Share

Bab 6. Sebuah Perlawanan

“Dia bukan siapa-siapa, Tuan Glenn. Lihat saja pakaiannya, mana mungkin tamu pernikahan datang dengan pakaian seperti itu,” jawab Alfie yang cerdik mengalihkan perhatian Glenn.

Alfie berhasil meyakinkan Glenn yang mau mengikuti untuk duduk di meja VVIP yang telah dia siapkan. Sayangnya, langkah mereka kalah cepat dari Rebecca yang berhasil lolos dari kedua pria berbadan tegap itu.

Rebecca berdiri tegak di hadapan Rowena dengan segelas wine di tangan kanan yang dia ambil dari pelayan saat berjalan menghampiri. Rasa sakit hati yang menguasai membuat Rebecca terfokus hanya pada Rowena dan Elvis. Dia mengabaikan yang lainnya. Bahkan pada Nelson yang menarik dan berbisik-bisik mengusirnya pun dia abaikan.

Perasaan Rebecca hari itu sudah tidak lagi bisa terbendung. Emosi, marah, kecewa telah melebur menjadi satu. Dia datang ke sini, bukan bermaksud untuk meluapkan kemarahan karena tak terima, melainkan dia khusus datang untuk mengucapkan selamat atas pernikahan mantan kekasihnya dan saudara tirinya itu. Ingin rasanya Rebecca tertawa akan takdir kehidupannya.

Sementara itu, Glenn yang dia belakangi sedang mengamati Rebecca dengan penasaran. Ada senyar yang menarik jiwa Glenn meskipun wanita itu memiliki karakter kasar dan aura keras kepala yang sangat kuat.

“Selamat atas pernikahan kalian,” ucap Rebecca dengan senyum yang dirinya paksakan. Meskipun senyuman itu terpaksa, tapi nyatanya Rebecca mampu menampilkan senyuman anggun di balik sesak di hatinya.

“Kami tidak butuh ucapan selamat dari dirimu. Sebaiknya kau pergi dan jangan buat keributan.” Elvis mengusir Rebecca dengan kejam. Manik mata pria itu memancarkan jelas kebencian dan rasa marah. Otak Elvis tidak lagi mengingat kenangan manis dengan Rebecca, melainkan hanyalah kejadian di mana Rebecca telah berselingkuh darinya.

Rebecca tertawa mengejek bisikan Elvis yang mengusirnya. “Tapi adikku sangat membutuhkan ucapan selamat dari kakaknya. Benar kan, Rowena–adikku sayang?”

Rowena tersenyum kaku padahal di dalam hati ia sudah berdecak kesal. Sosok rival di kehidupannya itu masih saja mengusik di tengah kebahagiaannya. “Kenapa Kakak melakukan ini? Kakak harus menerima kenyataan–”

“Bagaimana denganmu yang menerima barang bekas dariku?” Rebecca menyela sinis dengan nada malas yang meremehkan. “Kau suka yang seperti itu, kan? Ya ... ambil dan nikmati saja. Aku sangat berterima kasih, berkat campur tanganmu aku bisa terhindar dari orang-orang munafik,” lanjutnya sinis dengan mata menyorot tajam kepada Elvis.

Gelas wine di tangan telah Rebecca pindahkan ke tangan Rowena. Dia yang tersenyum lembut kepada saudara tirinya kembali berucap, “Selamat atas pernikahanmu. Aku doakan kau tidak bahagia selamanya. Silahkan nikmati wine-nya. Tapi hati-hati, aku telah mencampurkan obat perangsang ke dalamnya.”

Ucapan kejam yang tak berperasaan itu membuat Rowena terkejut hingga ketakutan. Tanpa sadar dia menjatuhkan gelas wine yang tumpahannya menodai gaun putih itu. Memerah seperti darah seolah menandakan kesucian pernikahan yang dirampas itu akan ternodai keji.

“Ayo pergi, Rebecca! Sudah cukup kau mencoreng nama baikku.” Nelson terpaksa membentak lalu menyeret Rebecca yang puas menghancurkan pernikahan itu. Dia diperlakukan seperti orang asing. Tidak ada satu pun dari mereka yang mengakui apalagi membela keberadaanya.

Harga dirinya benar-benar diinjak keji, tetapi Rebecca berusaha tidak ingin terlihat hina oleh mata-mata yang menyoroti dirinya begitu rendahan. Dia tidak takut pada sorot mata tajam Rowena yang menusuknya dengan ekspresi dendam yang tidak ditutup-tutupi. Bahkan Rebecca berani menentang Nelson yang memaksanya untuk segera pergi ke Skotlandia.

“Kau berani membantahku?”

Daddy yang mengajariku.”

“Rebecca!” Nelson membentak kejam sampai urat-urat di lehernya menegang kaku. Tangannya pun ikut bereaksi ingin melayang keras ke pipi Rebecca, namun tiba-tiba kaku di udara.

Rebecca sangat sakit hati sampai terasa nyeri ke tulang-tulangnya melihat sikap arogan Nelson. Dia kecewa, tak setitik pun Rebecca mendapati sorot tulus seorang ayah kepada putrinya. Yang Rebecca dapatkan hanya kilatan sinis penuh segenap kebencian yang mengerikan.

