Lee mengantarkan Gemi kembali ke apartemennya dalam diam. Pria itu bahkan tetap menemani Gemi hingga sampai ke unit tempat tinggalnya. Padahal, Gemi sudah menolaknya berulang kali, tapi Lee hanya memberi jawaban singkat kepada wanita itu.
Rasa-rasanya, Lee masih tidak bisa menerima, kalau Gemi tiba-tiba ingin membatalkan pernikahan mereka secara sepihak. Terlebih, Chandie pun sudah sering bertanya, kapan Gemi akan tinggal bersama mereka.
Otak Lee masih belum bisa diajak berpikir kalau seperti ini. Ia harus menenangkan diri terlebih dahulu, sembari mencari jalan keluar yang terbaik.
“Aku tinggal ke Glory, nanti jam setengsh sepuluh aku ke sini lagi,” ujar Lee ketika sudah sampai di depan pintu unit Gemi.
“Ke sini lagi?” tanya Gemi ragu, ingin memastikan sesuatu.
“Ya, bukannya kamu sudah janji mau jemput Chandie di sekolah?” Sepertinya, menyodorkan Chandie pada Gemi adalah senjata terakhir yang akan digunakan oleh
Hari itu, Gemi benar-benar menghabiskan sisa hari liburnya bersama Chandie di rumah Lee. Seusai menjemput Chandie di sekolah, lalu mengantarkan pulang ke rumah, Lee langsung pergi kembali ke kantor. Dengan sengaja meninggalkan Gemi dan Chandie, hanya berdua di rumah.Lee berharap, dengan menghabiskan waktu berdua, Gemi dan putrinya bisa semakin akrab dan lengket. Jika sudah seperti itu, Gemi pasti tidak akan tega untuk membatalkan pernikahan mereka nantinya. Semoga apa yang direncanakan oleh Lee kali ini berjalan lancar.Di satu sisi, Gemi sendiri merasa serba salah. Ingin menolak Chandie, tapi rasanya benar-benar tidak tega. Gadis cantik yang cerewet itu, benar-benar terus menempel dan bersikap manja kepadanya. Panggilan ‘mama’ yang terus disematkan lewat bibir mungilnya itu membuat hati Gemi terenyuh.Gemi pun tahu, kalau Lee memang sengaja untuk melakukan semua ini. Jelas sudah, kalau pria itu masih menginginkan pernikahan mereka, tetap berjalan s
“Pakai ini.” Lee menyodorkan satu buah dress kepada Gemi untuk di kenakan wanita itu. Sedari siang, Gemi masih berada di rumah Lee bersama Chandie untuk menghabiskan waktu bersama. Dari bermain, makan siang bersama sembari menyuapi gadis kecil itu, tidur siang bersama, hingga memandikan dan benar-benar melakukan semua hal yang dilakukan seorang ibu kepada putrinya. Yang aneh adalah, Gemi menikmati itu semua. Diusia Gemi yang memang sudah pantas menjadi seorang ibu, wanita itu dengan sangat telaten mengurusi Chandie. Lantas, ketika Lee pulang ke rumah pada sora harinya, hatinya merasa hangat melihat putrinya yang tengah bercanda lepas dengan Gemi di ruang keluarga. Kedua wanita itu tengah bermain ular tangga jumbo yang sempat dibelikan beberapa waktu lalu. Chandie seketika langsung berlari dan melompat ke arah Lee ketika gadis kecil itu melihatnya memasuki ruang keluarga. Dari situ Chandie berceletuk dan meminta Lee mengajaknya untuk makan malam di lua
Menurut Gemi, Chandie merupakan gadis kecil yang sangat mandiri di usianya. Mungkin, karena situasi dan kondisilah, yang membuat Chandie bisa seperti itu. Lee mendidiknya penuh kasih sayang, tapi dengan ketegasan yang terkadang tidak bisa di tawar. “Chandie, gak papa ditinggal sendirian, Mas?” Pertanyaan itu terlontar, ketika Lee baru saja memasuki mobil, untuk mengantarkan Gemi pulang ke apartemen. Setelah mengantarkan Chandie pulang dan menemani gadis kecil itu membersihkan diri dan mengganti pakaian untuk tidur. Sekarang, giliran Gemilah yang akan diantar pulang oleh Lee. “Sudah biasa, dan sudah ada bik Sari yang nemenin kalau aku masih di luar.” Lee menstarter mobilnya dan berjalan pelan keluar dari gerbang. “Mau mampir? Ke mana, mungkin?” tanyanya kemudian. “Langsung pulang aja, kasihan Chandie ditinggal sendirian.” Kalau seperti ini, Gemi jadi memikirkan keadaan gadis kecil itu. Gemi tahu kalau ada yang menemani Chandie saat ini, tapi tetap saja terasa
