Share

bab 7

Penulis: Author Rina
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-24 18:35:29

Bab 7 Karma Kedua

'Aku Pamit, Mas.'

Itulah tulisan di kertas yang terletak di atas meja yang membuat kepala Herman tiba-tiba pusing. Kemana istrinya?

Herman segera bangkit dan melihat lemari bajunya, benar saja yang tersisa hanyalah gantungan baju saja. Sementara baju-baju milik Mona telah kosong.

"Gea," gumam Herman menyebut anak pertamanya. Lalu berlari kecil menuju kamar anak perempuannya. Sama, di almari anaknya pun bajunya kosong yang tersisa hanyalah gantungan baju.

"Kemana mereka, apakah Mona ikut lelaki kaya tadi. Tapi, Siapa laki-laki itu kenapa membawa Mona dan anakku pergi? Apa hubungannya dengan Mona?" lirih Herman. Berbagai macam pikiran buruk melintas di kepalanya.

"Argh," dia berteriak frustasi," kenapa jadi begini!" lanjutnya. Dia tak menduga kalau masalahnya akan serumit ini.

Pria itu berusaha menghubungi Mona tetapi ponselnya tidak aktif. Namun, Dia tidak menyerah Dia segera menghubungi teman-teman Mona yang dulu sering datang ke rumahnya dan juga teman-teman Gea dan terakhir Herman menghubungi Om dan Tante Mona, meskipun laki-laki itu yakin bahwa Mona tidak akan pulang ke rumah mereka.

"Assalamualaikum, Tante," sapa Herman ketika panggilan terjawab.

"Walaikumsalam, ada Apa kamu nelpon?"tanya orang di sebelah sana sinis.

"Tante, apa Mona ada di rumah tante?" tanya Herman pelan.

"Nggak ada!"sinisnya.

"Mona pergi dari rumah. Apa mungkin tante tahu ke mana kira-kira Mona pergi?"

"Dia kan istrimu, masa kamu nggak tahu ke mana istrimu pergi! Lelaki macam apa kamu."

"Iya, Tante. Maaf, kalau gitu Saya cari lagi tante. Maaf mengganggu."

"Iya!"

Tut panggilan dimatikan. Sementara Herman hanya mengelus dadanya.

"Ini manusia apa bukan sih."

___________

Di tempat lain tampak Melly, baru saja keluar dari mall. Dia tampak mengejar teman-temannya.

"Masih punya muka lo ngejar kami. Dasar penipu, ngakunya suaminya tajir eh nggak taunya kere. ATM isi lima ratus aja bangga!" sinis Mira.

"Nah betul, kirain beneran kita mau ditraktir. Dibelikan tas sama sepatu eh nggak taunya cuman mimpi di siang bolong. Makanya Mel, kalau menghayal itu nggak usah yang tinggi-tinggi. Pandai menasehati aku katanya cari yang kaya sama seperti suamimu, jangan sampai kena tipu. Dia sendiri dikibuli sama laki-laki buaya," sambung Sita.

"Aku minta maaf. Aku sendiri juga nggak tahu kalau ATM Suamiku itu isinya hanya lima ratus ribu. Tapi beneran kok Suamiku itu kaya dia punya mobil rumahnya gede dan juga dia seorang mainanger gajinya aja puluhan juta. Aku yakin yang menghabiskan uangnya itu pasti istri pertamanya," jawab Melly. Dia yakin uang Herman pasti dihabiskan oleh Mona.

"Aduh, sudah deh. Mendingan kamu bangun dari mimpi kamu itu. Bisa saja kan mobil yang dipakai suamimu itu hanya mobil rental lalu ngakunya mobil sendiri, rumahnya juga ngontrak ngakunya rumah sendiri terus kerjanya cuman kuli bangunan tapi ngaku-ngaku sebagai manajer," ejek Sita.

Melly menarik napas geram, tangannya mengepal dia tidak suka diajak seperti itu.

"Nggak mungkin, Mas Herman nggak mungkin bohongi aku!" sengitnya

"Ya sekarang mikirlah, mana ada manajer yang gajinya puluhan juta tapi ATMnya kosong," bantah Sita.

"Sudahlah Sita, nggak usah kita hiraukan teman stress itu. Dia pasti stress karena menganggap suaminya kaya nggak tahunya kere, mendingan sekarang kita makan bakso di tempatnya Pak kumis sampai kenyang. Nanti aku traktir deh," kata Mira yang membuat Sita seketika melengkungkan senyuman.

