayra, karena penasaran dengan bengkaknya kaki Mayra)Tanya Riani teman sebangku Mayra. 

 “Ah, nggak apa-apa kok”. Jawab Mayra santai. 

 “Kamu habis berantem?”

 “kalau iya kenapa? Kamu mau bantuin?

 “Hehe ya nggak lah. Emang aku saras 008 yang siap numpas kejatahan”.

 Belum selesai canda mereka berdua, tiba-tiba dari podium pak Rusman memanggil nama Mayra. 

 Setelah ber muqaddimah panjang kali lebar akli tinggi, pak Rusman memanggil nama Mayra. 

 “ Kita panggilkan Mayra Rahmawati. Atlet silat kita yang baru saja memenagkan pertandingan silat tingkat povinsi DIY.

 Dengan santai dan tenang Mayra melangkah menuju sumber suara. 

 Masih dengan suara yang sama “pak Rusman” kepada bapak kepala sekolah untuk menyerahkan piala dan uang pembinaan. 

 Ratusan siswa menyaksikan penyerahan piala itu. 

 Prok…prok…prok..

 Tepuk tangan peserta upaca menambah semarak penyerahan pilaa Mayra. 

 Cepret..cepret, kilatan cahaya foto ikut meramaikan suasana pagi itu. 

Ciyeeh udah kayak artis ajah. 

Kebetulan ada tiga orang yang bertanding di hari yang sama dengan Mayra. Cuman yang beruntung menang hanya Mayra. 

Bukan kali ini saja Mayra mendapatkan penghargaan. Dari berbagai tingkat pernah ia lalui. Mulai dari tingkat kecamatan sampai tingkat Jateng dan DIY pun pernah ia menangkan. Bahkan hampir menang tingkat nasional. Karena ada satu dan lain hal jadi ditunda menang tingkat nasionalnya. 

Kalahpun juga jadi hal yang biasa bagi Mayra. Pernah tidak dapat juara hanya dapet sakitnya karena dapat pukulan lawan tandingnya. Semua menjai pengalaman yang tidak bisa dilupakan bagi Mayra.

Asam garam pernak-pernik silat pernah ia lalui. Maka dari itu sekolah menjadikan dirinya sebagai atlet andalan. Bukan tidak ada atlet lain yang lebih baik, tapi belum ada saja atlet yang sebaik dirinya. Maka sampai sekarang Mayra masih bertahan menjadi atlet kebanggan sekolah. Tidak ada bakat istimewa dari Mayra untuk mengantarkannya jadi atlet. Hanya saja ketekunan membawa dirinya menjadi juara.

Sepulang dari lomba silat, biasanya guru Mayra akan mengajaknya menyantap soto pak Mukidi yang terkenal seantero Jogja. Enak banget katanya. Kebetulan letaknya tidak jauh dari sekolah Mayra. 

Di tempat soto

“Waaahhh enak nih.. yang punya pacar Mayra. Nanti kalau ada yang jahil langsung deh… keluarin jurus silatnya”. 

Sruput… sambil menyantap soto pak Wakidi, Riani mencoba menggoda Mayra yang sedang menikmati segelas es tehnya. 

“Enak apaan? Bengkak semua nih… tanggung jawab. Dinikahi”.

“Loh. Kok aku yang suruh nikahi. Ya pialamu yang suruh tangggung jawab. Wong dia yang buat kamu bengkak kok”. 

Sruputtt… ah…sueger tenan… giliran Riani yang mencicipi es tehnya.

Kedua sahabat ini sangat menikmati soto langganan mereka dengan “rasa”h mbayar bagi Riani. 

Eh.. “Ri, ini gorengan apa batu bata sih? Kok keras banget”. Komentar Mayra.

Sejurus kemudian Riani juga angkat bicara.

“ini juga mienya kayak senar gitar spanyol. Nggak seperti biasanya. Rasanya juga aneh. Hmmmm ya sudahlah. Mungkin ini rejeki kita hari ini dengan rasa yang nggak karuan. Harus dinikmati. Harus”. Timpal Riani pasrah.

Pajak juara menanti Riani saat Mayra menang lomba. Setiap Mayra menang lomba berapapun uang yang ia terima, Riani pasti dapat bonusnya. 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Senyum Bahagia Maharani   Empat Belas Kilometer ( tiga)

    Empat Belas Kilometer (tiga)Liku-liku menjadi setrika jalanan(karena setiap hari melewati jalan yang sama hingga disebut setrika jalanan) banyak banget suka dan dukanya meski baru tiga tahun berjalan.Suatu malam, aku pulang sendirian. Pulang malam karena kelas berakhir jam 18.45. Otomastis matahari sudah kembali ke peraduannya.Bergantidengan gemintang yang menjadi cahaya temaram teman pejalan malam seperti Maharani.Jika beruntung, sedang bulan purnama misalnya. Sorot cahaya malam dari bulan akan menambah syahdu perjalanan mengayuh sepeda onthel.Malam ini beruntung sekali. Hujan turun sejak siang hari. Dikiranya akan reda jika malam telah tiba.Minimal ketika Rani menyelesaikan kelasnya dan pulang.Maharani tipe mahasiswi yang kupu-kupu. Alias kuliah pulang, kuliah pulang.Sama seperti hari-hari biasa, setelah kelas berakhir jam berapapun Rani akan langsung pulang.Meski jarum jam yang panjang ber

  • Senyum Bahagia Maharani   Empat Belas Kilometer (dua)

