Share

Bab 2

Author: Farida
Ini adalah kertas pemeriksaan kehamilan, dan nama ibu hamil yang tertera di sana adalah Chelsia!

Waktu kehamilan yang tercantum di kertas itu membuat kepalaku pusing.

Tertulis dengan jelas di sana, kehamilannya sudah tiga minggu!

Artinya, sebulan yang lalu, Hendri telah melakukan inseminasi buatan dengan Chelsia.

Dari awal hingga akhir, dia tidak pernah berpikir untuk berdiskusi denganku dan meminta persetujuanku.

Lalu, mengapa dalam sebulan ini Hendri terus-menerus bertanya padaku?

Apakah dia hanya ingin merasa lebih tenang? Sebenarnya, dia menganggapku ini apa?

Aku merasa semua tenagaku seakan diambil semua, tubuhku lemas dan jatuh terduduk di lantai.

Hatiku terasa seperti dipegang erat oleh tangan besar, membuatku kesulitan bernafas.

Tidak heran kalau tadi Hendri terlihat sangat bahagia, selesai menelepon dia langsung pergi dengan tergesa-gesa.

Ternyata dia sudah tahu inseminasi buatan berhasil, Chelsia hamil.

Mungkin sekarang dia sudah di rumah sakit merayakan bersama Chelsia.

Aku menutup mataku dengan perasaan sakit, kesedihan yang tidak terhingga menyebar di hatiku.

Aku benar-benar tidak bisa mempercayai bahwa pria yang kucintai selama bertahun-tahun, kini telah menjadi ayah dari anak wanita lain.

Padahal, dua bulan yang lalu aku baru saja melamarnya, dan kami merencanakan pernikahan di bulan depan. Bahkan gaun pengantin dan hotel sudah kupesan jauh-jauh hari.

Aku selalu menantikan hari pernikahan, berharap bisa berjalan bersama Hendri menuju pelaminan.

Namun sekarang, semua harapan itu berubah menjadi buih dan lenyap begitu saja.

Saat ini, HP ku bergetar menarik kembali pikiranku.

Aku langsung menjawab telepon.

Suara jelas dari kakak senior terdengar.

"Nandia, aku tahu kamu akan menikah, tapi aku tetap ingin bertanya sekali lagi, apakah kamu benar-benar tidak mempertimbangkan untuk datang ke laboratorium kami?"

"Kamu adalah murid paling berbakat yang dimiliki dosen, dia selalu berharap kamu bisa membantunya."

"Mempertimbangkan bahwa kamu segera akan menikah, dosen bilang dia bisa memberi izin untuk kamu bekerja di laboratorium selama dua bulan dan libur setengah bulan, jadi kamu juga punya waktu untuk bersama suamimu."

Aku sudah mengetahui tentang pendirian laboratorium baru dosen di Kota B sejak setengah tahun yang lalu.

Dia sendiri menelepon mengundangku pergi ke laboratoriumnya untuk melakukan riset.

Namun, begitu aku masuk ke laboratorium, aku tidak akan bisa lagi berhubungan dengan dunia luar, hanya bisa meninggalkan tempat itu setelah penelitian selesai.

Bisa satu atau dua bulan, bahkan satu atau dua tahun.

Aku tidak ingin berpisah begitu lama dengan Hendri, apalagi tanpa bisa berhubungan dengannya.

Maka aku menolak undangan dosen.

Namun sekarang, surat pemeriksaan kehamilan itu tidak bisa hilang dari pikiranku.

Hendri kini telah menjadi ayah dari anak wanita lain.

Jika dia tidak pernah memikirkan hubungan mereka dan pernikahan yang akan datang, maka pernikahan ini juga sudah tidak diperlukan lagi.

Tanganku yang memegang HP tanpa sadar semakin mengerat.

"Senior, aku bersedia pergi ke laboratorium, tidak perlu cuti, aku akan mengikuti jadwal penelitian seperti biasa."

Suara senior terdengar penuh kegembiraan.

"Baguslah! Dosen pasti akan sangat senang."

"Kapan kamu datang? Bagaimana kalau seminggu setelah pernikahan, jadi kamu masih bisa berbulan madu."

Aku menjawab pelan, "Tidak perlu, di hari pernikahan aku pergi ke sana."

Pandanganku terarah pada kalender di meja.