"Serius nih?"

"Ya Iya, memang traktiranku cuman bakso tapi aku nggak PHP seperti dia. Ngakunya konglomerat tak tahunya melarat," ejek Mira lalu kemudian pergi meninggalkan Melly bersama dengan Sita.

Melly makin kesal, dia merasa wajahnya di kuliti karena malu, dadanya bergemuruh dan aliran darahnya terasa panas.

"Ihh," geramnya mengeratkan gigi dan mengepalkan telapak tangan," ini semua gara-gara mas Herman si penipu itu. Awas kamu, Mas. Aku gak mau dipermalukan seperti ini. Pokoknya sampai rumah aku akan minta cerai dari lelaki itu. Dasar penipu!" geramnya.

_________

"Berapa semua, Pak?" tanya Melly pada tukang ojek online yang tadi mengantarnya. Emosinya kian membuncah begitu sampai rumah. Tekadnya sudah bulat, dia akan minta cerai dari Herman. Dia gak sudi menikah dengan lelaki miskin yang pura-pura kaya seperti Herman.

"Bibi, Bapak ke mana?" tanya Melly kepada pembantunya Dia sedang asyik membersihkan rumah.

"Di taman belakang, Bu," jawab pembantu.

Melly menatap wanita itu," bibi ini sebenarnya benar-benar pembantu di sini atau hanya pura-pura saja. Dibayar berapa bibi untuk jadi pembantu supaya keluarga ini kelihatan kaya?"

"Gak kok, Bu. Saya memang pembantu di sini, saya membantu ibu Mona membersihkan rumah ini. Tapi ini untuk terakhir kalinya Karena Ibu Mona udah berpesan kalau ini kerja saya yang terakhir, besok-besok saya sudah gak ke sini lagi."

"Loh," komen Melly kaget," kok bisa begitu, selama ini yang gaji kamu kan suami saya selagi suami saya masih memerlukan kamu ya kamu masih tetap di sini dong. Ngapain kamu patuh sama Mona. Dia saja gak punya penghasilan kok cuma tergantung kepada Mas Herman!" sengit Melly.

"Maaf, Bu. Saya nggak tahu dari mana uang itu Tapi selama ini yang memberikan gaji kepada saya Bu Mona. Bukan Pak Herman, Jadi kalau sekarang ibu Mona bilang saya harus berhenti ya udah saya berhenti. Saya kan nggak mau mengambil resiko Bu."

Melly tidak menjawab walaupun tadinya dia ingin marah. Dia teringat isi ATM Herman hingga memutuskan untuk mencari Herman.

"Itu dia si penipu itu, awas kamu, Mas. Dasar pembohong!" geram Melly, hatinya sudah panas kini semakin panas ketika melihat sosok Herman, dia merasa tertipu oleh laki-laki itu. Dengan langkah cepat dan menggebu-gebu dia mendekat ke arah Herman. Namun, baru saja dia akan membuka mulut.

"Dari mana saja kamu! Suami lagi pusing malah keluyuran. Dasar perempuan, tahunya cuma ngabisin duit!"

Mendengar makian Herman Melly kian emosi, dia sudah merasa tertipu tapi malah dibentak.

"Heh lelaki tukang bohong! Memangnya uang mana yang aku habiskan, dasar pembohong. Katanya kaya, uangnya banyak nggak taunya kere," Melly mengambil ATM di tasnya," Nih ambil ATM kamu," Melly melempar ATM itu hingga mengenai wajah Herman.

"Katanya isinya puluhan juta nggak tahunya cuma lima ratus ribu. Kalau udah kere itu ngaku aja kere nggak usah pura-pura, menyesal aku menikah sama kamu!" Melly melipat tangan di dada lalu memalingkan wajahnya dari Herman.

Sementara pria itu kian pusing.

"Kamu nggak bohong kan kalau ATM ini nggak ada saldonya?"tanya Herman memastikan.

Melly menghadap ke arah Herman menurunkan tangan lalu diletakkan di pinggang," ngapain aku bohong sama kamu!" geramnya dengan mata yang membulat.

Baru saja Herman hendak menjawab tiba-tiba pembantunya datang dan menyebarkan bawa ada tamu di depan. Herman segera menemui tamunya.

