Share

Bab 6

Author: Haslia
Monica bagai sedang melakukan sebuah mimpi yang sangat panjang.

Di dalam mimpi, Monica sedang merangkul tangan Surya. Di bawah saksi mata teman-teman dan kerabat terdekat, mereka berjalan di atas jalan yang dipenuhi banyak bunga.

Pada saat itu, terlihat senyuman bahagia di atas wajah Monica. Dia merasa dirinya adalah seorang wanita yang paling bahagia di dunia ini lantaran bisa menikah dengan pria yang diam-diam dicintainya selama bertahun-tahun.

Sementara itu, semua di hadapan Monica tiba-tiba berubah menjadi warna merah darah. Bunga segar di bawah kakinya juga telah berubah menjadi ranting yang telah membusuk dan membau.

Saat Monica merasa panik dan bingung, Surya melepaskan tangan Monica dengan wajah tak berekspresi. Suara dingin Surya terdengar bagai kutukan yang tidak berhenti terngiang-ngiang di samping telinganya.

“Monica, selamanya aku nggak akan jatuh cinta dengan wanita berhati licik sepertimu!”

Monica langsung membuka matanya. Setetes air mata langsung mengalir dari ujung matanya.

Saat ini, plafon berwarna putih muncul di hadapannya. Tidak ada lagi koridor yang gelap itu, bahkan tidak ada juga suara gemuruh dan hujan deras.

Cahaya matahari cerah memancar di luar jendela. Bayangan pohon terlihat saling bertumpah tindih. Keindahannya membuat hati Monica spontan terasa pilu.

Kenapa dia bisa ada di sini?

“Apa kamu sudah sadar?” Terdengar suara datar seseorang.

Monica memiringkan kepalanya untuk melihat. Ketika melihat Surya sedang duduk di samping ranjang, dia pun merasa sangat kaget.

Jangan-jangan, semua yang Monica alami sebelumnya hanyalah mimpi?

Hanya saja, saat Monica menggerakkan ujung bibirnya dan merasakan rasa sakit di pipinya, Monica pun mengetahuinya dengan jelas bahwa semua itu adalah kenyataan.

Monica dibenci suaminya dan tidak diakui oleh putranya.

Semua itu adalah kenyataan.

Monica menurunkan kelopak matanya sembari mengepal erat jari tangannya.

“Mama! Apa kamu baik-baik saja?”

Kebetulan pada saat ini, Farel berlari ke depan ranjang, lalu berkata dengan nada perhatian yang jarang dipertunjukkannya.

Waktu itu, Farel sungguh syok ketika melihat ayahnya berjalan keluar dengan menggendong Monica yang terluka di wajahnya.

Jelas-jelas Erika memberitahunya bahwa masalah ibunya diculik hanyalah sebuah permainan saja. Permainan itu dilakukan untuk menguji apakah Farel bisa menghadapinya dengan tenang atau tidak. Jika Farel berhasil, Erika akan membawanya untuk bermain ke wahana permainan.

Namun, setelah Farel melihat wajah Monica yang dipenuhi dengan luka itu, dia spontan merasa bingung, hatinya juga terasa penat.

“Mama ….” Farel mengulurkan tangannya dengan merasa bersalah. Dia ingin menggandeng Monica.

Dulu asalkan Farel berinisiatif untuk mendekati Monica, Monica akan menunjukkan senyuman gembira dan puas.

Namun kali ini, belum sempat Farel menyentuh tangan Monica, Monica langsung menghindar tanda dirinya menolak untuk bersentuhan dengan Farel.

Farel terbengong sejenak. Dia mengedipkan matanya merasa sedikit tidak berdaya.

“Mama lagi syok. Dia masih belum sembuh total. Kamu kembali ke kamar dulu,” ucap Surya dengan datar.

Usai mendengar, Farel menatap Monica dengan tatapan tidak rela. Hanya saja, ketika kepikiran sebentar lagi Erika akan menjemputnya untuk pergi ke wahana permainan, rasa tidak rela itu pun menghilang. “Oke!”

Setelah Farel meninggalkan tempat, suasana di dalam kamar menjadi hening seketika.

“Kenapa kamu bisa ada di sana?” Surya duluan memecahkan rasa hening, lalu bertanya dengan kening berkerut.

Jika bukan karena waktu itu Surya yakin dia telah mendengar suara Monica, lalu mengurungkan niatnya untuk pergi dan kembali lagi, sepertinya sekarang Monica sudah diantar ke atas ranjang orang lain!

Ketika kepikiran dengan hal ini, hati Surya menjadi gusar seketika. “Bukannya kamu lagi sakit? Padahal lagi sakit, kamu malah sembarangan ke mana-mana?”

Monica tidak berbicara dan tidak melihat Surya. Dia hanya menunduk melihat tangannya sendiri.

