Kenapa seperti menangkap penjahat besar begini. Aku kan cuman menipu, bukannya masang bom,' lirihnya.Bayu dengan takut melangkah mendekati dua orang polisi itu. "Iya Pak?"tanya laki-laki itu dengan suara gemetar. "Apa Anda melihat dua orang laki-laki berpakaian preman lewat sini atau mungkin masuk ke dalam rumah anda?"tanya pria berpakaian polisi itu. "Enggak Pak,"jawab Bayu. Hati laki-laki itu sedikit lega karena ternyata para polisi itu tidak berniat untuk menangkapnya."Boleh kami lihat ke dalam,"tanya polisi itu. "Boleh Pak silakan."Bayu mempersilahkan para polisi itu untuk masuk ke dalam rumahnya guna mencari orang-orang yang dia cari. Dia merasa lega karena Melly ternyata sudah pergi. Butuh waktu beberapa menit hingga polisi itu selesai menggelidah seluruh ruangan yang ada di rumahnya. "Bagaimana Pak. Apa sudah ketemu?"tanya Bayu. "Kami tidak menemukannya. Terima kasih atas kerjasamanya. Tolong kalau ada orang seperti yang Saya infokan tadi segera beri laporan kepada ka
"Terserah Lo deh. Lagian kan Lo sendiri yang bilang kalau cowok di dunia ini bukan hanya dia doang. Cowok tajir di dunia itu banyak bukan cuman dia. Ngapain coba lu kejar-kejar lagi," kesal Intan sementara Maria hanya meliriknya sebentar. _____Di tempat lain. Tampak Melly dan Bayu berada di suatu tempat. Hidup mereka sungguh tidak aman sekarang ini, setiap kali keluar banyak sekali orang yang menghujat mereka. Kehidupan yang dia inginkan berjalan dengan normal dan akan membuatnya bahagia ternyata hanya angan semata. Nyatanya mereka menjadi bahan Bulian dan ejekan orang-orang."Mas, rasanya aku udah nggak betah Mas. Tiap kali keluar mereka selalu mengejekku, sepertinya masih untung mereka nggak melaporkan kita ke polisi," ucap Melly."Sudahlah, nggak ada gunanya kita mengeluh. Yang terpenting sekarang ini adalah kita harus berpikir bagaimana caranya kita bisa mendapatkan uang dan kita bisa kabur di tempat ini. Karena kalau kita terus-menerus di sini lama-kelamaan mereka akan lapor p
"Setiap manusia akan berubah pada masanya.".Setelah berkata seperti itu Mahendra tidak lagi memperdulikan Maria. Dia terus membuka pintu mobil lalu kemudian masuk ke dalamnya. Dia sama sekali tidak menoleh ke arah belakang dan terus melajukan mobilnya."Hendra! Ah sial!" Kesal wanita itu. Rasanya dia tidak terima laki-laki yang dulu sangat tergila-gila kepadanya kini seperti tidak peduli lagi dengannya.________"Jadi lo udah nggak di LN lagi?"tanya seorang gadis kepada Maria. Nama Gadis itu adalah Intan, sepupu dari Mahendra. "Iya udah enggak. Malas gue melulu."Wanita muda yang duduk di hadapan Maria itu menatapnya dengan tatapan mata yang seperti hendak menguliti sahabatnya. "Gue tebak Lo pasti bosan kan sama pacar lu di sana?"Maria hanya tersenyum lalu kemudian tangannya memainkan sedotan yang berada di atas minumannya. "Apa Mahendra itu punya cewek?"Intan mengkerutkan keningnya."Bukannya selama ini lo nggak peduli sama dia. Ngapain pula Lo nanya nak soal dia?"Maria tidak
"kenapa masih berdiri di situ. Sana balik kerja, aku menggaji kamu untuk bekerja bukan untuk berdiri mematung seperti itu!" Kesal Mahendra dengan suara yang sedikit meninggi."Iya Bos."Wanita itu pun segera pergi dan mengomel dalam hati, mungkin juga mengumpat Mahendra. Tidak biasanya laki-laki itu seperti itu, menyebalkan.Mahendra mengambil ponselnya lalu menghubungi seseorang yang tak lain adalah nomor Mona. "Ini orang ke mana sih. Kenapa dari pagi tadi nggak bisa dihubungi. Memang gak bisa apa kalau cuma ngasih tahu dia lagi apa. Sedang apa," kesalnya sambil mengomel."Atau jangan-jangan, Dia lagi berduaan sama suaminya." Mahendra memukul ruangan kosong. Dia tahu kalau status Mona saat ini masih sebagai istrinya Herman. Tapi, dia sungguh tidak terima kalau Mona sampai kembali kepada suaminya. Terlalu istimewa untuk kembali kepada laki-laki tidak berkelas seperti Herman. Buru-buru laki-laki itu keluar berniat untuk pergi ke rumah sakit. Dia harus menjaga Mona supaya tidak macam
"Pak ini kopinya."Mahendra masih menatap ke arah luar jendela. Tatapannya menyapu ke arah jalanan padat yang bisa terlihat dari jendela gedung menjulang tinggi tempat kantornya berada. Hati Lelaki itu sungguh resah. Bahkan, tadi malam. Hampir satu malaman dia tidak bisa tidur. Pikirannya terus melayang memikirkan kekasih hatinya. Segala macam keresahan kini menghampirinya. Kata-kata ibunya yang mungkin bertujuan untuk menenangkannya, justru membuatnya semakin bingung. Bagaimana kalau ternyata, Mona kembali kepada suaminya. Mahendra sungguh tak bisa membayangkan itu. "Pak." Merasa panggilannya tidak dihiraukan oleh bosnya. Office boy itu kembali memanggil membuat Hendra seketika mengalihkan pandangannya dan menatap ke arahnya."Ada apa?"Pria yang usianya sekitar 20 tahunan itu menggaruk kepalanya, Ternyata apa yang diucapkannya tadi tidak masuk ke telinga bos nya."Ini. Kopi pesanan Bapak sudah saya buatkan," jawab lelaki itu."Memangnya aku minta kopi?"tanya Mahendra "Loh tadi ka
Mahendra menarik nafas, gigi lelaki itu gemelatuk. Hatinya terasa panas, dia tidak suka dengan sikap Mona yang terlalu baik kepada Herman. "Kamu lupa Apa yang dia lakukan sama kamu. Dia itu, saat kamu sedang hamil dia menikah lagi. Dia tidak pedulikan perasaan kamu, dia adalah laki-laki yang hanya mementingkan selangkangan. Lalu sekarang kau masih membela dia." Napas lelaki itu turun naik dia sungguh kesal dengan sikap Mona. "Hen, kita bicarakan ini nanti. Sekarang Aku harus pergi ke rumah sakit untuk mengurus dulu Mas Herman."Mona tidak menghiraukan Hendra yang terlihat kesal. Baliknya wanita itu segera masuk ke dalam mobil untuk mengikuti ambulans yang kini sudah berjalan meninggalkannya.Selama perjalanan Herman terus memegang tangan Mona seperti tak ingin melepaskan wanita itu."Mon, maafkan, Mas ya," ucap pria itu lemah."Sudah Mas. Pokoknya kamu fokus saja sama kesehatan kamu," ucap Mona._Sementara itu Hendra pulang ke rumah. Wajah laki-laki Itu tampak masam. Senyum juga ti