"Iya, ada ya, Pak?" tanya Herman pada seorang laki-laki berkemeja putih dengan membawa map di tangan.

"Maaf pak Herman, kami dari petugas leasing mobil. Kami ke sini ditugaskan untuk mengambil mobil bapak karena sudah 3 bulan Bapak tidak membayar cicilannya!"

"Hah!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Natasha Han
nah gini jadi istri, tidak perlu marah"/ nangis" ,suami kawin lagi, ambil langkah cerdas biar dia rasain tuh kesombongan nya.
goodnovel comment avatar
Sri Indrawati
aku senang dgn ceritanya bagu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Setelah Aku Mendua   bab 110

    Maria merasa puas, Johan memang selalu membuat dia puas. Permainannya selalu dirindukan oleh Maria."Hebat Lo, masih aja bikin gue puas," ucap Maria. Wanita yang selalu haus itu merasa keinginannya sudah terlampiaskan."Mau lagi?" Lelaki kurus hitam manis itu tersenyum menggoda."Anj*r Lo. Gak ada puas-puasnya. Pantes cewek Lo ajak cek in dua kali doang sudah hamidun," jawab Maria.Johan berdecak."Anj*r. Sekarang lu bantu gue dong gimana cara gue bisa ngatasi hal ini. Kok nggak mungkin ngebiarin tuh cewek terus-menerus pergi dari broadcast satu ke broadcast lainnya untuk menjatuhkan gue. Gue harus membersihkan nama gue kalau nggak mau kerjaan gue semua hilang," ucap JohanPria itu memang berprofesi sebagai seorang DJ. Dan semenjak ada masalah itu pekerjaannya banyak yang di cancel. Event-event besar yang telah menantinya sudah banyak dibatalkan oleh pihak penyelenggara karena tidak mau nanti nama mereka akan tercemar. "Ya satu-satunya jalan lu harus klarifikasi. Mendingan gini aja

  • Setelah Aku Mendua   bab 109

    Maria menatap Rendra yang keluar dari rumah bersama Mona. Mereka seperti keluarga kecil yang bahagia. Mona berjalan di depan dengan menggendong anak keduanya, sementara Rendra di belakang menggandeng Gea.Hati Mona bagaikan terbakar, bisa-bisanya Rendra lebih memilih Mona yang janda anak dua. Dibandingkan dirinya. Memang tidak dipungkiri, Maria juga bukan wanita baik-baik. Dia juga sudah tak lagi virgin, sudah banyak laki-laki yang menjadi teman mainnya. Tapi Setif dia belum punya anak. Setidaknya kelasnya Maria yakin lebih dari Mona.Maria mengepalkan tangannya. Wanita itu sepertinya perlu mencari hiburan. Dia kemudian menelpon seseorang. "Hallo Jo. Lo ada di mana?" tanya wanita itu begitu telepon tersambung. Alunan musik terdengar, suara orang berteriak, dan juga suara lainnya menjadi satu."Hallo, iya say. Ada apa?"tanya pria tadi dengan berteriak. "Aduh Jo, lo kejauhan deh gue nggak dengerin lu ngomong apa."Tak lama kemudian suara itu sudah mulai reda, terdengar sudah semakin

  • Setelah Aku Mendua   bab 108

    "Kenapa ibu berkata seperti itu. Apa ibu ada masalah atau ibu sakit?" Mona menatap Ibu Sukma."Gak, Nak. Ibu baik-baik saja."Mona menatap Ibu Sukma, dari wajahnya Ibu Sukma memang terlihat pucat. Tidak segar, bahkan tatapan matanya juga sedikit sayu. Mona selama ini berpikir kemungkinan Ibu Sukma capek karena wanita itu memang sangat hobi memasak dan mengerjakan pekerjaan rumah sendiri. Walaupun ada pembantu."Tapi, Mona perhatikan wajah Ibu sedikit pucat. Apa mungkin Ibu kepingin aku temani untuk periksa?"Ibu Sukma menggeleng cepat sambil tersenyum. "Ibu baik-baik saja Nak. Ibu terlihat pucat mungkin karena Ibu capek. Ya sebagai orang tua seperti Ibu ini memang kepinginnya gerak terus tapi tenaganya sudah lemah. Jadinya begini, tiap gerak sedikit akan terlihat lemah dan pucat. Tapi nanti kalau sudah beristirahat semuanya akan hilang," jawab Ibu Sukma sambil tertawa. Tapi entah kenapa, Mona merasa bukan hanya karena itu. Tapi ada sesuatu yang disembunyikan oleh Bu Sukma. Apalagi se

