“Tenanglah Tan, kami akan selalu bersamamu. Lagi pula aku tak melihat apapun, bahkan aku juga tak merasakan apa yang tengah kamu bicarakan,” tutur Azyla.
“Aku serius Zy, bahkan aku mersakannya lebih dari yang tadi,” sangkal Tania.“Gini saja, lebih baik kamu menyibukkan diri, agar kamu tak merasakannya lagi,” sahut dan saran Aliya.“Tapi aku harus melakukan apalagi? Bukannya dari tadi ... aku sudah berusaha untuk menyibukkan diriku dengan menulis dan juga memperhatikan banyaknya objek yang ada di sini? Lantas apalagi yang harus aku lakukan?”“Iya sih,” ucapnya. Setelah Aliya mengatakan kalimat singkatnya itu, seraya memikirkan suatu hal yang mungkin bisa jadi saran terbaik untuk situasinya Tania kali ini, lantas dengan spontan ia pun melihat ke arah bawah dan kini, arah pandangnya pun dengan tak sengaja tertuju ke arah pergelangan tangannya Tania, “hmmm ... Tan, kamu melepaskan gelang persahabatan kita?” tanya Aliya setelah melihat tangan Tania yang hampa.Setelah mendengar kalimat tanya itu, Tania pun turut mengernyitkan alisnya. Lalu kemudian ia pun turut melihat ke arah pergelangan tangannya, “Tidak, tadi aku memakainya,” jawab Tania, seraya turut melihat dekat pergelangan tangannya.“Lalu ke mana gelang itu?” Heran Aliya.“Entahlah, tapi perasaan tadi aku memakainya.” jawab Tania dengan benar-benar merasa heran, “tak mungkin aku lupa memakainya, ‘kan?!” tambahnya dengan terkesan seakan tengah bermonolog.“Ya, Tan ... tadi aku juga melihat kamu memakai gelang itu, saat berada di halaman istana,” jelas Jeysa.“Apa mungkin gelangnya jatuh di sana?” kata Azyla.“Mungkin saja. Bagaimana, jika kita mencarinya sekarang?” ujar Jeysa.“Boleh, ‘tu,” singkat Azyla.
Mereka pun keluar menuju taman yang berada tepat di depan istana itu sambil mencari gelang Tania yang hilang. Kini, telah sepuluh menit lamanya mereka mencari gelang itu secara bersama.“Azyla, Aliya, Jeysa, apa kalian sudah menemukan gelangku yang hilang?” tanya Tania.“Aku belum menemukannya. Bagaimana jika sebaiknya, kita mencari gelangmu itu dengan berpencar, agar bisa segera ditemukan?” saran Azyla.“Baiklah, jika itu yang lebih baik,” balas Tania.Tania pun menerima saran dari salah seorang sahabatnya itu. Maka kini, mereka pun mulai mencari gelang milik Tania dengan turut berpencar.Beberapa saat setelah berpencar, akhirnya Tania pun menemukan gelangnya yang hilang tepat pada tatapannya. Namun meskipun demikian, lagi dan lagi ia merasakan hal yang pernah ia rasakan. Ya, apalagi kalau bukan perasaan yang penuh dengan tanda tanya, layak pada saat sebelum-sebelumnya.Sebab merasa takut, alhasil sebuah gelang yang tadinya telah ia genggam pun terlepas begitu saja dari genggamannya.
"Tania kamu kenapa?” tanya Aliya, di kala netranya telah melihat kepanikan yang tengah Tania tampakkan dengan spontan.“Iya Tan, kamu kenapa? Apa tadi, kamu lihat sosok misteri itu lagi?” tanya Azyla padanya.“Iya Zy dan aku telah menemukan gelangku di sana,” ungkap Tania.“Jadi sebelumnya, kamu telah menemukan gelangmu?” tanya Jeysa.“iya Jey,” jawab Tania.“Lalu kemana gelang itu? Apa kamu telah mengambilnya?” tanya Aliya.“Itu yang menjadi alasanku kenapa aku berlari seperti ini. Tadi, pada saat aku ingin mengambil gelangku, aku merasa bayangan itu ... jauh lebih dekat arahnya denganku,” jelas Tania.“Tan, memangnya kamu menemukan gelang itu di mana?” tanya Jeysa.“Aku menemukannya tepat di depan istana, berdekatan dengan pintu masuk,”,jawab Tania.“Oh ... jadi di situ?”“Iya.”“Mmm,baiklah. Mari kita ke sana sekarang!” seru Jeysa, seraya meraih tangan ketiga sahabatnya itu secara bergantian.