Gemi melirik jam digital yang tertera di sudut bawah laptopnya. Masih menunjukkan pukul 5.30 pagi, tapi bel apartemennya sudah berbunyi. Tidak mungkin rasanya jika Chandie dan Lee kembali datang pagi-pagi seperti ini. Namun, jika dipikir lagi, bisa saja ayah dan anak itu datang lagi untuk menemui Gemi, karena Chandie libur sekolah hari ini.Meletakkan laptop yang ada di pangkuanya ke atas tempat tidur, Gemi lantas beranjak untuk membuka pintu. Pipinya mengembung sembari menahan senyum.“Sendirian? Chandie kan libur, kok gak diajak?”“Tadinya mau ke sini, tapi Zaid subuh-subuh telpon dan ngajak Chandie berenang pagi-pagi. Ponakanmu yang baru sunat itu, juga ikut.”“Raka? Dia mana bisa berenang,” kekeh Gemi lalu mempersilakan Lee masuk seraya membalik tubuh kembali ke dalam. “Eh, tapi kan Raka baru sunat, emang gak papa ikut berenang?”Lee menutup pintu dan menguncinya. Mengikuti Gemi yang melangkah men
Gemi membolakan maniknya tidak percaya, ketika membaca sebuah nama yang berada di dalam daftar undangan mereka. Keduanya tengah sibuk mengelompokkan undangan menjadi beberapa bagian di ruang keluarga kediaman Lee. Sedangkan Chandie sendiri, saat ini sudah terlelap di kamar setelah Gemi menemani gadis kecil itu sampai tertidur.“Raja Respati Sagara …” ujar Gemi sedikit memekik menatap Lee. “Ini … beneran kita ngundang Pak Raja? Pak Gubernur? Serius? Apa beliau mau datang?”Lee terkekeh menatap wajah tidak percaya Gemi. Sejurus kemudian, Lee pun berdecak. “Aku yang malah heran waktu lihat daftar udangan dari kamu, nggak ada nama Pak Raja di sana. Harusnya, wartawan sekelas kamu itu, sama gubernur sudah bisa saling say hi.”Bibir Gemi mengernyit maju menanggapi Lee. “Say hi, kok, kalau pas ketemu. Tapi sekarang udah jarang, karena aku nggak liputan di pemprov lagi.”“Punya nomor hapenya?&rdq
“Gem …”Gemi menoleh ke arah Lily yang memeluk laptop dan sepertinya baru saja kembali dari ruang direksi. Menghentikan sejenak jemarinya yang tengah menari di atas keyboard.“Di tunggu pak Aries, di ruang tamu direksi.” Lily berlalu melewati Gemi yang saat ini terpaku di meja kerjanya.Pikiran Gemi kosong untuk beberapa saat, ketika mendengar nama Aries disebut. Terlebih, pria itu tengah berada di Radar dan sedang menunggunya saat ini. Mau apa Aries berada di kantor Gemi, pikirnya.Gemi men-sleep perangkat komputernya serta laptop yang berada di meja kerjanya. Menarik napas panjang, kemudian membuangnya dalam satu kali hembusan besar. Beranjak dari meja kerjanya dengan gusar, Gemi melangkah ragu memasuki ruang tamu direksi.Di dalam sana, sudah tampak Aries duduk sendiri di arm chair sembari bersandar menyilang kaki dan tampak angkuh. Gemi jadi berpikir, kenapa dirinya bisa jatuh cinta kepada Aries dahulu kala. Tapi,
“Did something happen?” tanya Lee ketika dirinya dan Gemi tengah makan siang bersama. Terlihat kegusaran di wajah Gemi, semenjak wanita itu menginjakkan kaki di restoran. Siang ini, Lee tidak menjemput Gemi di kantornya, karena Gemi masih berada di lapangan untuk wawancara dengan narasumber. Jadi, mereka hanya berjanji untuk bertemu di restoran. Gemi menggeleng tanpa minat sama sekali. Memaksakan senyumnya pada Lee kemudian berujar, “Lagi capek aja, sih, Mas. Kayaknya enak banget kalau pijet.” “Mungkin, sudah waktunya tubuhmu itu untuk istirahat, inget umur,” ledek Lee dengan mencebikkan bibir bawahnya. “Mending, di rumah aja ngurusin aku, pasti aku pijetin tiap hari kalau pulang kerja.” Gemi membalas Lee dengan cebikan yang sama sembari menahan senyumnya. “Gak kebalik, ada juga aku yang mijetin, Mas, kalau pulang kerja.” Lee menundukkan wajahnya dan berbicara pelan di telinga Gemi yang duduk di sebelahnya. “Semua bisa diatur, kita bisa pijet memijet
Mewah dan berkelas. Dua kata itulah yang mampu mewakili resepsi pernikahan Lee dan Gemi pada malam ini. Penuh dengan rekan dari kalangan media, serta para pejabat yang juga menyempatkan datang di pesta tersebut. Raja dan ratu sehari itu, tidak lepas memasang senyum bahagia mereka sedikit pun. Menyalami para undangan yang datang dari berbagai kalangan tanpa kenal lelah. Kedua mempelai pun merasa sangat terhormat, dengan kedatangan orang nomor satu di ibukota. Raja dan keluarga besarnya ternyata ikut menyempatkan hadir, dalam momen bahagia Lee dan Gemi. "Selamat, Lee!" seru Raja sangat bersemangat disertai senyum lebarnya saat menjabat tangan Lee. Sang gubernur tersebut juga sempat melakukan pelukan singkat sebelum akhirnya mereka mengabadikan moment bahagia itu bersama. “Makasih, Pak,” balas Gemi serta Lee secara bergantian. Tidak lupa juga, ucapan yang sama keduanya berikan kepada Aida yang selalu setia berada di samping Raja, di mana pu