Share

Bab 8

"Baik, aku akan mendengarkanmu. Duduklah!" Ketusku

Kami duduk di kursi rotan yang ada diteras depan rumahku. Lama ia terdiam, membuatku mulai tak sabar.

"Apa yang ingin kau jelaskan padaku? Jangan bilang jika malam itu kau khilaf," sindirku.

"Tidak, Zia."

"Kalau begitu, bicaralah! karena aku ingin segera istirahat," hardikku keras padanya.

***

Mata Mas Rangga memandangku dengan pandangan mata yang terasa menelisik. Segera saja, kupalingkan wajahku dengan menatap kearah jalan. Tak bisa dipungkiri jika aku tak bisa bersikap ramah padanya.

"Aku dijebak, Zia!" Lirihnya membuka cerita.

Dia diam sejenak, seakan ingin mengatur emosinya. Aku melipat kedua tangan didada, menunggunya bicara.

"Aku masih menunggu." Ucapku mengingatkan.

Ia mengangkat salah satu sudut bibirnya, melanjutkan kembali ceritanya.

"Awalnya, aku berniat datang memenuhi sebuah undangan pernikahan seorang teman. Aku datang kesana bersama seorang wanita yang sudah beberapa minggu ini dekat denganku, tapi jujur saja meski ka
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status