Surya malah berbicara seperti itu. Jangan-jangan masalah penculikan dan menjualnya bukan ulahnya?

Hanya saja, meskipun bukan Surya, semua ini juga terjadi karena Surya.

“Monica, apa kamu nggak dengar apa kataku?” Ketika melihat Monica tidak merespons, Surya segera melangkah maju, lalu mencubit dagu Monica. Dia memaksa Monica mengangkat kepalanya untuk menatap Surya. “Apa kamu merasa sikapmu ini bisa membuatku merasa kasihan sama kamu? Kamu malah mengulangi akting murahanmu untuk berlagak malang lagi?”

Monica menatap sosok gusar Surya. Dia pun merasa agak lucu. “Oh ya? Apa di matamu, semua yang aku alami itu hanyalah akting murahan karena memiliki maksud lain?”

Jelas-jelas orang yang terluka adalah Monica. Sekarang di mata Surya, dia malah dianggap sedang berakting?

“Ternyata kamu memandangku dengan prasangka buruk.”

Nada bicara datar Monica membuat Surya merasa tidak senang. Dia berkata dengan tersenyum dingin, “Kamu jangan lupa, trik apa yang pernah kamu lakukan biar aku melepaskan ayahmu.”

Nada bicara dingin seketika menarik Monica kembali ke memori lima tahun silam.

Pada lima tahun lalu, saat kandungan Monica menginjak usia tujuh bulan, tiba-tiba Surya turun tangan melawan ayahnya, Niko.

Niko yang pernah berjaya itu tiba-tiba diturunkan akibat tudingan korupsi, lalu menjadi incaran semua orang, bahkan dihukum pidana mati.

Kabar itu berdampak terhadap kehamilan Monica. Hanya saja, dia tetap memaksa dirinya untuk berjalan ke hadapan Surya, lalu berlutut di hadapan Surya, dan memelas dengan nada gemetar, “Surya, aku mohon sama kamu, tolong lepaskan papaku ….”

Saat itu, Surya sama sekali tidak menggubris permohonan Monica, melainkan hanya memerintah sopir dengan dingin untuk mengantarnya pulang.

Pada akhirnya, Monica memeluk kaki Surya dengan erat, tidak bersedia untuk melepaskan Surya. Saat darah merembes dari bawah tubuhnya, akhirnya Surya baru menyetujui permintaannya dan melepaskan nyawa Niko.

Akibatnya, Monica mengalami persalinan prematur dan pendarahan hebat. Setelah menerima transfusi darah yang sangat banyak, dia baru berhasil melahirkan Farel di tengah rasa sakit yang luar biasa.

Namun di mata Surya, permohonan yang dilakukan Monica waktu itu hanyalah akting murahan belaka.

Monica ingin tersenyum, tetapi sepertinya terasa rasa sakit menusuk di wajahnya yang terluka. Pada akhirnya, Monica terpaksa menyerah. “Aku sudah capek. Kalau nggak ada urusan lain, kamu pergi saja.”

Surya menatap wajah bengkak dan merah di wajah Monica. Dia melihat kulit yang tadinya mulus putih itu berubah menjadi bekas tangan kemerahan, kelihatannya memang mengejutkan. Tatapan Surya seketika berubah muram.

Meskipun Surya tidak menyukai Monica, bukan berarti Monica boleh dihina oleh orang lain.

“Aku akan atasi orang-orang itu.”

Surya mengatakan itu.

Monica mengangkat kelopak matanya untuk melirik Surya sekilas. Jika Monica adalah Monica yang dulu, ketika mendengar Surya mengatakan ucapan seperti ini, dia pasti akan merasa sangat gembira. Hanya saja, tatapan Monica sekarang terlihat sangat tenang.

Monica tidak suka memperpanjang rasa puas. Saat membutuhkan, Monica tidak mendapatkannya, jadi Monica tidak membutuhkannya lagi.

Lantaran tidak menerima jawaban dari Monica, Surya juga tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia pun berjalan pergi meninggalkan kamar.

Saat Surya pergi, punggung Monica yang tadinya terasa tegang mulai lemas dan bersandar di atas ranjang. Dia kelihatan agak tidak fokus.

“Nyonya.” Pembantu membawa nampan berjalan kemari. Di atasnya diletakkan banyak jenis botol obat oles. “Tuan perintahkan ke dokter mesti mengobati lukamu dengan obat terbaik.”

Monica tetap tidak bergerak.

“Selain itu, selama dua hari kamu pingsan, Tuan juga nggak pergi ke perusahaan, melainkan bawa semua pekerjaan ke rumah. Dia seringkali datang untuk melihat kondisimu.” Pembantu, Mona, mengamati sosok Monica. Dia ingin mengatakan sesuatu untuk membuatnya gembira. “Sebenarnya Tuan cukup perhatian sama kamu ….”