    Empat Belas Kilometer (dua) Setiap hari Rani menyusuri jalanan padat merayap. Jalan utama menuju kampus. Dengan mengayuh sepeda imutnya, ia berjalan dengan kecepatan sedang. Bisa menghabiskan tiga puluh menit di jalanan jika ia mengayuh santai. Jika lebih santai bisa-bisa sampai empat puluh lima menit. Seringnya Maharani menikmati perjalananya. Kecuali sedang musim penghujan. Jika musim hujan datang, hujan turun tidak bisa di prediksi apalagi di minta. Kadang di tengah perjalanan berangkat ke kampus tiba-tiba hujan. Yang sedih adalah dalam perjalanan berangkat ke kampus tiba-tiba hujan. Sebelum berangkat tidak ada tanda-tanda untuk hujan. Maka persiapan tidak ada sama sekali. Yang ada basah kuyup sekujur tubuh. Alhasil, sebelum masuk kelas berjemur dulu. Jika cuaca telah berubah. Jika tidak, bergegas mencari teman yang tempat kosnya dekat dengan kampus untuk mencari pinjaman baju. Mom

  • Senyum Bahagia Maharani   Empat Belas Kilometer (satu)

    Empat Belas Kilometer (satu) Pagi ini cerah sekali. Tepat di pukul delapan pagi matahari mulai meninggi. Langit biru cerah. Terik matahari menembus sela-sela kehidupan bumi. Pagi yang cerah bisa menambah semangat hidup para penduduk bumi. Tak terkecuali bagi Maharani, mahasiswi semester empat yang setiap kuliah menggunakan alat transportasi sepeda onthel. Jarak antara asrama ke kampus tujuh kilometer. Jika pulang pergi tinggal di kali dua aja. Jadi, jika Maharani setiap hari masuk kuliah, berarti dia akan menempuh jarak tujuh kilometer di kali dua, yakni empat belas kilometer. Lumayan lah, itung-utung olahraga haha. Setiap pagi, jika cerah seperti pagi ini. Rani bergembira menempuh perjalanan dari asrama ke kampus. Ditemani oleh cerahnya langit biru. La la la la la. Sambil mengusir sepi, dalam perjalanan Rani bernyanyi sendirian. Jika ada yang dengar seperti orang gila haha. D

  • Senyum Bahagia Maharani   Rombongan Bar bar

    Rombongan Bar bar. "Rani, nanti malam akan ada rombongan dari Sumatra satu bus menginap di sini. Tolong siapkan kamar lantai dua untuk menginap tamu-tamu itu. Oh iya, kasih tau juga pengasuh putra untuk membersihkan aula. Biar nanti yang laki-laki tidur di aula". Lagi, dan lagi ibuk memerintah Maharani setelah selesai sholat jamaah subuh. Ibuk selalu memerintahnya karena beliau menggap Rani adalah pengasuh yang paling cekatan diantara pengasuh yang lain. Apa yang di perintahkan oleh ibuk akan langsung dikerjakan oleh Maharani. Berbeda dengan pengasuh lain yang mungkin, dengan segera mereka kerjakan namun ritme kerjanya kurang cepat. Sementara ibuk menginginkan pekerjaan yang ada di hadapan mata ya harus dikerjakan dengan segera. Supaya tidak menumpuk dan tertimbun dengan kerjaan yang lain. Pukul 20.30 rombongan tamu dari Sumatra tiba.Satu bus ukuran besar

  • Senyum Bahagia Maharani   Rawon Cinta

    Rawon Cinta "Rani, hari ini kamu kuliah tidak?" Ibuk memanggilku dan bertanya setelah kita pulang sholat subuh berjamaah. "Hari Sabtu saya kosong buk, tidak kuliah".Jawabku singkat. "Hari ini kita bikin rawon ya. Nanti sore ada tamu berjumlah sepuluh orang". "Iya buk". Wah, senang sekali. Kita akan makan daging sapi hehe Rani yang belum pernah masak daging sapi dengan olahan rumit merasa senang jika dia akan menyaksikan langsung pembuatan rawon. Bukan. Bukan menyaksikan. Melainkan menjadi pelaku pendamping, karena pelaku utama pemasak rawon adalah ibuk. Setelah daging sapi beku di keluarkan dari freezer, kita langsung olah TKP. Eh, maksudnya mengolah masakan. Pertama-tama bumbu dipersiapkan.Bumbu-bumbu yang harus di persiapkan untuk membuat rawon adalah. Bawang putih, bawang merah kluwek at

  • Senyum Bahagia Maharani   Dea, Anak Baru tapi Songong

    "Rani", Tiba-tiba suara Hajah Sriyati membuyarkan lamunanku. Huh, mana lagi membayangkan mas Al lagi. Gerutuku dalam hati. "Iiiya, buk". Jawabku setengah berlari menuju arah suara. "Itu gudang, kenapa berantakan banget. Hari ini, kamu dan teman-teman silahkan bereskan". "Iya, buk". Jawabku tanpa banyak tanya. La la la, belum sampai langkah ini ke gudang yang dimaksud ibuk( panggilan kami ke Hajah Sriyati). Ada lagi makhluk yang tiba-tiba nongol dan berkata. "Mbak, aku bantuin mberesin gudangnya".Wow amazing. Sorakku dalam hati. Ada anak yang sukarela nawarin tenaganya untuk mberesin gudang. Biasanya teman-teman yang lain, dimintain tolong aja ogah-ogahan.Lha ini kok nawarin diri. Syukur lah. Tambah-tambah tenaga buat angkat berat. Oh iya, anak tadi sesama pen

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status