Share

Bab 17

"Lalu setelah ini Pak Pram akan memecat Mas Dimas?" tanyaku padanya.

"Nggak dong, kamu jangan berpikir pendek." Pak Pram menyunggingkan senyuman sambil mengibaskan jas yang ia kenakan. Kemudian, ia bangkit dari duduknya. "Saya pulang dulu, nanti Jingga kumat lagi minta kamu ikut ke rumah, bisa repot," sambungnya.

Aku pun mengangguk sambil tersenyum. Kemudian memperhatikan Pak Pram dari kejauhan saja menuju mobilnya.

Di kursi depan hotel, aku masih menatap ke arah mobil, lalu dari jauh terlihat Jingga mengeluarkan kepalanya dan melambaikan tangan. "Dadah, Tante!" Itu teriakan Jingga membuatku sontak turut melambaikan tangan.

Mobil pun melaju perlahan, aku masih terduduk sambil senyum sendirian.

'Ternyata hidup itu tak serumit yang aku pikirkan, Tuhan tidak mungkin membiarkan hambanya kelaparan, apalagi sudah disertai usaha,' batinku merasa bersyukur, ternyata dibalik meninggalnya bapak, ada hikmah yang tersembunyi.

Lalu aku bangkit dan menuju kamar hotel. Kasihan ibu yang sudah menunggu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status