Dia adalah putri kandungnya. Anak perempuan yang di dalam tubuh kurus itu mengalir darah Nelson. Tapi bagaimana bisa Nelson tidak menunjukkan seberkas kasih ayah terhadap putrinya?

“Aku tidak menyayangimu, Daddy,” ujar Rebecca bersungguh-sungguh, lalu pergi begitu saja meninggalkan pesta.

Keributan yang telah teratasi itu berhasil menembus kesadaran Glenn yang masih berdiri. Diam-diam dia memahami situasi dari perkataan-perkataan yang ditangkap oleh telinga.

Seperti potongan puzzle, dia menyusunnya dengan baik meski ada beberapa bagian yang tidak menutupi. Namun kecerdasannya mampu membaca situasi sehingga dia bisa menyimpulkan sendiri di dalam pikirannya.

Wanita yang dia gagahi itu bukanlah wanita sembarangan. Melainkan putri seorang pengusaha makanan yang cukup terkenal. Selain itu wanita yang akhirnya dia ketahui bernama—Rebecca itu sedang patah hati paling mendalam akibat batal menikah oleh kesalahan fatal yang memalukan.

Glenn tersenyum jengkel saat firasatnya mengatakan mengenai malam panas itu bersinggungan dengan kehancuran Rebecca. Dia tidak lagi merasa nyaman dan berkeinginan segera angkat kaki dari acara itu.

“Situasinya tidak mendukung, saya untuk berlama-lama. Ini pertama kalinya saya disambut dengan hal memalukan seperti ini.” Liciknya Glenn mencari-cari alasan yang menyudutkan Alfie.

“Tuan Glenn, saya minta maaf. Saya harap Anda tidak tersinggung.” Alfie segera meminta maaf pada Glenn atas apa yang telah terjadi.

Glenn tak menggubris ucapan Alfie, dia segera angkat kaki tanpa kompromi pada siapapun yang membujuknya untuk menetap. Lewat ekpresi kejam dan langkah yang arogan Glenn menegaskan dirinya yang terhina oleh perlakuan si pemilik acara.

Dia sedikit mengenyampingkan efek dari pembatalan projek bisnis yang diputuskan secara mendadak. Selain itu membina hubungan kerjasama dengan orang-orang bad vibes seperti Dalton hanya akan merusak kesejahteraan bisnis yang susah payah Glenn bangun.

“Tuan Glenn–”

“Wanita tadi adalah wanita yang sama malam itu. Dia adalah wanita yang aku pikir kau siapkan untuk menemaniku. Dia juga yang membuat hidungku berdarah pagi tadi.”

Eric membeliak terkejut oleh pengakuan bosnya. Lidahnya ingin berkata-kata tetapi tidak diberi kesempatan oleh Glenn.

“Segera cari tahu tentang wanita itu. Karena–”

Mulut Glenn yang ingin bertitah terhambat oleh notifikasi telepon masuk di handphone-nya. Glenn memasang wajah malas dan ingin me-reject telepon masuk itu. Tetapi logika menyadarkan untuk tidak membuat masalah pada si penelepon.

 Itu telepon dari neneknya.

Granny ...” Glenn menyapa berusaha ramah, meski tersirat jengkel dan kesal.

“Besok kau pulang, kan? Aku telah mengatur kencan buta untukmu. Dia putri sulung pengusaha farmasi. Anaknya cantik, aku sudah melihat fotonya. Dia juga sekolah di Harvard sama sepertimu, Glenn. Jadi pastikan besok malam kau bisa dinner bersama wanita itu.”

Langkah Glenn terhenti tepat di detik neneknya berkata-kata. Bukan karena dia berkeinginan ingin tenang meladeni percakapan neneknya yang selalu memaksa dirinya untuk ikut kencan buta.

Tetapi Glenn menangkap keberadaan seseorang yang menarik untuk diperhatikan. Dia adalah Rebecca–yang bersandar pasrah pada sebuah tembok menyudut di daerah lobby hotel.

Wanita galak yang tadi mengamuk dan menunjukkan sisi keras kepala itu terlihat rapuh. Wajahnya sudah basah oleh airmata dan  memucat seolah dia sudah kehilangan energi.

Glenn menipiskan bibir dan mengunci tatapannya pada Rebecca. Benaknya sudah terisi oleh sebuah rencana yang bisa menyelamatkan dirinya dari desakan neneknya.

“Glenn! Kau tidak punya mulut, ya?!” suara bentakan neneknya sempat menyakiti telinga Glenn.

“Aku tidak bisa datang ke kencan buta itu besok malam.”

“Kau lupa, Glenn? Aku tidak akan mau makan dan lebih baik mati jika kau masih keras kepala seperti ini!” ujar neneknya menggunakan ancaman yang berulang kali dikatakan.

Granny ...”

“Apa?!”

“Aku sudah memiliki calonku sendiri, karena itu aku tidak bisa datang besok malam,” ucap Glenn membujuk tenang namun penuh rencana tak terduga.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status