Surya baru perhatian sekarang? Apa yang Surya lakukan sebelumnya?

Oh, waktu itu dia masih berada di dalam dekapan lembut Erika.

Monica diam-diam menyindir dalam hati, lalu bertanya, “Apa dua hari ini, Nona Erika juga tinggal di sini?”

“Emm ….” Mona merasa ragu sejenak, lalu mengangguk. “Belakangan ini Nona Erika mau pindah rumah, dia nggak punya tempat tinggal. Ditambah lagi, Tuan Farel juga sangat menempel dengan Nona Erika, jadi Tuan Surya izinkan Nona Erika tinggal beberapa hari di sini.”

Ternyata semuanya sesuai dugaan Monica.

Erika telah tinggal di rumah.

“Tapi, Tuan Surya kasih kamar tamu di lantai dua untuk Nona Erika. Dia nggak tinggal di lantai tiga ….”

Mona masih ingin menjelaskan, tetapi Monica sudah tidak peduli lagi.

Sekarang Erika tinggal di kamar tamu lantai dua. Lain kali, seharusnya dia bakal tinggal di lantai tiga. Kemudian, lain kali lagi, dia juga akan tinggal di kamar utama.

Monica spontan memegang bagian dadanya, tetapi dia menyadari hatinya tidak terasa begitu sakit lagi. Ternyata, waktu dia memutuskan untuk tidak mencintai Surya lagi, hatinya pun tidak akan terasa sakit lagi.

Bagus sekali.

Monica menurunkan kelopak matanya. Berhubung tempat ini akan segera menyambut kedatangan nyonya rumah baru, sudah seharusnya Monica sadar diri untuk segera membereskan barang-barangnya.

Setelah mengusir Mona pergi, Monica mulai membuka komputer, lalu mengetik [Surat Perjanjian Perceraian] ….

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Setelah Aku Pergi, Suami dan Anakku menggila   Bab 100

    "Guru ...." Mata Monica tiba-tiba terasa panas dan berkaca-kaca."Kalau kamu ada pertanyaan soal seni merangkai bunga, hubungi aku saja. Aku memang bilang nggak ada waktu, tapi apa kamu nggak bisa terus tanya sampai aku ada waktu? Kalau gampang tersinggung begitu, gimana kamu bisa jadi orang hebat?" tegur Santi.Monica merasa sedikit malu, lalu mengangguk dalam-dalam dengan serius. "Aku mengerti. Makasih, Guru.""Jangan buru-buru bilang makasih. Tunggu sampai kamu benar-benar punya hasil yang bisa dibanggakan, baru pantas berterima kasih," ucap Santi sambil tersenyum tipis. "Sudahlah, aku masih ada urusan. Nggak bisa ngobrol lama-lama sama kalian."Tepat saat itu, lift yang mereka tunggu tiba di lantai mereka dan berbunyi ketika terbuka.Bersamaan dengan itu, Surya keluar dari ruang VIP. Dia kebetulan melihat Santi sedang berdiri bersama Monica dan Yunita.Santi juga melihat Surya, tetapi hanya melirik sekilas sebelum kembali menatap Monica dan berucap, "Oh ya. Meski kamu nggak suka de

  • Setelah Aku Pergi, Suami dan Anakku menggila   Bab 99

    Orang-orang di ruang VIP juga ikut menoleh ke arah Monica.Orang yang bisa mendapatkan pujian dan evaluasi langsung dari Master Santi pasti sangat luar biasa!Awalnya, mereka semua mengira Monica hanyalah hiasan tanpa isi. Sekarang, mereka baru tahu ternyata dia adalah perangkai bunga yang karyanya mendapat banyak pujian di pameran!Dalam sekejap, pandangan mereka terhadap Monica pun berubah. Yang tadinya menganggapnya remeh, kini mulai muncul rasa kagum dan hormat terhadapnya.Erika menggenggam erat tangan yang bertumpu di atas pahanya saat melihat pusat perhatian beralih ke Monica.Tak disangka, Santi yang barusan memperingatkan dirinya secara terang-terangan, justru bersikap begitu ramah terhadap Monica!Tatapan mata Erika penuh dengan rasa tidak terima, lalu dia secara refleks menoleh ke arah Surya karena ingin tahu bagaimana reaksinya.Surya hanya melirik sekilas ke arah Monica, seolah-olah sedang melihat seseorang yang tidak ada hubungan dengan dirinya. Tidak ada perubahan ekspre