Kini, Tania dan para sahabatnya pun mulai menuju tempat itu. Namun gelang yang dicari- cari oleh mereka telah hilang tanpa jejak. Mereka seakan terkesan hanya membuang-buang waktu karena hanya untuk mencari gelang yang tak kunjung jumpa, lalu pada akhirnya apa? Hanya berujung kehampaan. Ya, itulah kiranya yang sempat terbesit dalam ruang pikir mereka.Lantas sebab hal itu, mereka pun dengan segera kembali memasuki istana itu dan kembali mendokumentasikan perjalanan mereka, sebagaimana tugas yang telah diberikan utuk mereka.***Kini, ruangan demi ruangan telah mereka jelajahi, tapi meskipun demikian perasaan Tania tetap saja belum berubah dan pada saat itu, mereka tengah menyinggahi sebuah objek berupa cermin yang diduga bersejarah, peninggalan kerajaan.“Azyla, Aliya, Tania ... apa kalian sudah memotret dan turut mengamati objek yang tepat di depanku ini?” tanya Jeysa.“Kayaknya, aku belum memotretnya,” jawab Aliya yang kemudian kembali melihat beberapa objek yang telah berhasil ia po
"Bagaimana dengan kamu?” Tanya Jeysa pada Tania.“Aku juga belum memotretnya,” jawab Tania.Berselang beberapa saat setelahnya, ponsel Azyla pun berdering pertanda panggilan masuk. Setelah ia melihatnya, ternyata itu adalah panggilan telepon dari Ayahnya. Tentu saja tujuan sang Ayah untuk menelepon putrinya yang cantik itu, guna mengetahui keadaannya. Lantas demikian, Azyla pun memilih pergi sejenak, untuk menghindari suara-suara yang mungkin akan mengganggu obrolannya bersama sang Ayah nantinya.Sementara di sisi lainnya, Aliya dan Jeysa tengah menyibukkan diri mereka dengan menulis dokumentasi penting yang sedang mereka rangkum. Lalu sebab hal ini, tinggal-lah seorang Tania yang berdiri tepat di depan cermin tersebut. Sebab keadaan inilah, yakni sebab Azyla yang tengah mengurusi urusan pribadinya sejenak, serta Aliya dan Jeysa yang tengah melaksanakan tugas yang lainnya, maka dengan keadaan inilah yang seakan menuntut Tania untuk memotret kaca cermin itu sendirian.Lantas kemudian, T
Beberapa saat kemudian, lebih tepatnya setelah mereka selesai dengan urusan mereka masing-masing. Kini, Azyla dan yang lainnya pun merasakan ada yang lebih jauh berbeda dari Tania.Lantas demikian, ketiga sahabatnya pun mencoba untuk menyadarkan Tania dari ilusi dan juga lamunannya pada kala itu. Namun dengan hitungan detik, Tania pun lekas bertanya kepada mereka,“Azyla, Aliya, Jeysa ... tadi pada saat kalian meninggalkanku ... aku melihat seseorang yang hampir sama dengan sosok yang mengikutiku tadi,“tapi aku hanya melihatnya dari pantulan cermin ini. Perasaanku berkata, jika ada seseorang yang memang tengah mengikutiku ... dan ini terasa benar-benar nyata. Namun, aku masih merasa ambigu akan hal ini. Aku ragu, apa dia yang kulihat tadi ... adalah seseorang yang telah mengikutiku dari atau tidak, entah dialah sosok bayangan itu atau tidak. Sungguh aku masih merasa aneh dan ambigu akan hal ini,” ungkap Tania.“Apa kamu masih ingat ... ke mana langkah perginya seseorang yang kamu binca
Aku masih mengingatnya, walaupun tak terlalu jelas dalam pikiranku,” jawab Tania.“Lalu ia pergi ke arah mana?” tanya Jeysa.“Jika aku tak salah, tadinya ia seakan hendak menuju ke depan. Dia seakan berjalan mengarah ke depan, di mana kita meletakkan tas pada pintu masuk,” jawab Tania.“Kalau begitu, bagaimana jika kita menelusuri langkahnya saja? Meskipun arah itu belum pasti benar, tapi tak ada salahnya ‘kan guna memastikannya,” saran Aliya.“Iya, itu benar,” sahut Jeysa.Keraguan dan keresahan hati Tania dan para sahabatnya pun, menuntut mereka untuk memecahkan misteri yang seakan telah mengganggu ketenangan mereka. Lantas demikian, mereka pun lekas bergegas menuju arah yang sempat mereka bincangkan tadinya.“Tania,” panggil Azyla dengan turut mematung seraya menatap ke suatu arah di kala lengkah mereka sempat terhenti.“Ya?” jawab Tania.
Apa orang yang kamu ragukan itu adalah dia? Diakah sosok bayangan yang kamu maksud?” tanya Azyla dengan masih melihat ke arah yang sama dan turut menunjuk ke arah tersebut.Lantas setelahnya Tania pun turut memicingkan matanya secara berkala, guna memastikan hal ini.Mungkinkah dia?Batin Tania yang masih merasa ragu.Azyla bisa menduga demikian, sebab anak laki-laki bertopi itu sempat menunjuk ke arahnya dan juga yang lainnya. Sepertinya, ia yang tengah mengobrol dengan teman-temannya itu dan turut menunjuk ke arah tersebut, seakan memiliki maksud tertentu. Ini memang belum tentu benar, tapi tak menutup kemungkinan, jika alasan dari seorang siswa itu menunjuk ke arah mereka tanpa ia sadari, mungkin saja salah satu temannnya tengah menanyakan dari arah mana barusan ia berjalan, bukan?Ya, ini memang baru sebatas asumsi belaka, tapi tampaknya begitulah tanggapan Azyla mengenai hal ini. sebenarnya bukan hanya Azyla, demikian pula dengan Aliya, Jeysa dan bahkan juga Tania. Mereka seakan m