Tanggal 10 bulan depan sudah kuberi lingkaran tebal dengan spidol merah.

Awalnya, aku ingin selalu mengingatkan diriku masih ada berapa hari dengan hari pernikahan, agar bisa mengatur segala hal yang perlu disiapkan.

Namun sekarang, itu berubah menjadi hitung mundur untuk meninggalkan Hendri.

Tersisa lima belas hari lagi.

Anggap saja ini adalah waktu penyesuaian untuk hubungan yang telah berlangsung lebih dari dua puluh tahun.

Setelah lima belas hari, aku dan Hendri tidak akan pernah bertemu lagi.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Chantiqa Chiqa
menunggu 15 hari karna mau mengemis cinta dg laki2.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Setelah Pergi Penelitian, Tunanganku Menyesal   Bab 26

    Aku setuju, malam harinya mengirimkan undangan dan permen pernikahan untuknya.Hendri membuka sebutir permen dan perlahan memasukkannya ke dalam mulut.Sepertinya, dia sudah sangat lama tidak merasakan manisnya sesuatu.Di hari pernikahan, tamu-tamu yang datang sangat banyak, bahkan dosen yang sedang cuti dan teman-teman dari laboratorium juga datang.Dosen dengan penuh semangat menepuk bahu Erwin."Hebat! Tidak menyangka kamu bisa menaklukkan seniormu, kamu benar-benar beruntung."Teman-teman seangkatan juga ikut bercanda.Aku menatap pria di sampingku yang mengenakan setelan jas hitam, rasa bahagia dan puas di dalam hatiku hampir meluap.Sejak bertemu Erwin, barulah aku merasakan apa itu cinta yang terus terang.Upacara pernikahan dimulai, aku menggandeng tangan Ayah, melangkah perlahan menuju Erwin.Ayah meletakkan tanganku ke dalam telapak tangan Erwin."Anakku, aku serahkan padamu."Erwin berjanji kepada Ayah."Tenang saja, aku akan menjaga dia dengan seumur hidupku."Setelah itu,

  • Setelah Pergi Penelitian, Tunanganku Menyesal   Bab 25

    Hendri dengan lemah menarik bibirnya."Layak.""Waktu dulu kamu menyelamatkanku, pasti juga sesakit ini, kan?"Melihat betapa sulitnya dia bicara, aku segera menyuruhnya untuk beristirahat dan jangan bicara lagi.Namun Hendri menggeleng, lalu perlahan dengan suara lemah melanjutkan."Aku bukan sengaja mengikutimu. Setelah mendengar semua yang kamu katakan kemarin, aku banyak berpikir, dan akhirnya aku mengerti.""Dulu aku yang salah. Aku terlalu semena-mena hingga menghabiskan cintamu kepadaku.""Hari ini aku datang hanya untuk memberitahumu bahwa aku menyesal.""Aku ragu dan tidak tahu bagaimana harus memulainya. Tapi kebetulan aku melihat perampok itu mengeluarkan pisau dan di saat itu, satu-satunya pikiran yang ada di kepalaku hanyalah aku tidak boleh membiarkanmu terluka."Aku tidak pernah membayangkan bisa mendengar kata-kata seperti itu keluar dari mulut Hendri.Jika ini terjadi beberapa tahun yang lalu, mungkin aku akan sangat tersentuh.Namun sekarang, semuanya telah berbeda.A

  • Setelah Pergi Penelitian, Tunanganku Menyesal   Bab 24

    Namun rasa sakit yang aku bayangkan tidak terasa.Aku buru-buru melihat ke belakang, dan saat melihat Hendri berdiri di belakangku, satu tangan menekan perutnya dengan wajah yang pucat.Dari sela-sela jarinya, darah terus mengalir.Melihat dia hampir tidak mampu berdiri dan tubuhnya mulai jatuh ke lantai, aku segera menahannya, dan menelepon ambulansSaat itu kesadarannya sudah mulai mengabur, rasa sakit yang luar biasa menguasai seluruh pikirannya.Ternyata, rasanya ditusuk pisau seperti ini.Jadi, dulu dia juga pasti sesakit ini.Hendri berusaha membuka matanya, dan ketika melihat wajahku yang penuh kepanikan, dia malah tersenyum tipis.Namun senyum itu justru menarik luka di perutnya, dan membuatnya semakin nyeri.Aku tidak sempat berpikir banyak, hanya ingin hentikan pendarahan, lalu menekan lukanya dengan kedua tanganku.Melihat dia mulai memejamkan matanya, aku terus-menerus memanggilnya."Bertahanlah, Hendri! Jangan tidur!""Dokter akan segera datang, kamu harus tetap sadar!"Di