  • Setelah Aku Pergi, Suami dan Anakku menggila   Bab 98

    "Ya. Sekarang, apa pria itu masih begitu berengsek?" Edwin juga mulai tertarik, memang dasarnya dia suka dengar gosip seperti ini."Kalau soal prianya berengsek atau nggak, aku sendiri kurang tahu juga," jawab Santi sambil menyapu pandangan ke seluruh ruang VIP dengan tenang, lalu akhirnya menatap langsung ke arah Surya. Dia tersenyum samar dan bertanya, "Pak Surya, menurutmu dia berengsek nggak?"Begitu kalimat itu dilontarkan, suasana ruang VIP langsung hening seketika.Tidak ada seorang pun menyangka Santi akan tiba-tiba melemparkan pertanyaan itu ke Surya.Apakah Pak Surya ada hubungannya dengan cerita tadi?Alis Erika langsung berkerut. Seolah-olah teringat sesuatu, dia mendadak menoleh dan menatap ke arah Monica.Baru sekarang Erika menyadari, Monica tadi masuk bersama dengan Bu Yunita dari studio bunga itu. Jadi artinya, Monica adalah orang yang membuat karya bertema "Keharmonisan Hijau dan Merah" tersebut!Jangan-jangan ... Monica adalah murid yang dimaksud Santi?Kalau benar b

  • Setelah Aku Pergi, Suami dan Anakku menggila   Bab 97

    Erika memang sudah punya banyak gelar dan predikat. Semuanya dirancang untuk menciptakan citra yang sempurna agar dia bisa tampil percaya diri di situasi apa pun.Sekarang, Erika melihat adanya celah kosong dalam dunia pameran seni merangkai bunga di dalam negeri sehingga ingin menjadi pelopor di bidang tersebut. Oleh karena itu, dia jelas perlu memahami bidang ini lebih dalam.Kalau Erika bisa menambahkan satu gelar lagi sebagai murid dari master perangkai bunga dalam negeri, langkahnya ke depan di bidang ini akan jauh lebih lancar.Jadi, sekarang Erika sangat menantikan jawaban dari Santi.Bagaimanapun, status sosial Surya sudah jelas. Tidak peduli Santi sekeras kepala apa pun, sepertinya dia tidak akan sampai menolak permintaan seseorang yang dibawa oleh Surya sendiri.Orang-orang lain di ruang VIP itu juga menatap dengan penasaran.Konon, Santi sangat ketat dalam memilih murid. Bisa memenuhi standarnya sangatlah langka. Jadi selama bertahun-tahun, dia hanya mempunyai satu murid. Na

  • Setelah Aku Pergi, Suami dan Anakku menggila   Bab 96

    "Pak Agus terlalu memuji," Erika tersenyum sambil mengangkat gelas.Surya juga ikut mengangkat gelas dan meneguk sedikit."Kalau aku bilang sih, Nona Erika memang luar biasa. Usianya masih muda, tapi sudah bisa merancang begitu banyak pameran yang viral. Benar-benar panutan di industri seni!""Ya, dengar-dengar Nona Erika itu lulusan dari universitas yang sama dengan Pak Surya. Itu kampus kelas dunia lho. Ya jelas saja dia itu orang hebat tingkat dewa!""Makasih atas pujiannya." Erika membalas dengan senyum rendah hati, lalu menoleh pada Surya. "Walaupun aku dan Pak Surya seumuran, dia sudah menyelesaikan seluruh studinya setahun lebih cepat dariku. Sejak dulu, aku selalu menjadikannya sebagai panutan yang ingin kukejar."Sesama orang hebat yang akhirnya bertemu di puncak. Cerita semacam itu memang terasa romantis.Dalam sekejap, semua orang merasa Erika dan Surya sangat cocok. Mungkin memang hanya wanita seperti Erika yang pantas bersanding dengan pria seperti Surya.Oleh karena itu,

  • Setelah Aku Pergi, Suami dan Anakku menggila   Bab 95

    "Sudah cukup."Suara Surya terdengar datar. Dia menghentikan topik pembicaraan tersebut.Barulah orang-orang yang tadi menggoda, menghentikan pertanyaan mereka. Namun bagi yang paham, semua sudah bisa menebak maksud sebenarnya. "Pak Surya lagi melindungi Nona Erika.""Benar banget. Nggak diumumkan ke publik, justru bentuk perlindungan untuk Nona Erika, 'kan?"Supaya orang-orang tidak berpikir bahwa kesuksesan pameran ini semata-mata karena dorongan dan koneksi dari Surya."Kelihatannya, Nona Erika bakal jadi Nyonya Atmadja. Cuma tinggal tunggu waktu saja ...."Erika menunduk sedikit, tetapi di matanya terselip sorot bangga yang tak bisa disembunyikan.Edwin yang mendengarkan pembicaraan itu hanya mengernyit. Secara naluriah, dia menoleh ke arah Monica yang duduk di sampingnya.Namun, Monica tetap tenang seperti biasa dan ekspresinya datar. Dia sesekali ngobrol ringan dengan beberapa orang di sekitarnya yang juga dari industri seni. Sama sekali tak terlihat ada reaksi apa pun dari dirin

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status