  • Setelah Aku Mendua   bab 107

    Bab 107Maria menatap kemesraan Mona dan Rendra dengan hati yang panas. Dia betul-betul tidak terima melihat itu. Bisa-bisanya Rendra jatuh ke tangan Mona yang janda dan punya anak dua. Apa kurangnya dia."Aku harus berbuat sesuatu sebelum mereka menikah!" Geram Maria. Kini di otak wanita itu telah tersimpan berbagai macam rencana._______Ibu Sukma menyambut gembira kedatangan Mona dan anak-anaknya. Terutama saat melihat Kaisar. Wanita itu langsung menggendongnya dan Kaisar kecil pun tak menolak. Bocah itu bahkan langsung lengket pada Ibu Sukma dan bibi pembantu di rumah Rendra. Mereka sungguh senang dengan kehadiran Kaisar."Cucu nenek ganteng ya, mirip mamanya," ujar Ibu Sukma yang membuat Mona merasa terharu. Ketakutan yang tadi sempat menghantuinya kini berubah rasa bahagia dan haru. Dia tak menyangka kalau Ibu Sukma akan menerima putranya dengan baik. "Itu yang jelas mirip mamanya. Lihat aja hidungnya persis banget," ujar Rendra. Bahkan ketika Kaisar mendekat anak itu pun ters

  • Setelah Aku Mendua   bab 106

    Bab 106Mona pergi setelah berbicara panjang lebar dengan Bi Lisa. Dia memutuskan untuk pergi dengan Rendra bersama dengan anak-anaknya. Rendra mengajak mereka untuk pergi ke mall. Lelaki itu bahkan mengajak anak-anak Mona ke tempat permainan anak-anak. Rendra tak bahagia sekali bermain dengan anak-anak Mona. Senyum dan tawa tak lepas dari bibir mereka. "Habis ini kita main ke rumah nenek ya?" Gea langsung mengangguk, anak itu memang cukup akrab dengan ibunya Rendra. "Hore, main ke rumah nenek," ujar Gea."Memangnya Ibu tidak repot. Kita kan ke sana bawa Kaisar. Aku nggak enak kalau nanti di sana Kaisar merepotkan," ujar Mona. Mungkin kalau Gea sudah biasa tetapi Kaisar masih kecil. Mona takut akan mengganggu istirahat ibunya Kaisar. "Justru ibu akan senang kalau kamu membawa Kaisar ke sana. Dia itu kepingin rumahnya rame, kan waktu dia ke sana juga Ibu senang banget kan. Apalagi ini Kaisar, Ibu kepengen sekali cucu laki-laki," ujar Rendra. Sementara Mona hanya tersenyum. "Tapi

  • Setelah Aku Mendua   bab 105

    Bab 105"Cuma apa?"tanya Bibi Mona. Wanita itu memang melihat keraguan di mata Mona. "Aku takut, Bi."Bibi Mona yang bernama Lisa itu semua tidak mengerti."Kamu takut apa. Takut kalau nanti sewaktu-waktu Herman akan mengganggu kamu?" Bi Lisa menatap keponakannya," memang kamu masih punya rasa dengan Herman?" Lanjut Lisa.Sementara Mona menggelengkan kepalanya."Tidak, bukan itu. Bukan masalah takut dengan Herman. Tapi aku takut kalau Rendra nanti menyesal menikah denganku. Walau bagaimanapun dia itu masih muda, dia bisa mendapatkan wanita yang bahkan lebih dari aku. Lebih dari segalanya," ujar Mona.Ini yang selama ini membuat Mona agak lama menerima lamaran dari Rendra. Dia takut kalau pemuda itu nanti menyesal.Lisa memegang pundak Mona."Mona, kamu harus yakin dengan pilihan kamu dan kamu harus yakin inilah yang terbaik untuk kamu. Banyak kok orang yang menikah dengan perbedaan seperti kamu. Seorang perjaka menikah dengan janda mereka juga bisa hidup bahagia. Karena pada dasarny

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status