  • Setelah Pergi Penelitian, Tunanganku Menyesal   Bab 23

    Hendri tidak mengerti mengapa aku menanyakan hal seperti itu.Aku melanjutkannya dengan tenang."Kalau kamu memang menyukaiku, kenapa tidak pernah memberiku hadiah ulang tahun? Kalau kamu mencintaiku, kenapa tidak mau menemaniku liburan? Kalau kamu benar-benar peduli, kenapa kamu membiarkan wanita lain mengandung anakmu, bahkan foto prewed dengan dia?""Hatiku ini terbuat dari daging, aku juga bisa merasakan sakit.""Kalau ini yang kamu sebut sebagai cinta, maaf, aku tidak sanggup menerimanya."Setiap kali satu kalimat keluar dari bibirku, wajah Hendri tampak makin pucat.Kenangan-kenangan lama pun satu per satu muncul di dalam pikirannya.Dia ingin membantah. Tapi begitu dia menyisir kembali semua yang pernah terjadi, semua benar seperti yang kukatakan.Satu per satu, satu demi satu, semuanya adalah kenyataan yang tidak bisa dia tolak.Akhirnya, Hendri hanya bisa berkata dengan soal Chelsia."Aku baik pada Chelsia hanya karena kupikir dia adalah penyelamatku. Kalau saja dari awal aku

  • Setelah Pergi Penelitian, Tunanganku Menyesal   Bab 22

    Belum sempat aku menjawab, ekspresi Hendri langsung berubah menjadi sangat emosional."Aku bisa menjelaskannya, dulu aku hanya menganggap Chelsia sebagai penyelamatku, aku tidak ada perasaan apapun terhadap dia, tidak ada apa-apa di antara kami.""Namun setelah kamu pergi... setelah kamu pergi barulah aku sadar, ternyata..."Suaranya terdengar seraknya dan isak, air mata mengalir di sudut matanya.Beberapa saat kemudian, dia baru menenangkan dirinya dan melanjutkan kata-katanya."Ternyata, malam tahun baru enam tahun yang lalu, orang yang menyelamatkanku adalah kamu, aku salah mengenali orang."Hendri menatapku dengan mata merah, matanya dipenuhi penyesalan, rasa bersalah, dan kekesalan, namun ada "harapan" juga yang tersembunyi di dalam matanya.Harapan bahwa setelah aku tahu kebenarannya, aku bisa memaafkannya, dan kami bisa kembali bersama.Sayangnya, dia salah.Ketika aku mengetahui bahwa orang yang dia sebut sebagai penyelamat itu adalah yang menyelamatkannya pada malam tahun baru

  • Setelah Pergi Penelitian, Tunanganku Menyesal   Bab 21

    Ayah dan Ibu juga duduk di samping dengan wajah penuh kebingungan.Dua tahun yang lalu, saat aku memutuskan untuk membatalkan pernikahan, aku tidak memberi tahu mereka alasan yang sebenarnya, hanya bilang bahwa aku ingin fokus pada penelitian.Karena itu, dalam pandangan mereka, pihak kami yang lebih bersalah atas pembatalan pernikahan itu.Meskipun mereka selalu merasa bahwa perasaan Hendri padaku tidak terlalu dalam, mereka tetap merasa bersalah kepadanya.Selama dua tahun ini, meski aku tidak pernah kembali, Hendri masih sering datang ke sekitar apartemen.Walaupun dia tak pernah naik ke atas untuk menemui mereka, Ayah dan Ibu tetap bisa merasakan, dia datang untuk mencari aku.Terutama sejak setengah tahun yang lalu, dia hampir datang setiap dua hari sekali.Mereka sempat menasehatinya, memintanya untuk tidak datang lagi.Bagaimanapun juga, saat aku membatalkan pernikahan itu, sikapku sudah sangat tegas.Apalagi aku sedang berada di laboratorium, tidak pernah pulang, meskipun dia m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status