Share

Sexiest Journalist
Sexiest Journalist
Penulis: Kanietha

Kamu Mandul?

Gemi berdecak keras ketika memasuki ruang meeting redaksi pagi ini. Hanya terlihat lima wartawan magang dan tiga wartawan senior. Ketika hujan seperti ini, selalu saja ada alasan bagi beberapa wartawan untuk tidak pergi ke kantor mengikuti rapat redaksi pagi.

Tidak hanya wartawan sebenarnya, para redaktur juga kerap tidak hadir dan lebih memilih untuk langsung pergi ke tempat liputan yang sempat ditugaskan. Entah benar datang untuk meliput, atau hanya mewawancarai pihak terkait via telepon, sambil asyik berselonjor cantik di rumah.

“Ammar langsung pergi ke pameran berlian di Hotel Big Season, Gem,” ujar Lily sang sekretaris redaksi yang baru masuk ruang meeting dengan membawa laptop di pelukan. Wanita yang berusia sama dengan Gemi itu, langsung menarik sebuah kursi tidak jauh dari pintu ruang meeting, dan bersiap untuk menulis notulen pagi ini.

Karena hanya Gemi satu-satunya senior yang hadir, maka dirinyalah yang akan memimpin jalannya rapat redaksi untuk beberapa waktu ke depan.

“Pameran baru buka jam sepuluh, tapi dia, jam sembilan sudah pake alesan nangkring di sana. Sampaikan ke dia, suruh ngadep aku nanti sore,” decak Gemi yang juga mengeluarkan laptopnya dari tas. Meletakkan di atas meja, lalu membuka dan menyalakannya. “Siapa lagi yang izin, Ly?”

“Beni, sakit.”

“Tanyain Beni, rencana sakitnya sampai kapan, dan bilang sama dia, gak pake lama!” balas Gemi, kemudian menatap Lukman, sang wartawan magang yang baru sebulan bergabung bersama surat kabar harian Radar Post. “Man, gantiin Beni di desk hukum sementara, dan hari ini ada sidang tipiring* di pengadilan negeri, gue mau, lo buat tulisan feature* tentang liputan tersebut.”

“Siap, Mbak Gem.”

“Jangan siap-siap doang bisanya, dicatet tuh gede-gede, tulisan FEATURE bukan straight news*. Serahin ke gue dulu sebelum, lo, kirim ke EDP*, paham?”

“Paham, Mbak.” Lukman mengangguk seraya menelan ludah. Kalau sudah ditatap tajam seperti itu, siapa yang berani membantah.

“Dan, lo, Rin. Pergi temui Leonard Arkatama.”

Satu lagi wartawan magang yang bernama Rinda, sudah siap menghidupkan aplikasi perekam di ponselnya. Agar tugas yang diberikan oleh sang redaktur madya dari surat kabar harian Radar Post itu, tidak terlewat sedikitpun.

“Gue denger desas desus kalau beliau mau diangkat jadi komisaris di salah satu perusahaan BUMN, cari tahu perusahaan apa, komisaris utama atau independen, kalau bisa, eh harus bisa, sih, sebenernya, sekalian cari tahu gaji juga tunjangan jabatannya.”

“Oke, Mbak.”

Gemini Kamaniya memang selalu sedetail itu, jika sudah berhadapan dengan penugasan untuk para wartawan. Memiliki wawasan dan relasi yang sangat luas, membuat Gemi akan mengikuti uji kompetensi wartawan, untuk menjadi redaktur utama dalam waktu dekat. Tidak menutup kemungkinkan, kalau jenjang karir wanita itu, akan melesat lebih jauh lagi ke atas.

Gemi kembali beralih pada Lily karena teringat suatu hal, “Ly, setelah rapat selesai, hubungi Rio, jatah liburnya minggu ini dan minggu depan ditiadakan. Kalau dia protes, suruh datengin gue. Enak banget hidupnya nggak pernah ikut rapat pagi, jangan mentang-mentang ponakan dirut, terus bisa seenaknya!”

Peserta rapat yang lain hanya menelan ludah, hanya Gemi seoranglah yang berani bertindak seberani itu, pada keponakan Direktur Utama Radar Post. Dan, tidak ada yang berani protes, karena Gemi memang tidak suka ketidakadilan, yang bisa menimbulkan kesenjangan sosial diantara karyawan.

Setelah beberapa rancangan penugasan telah selesai dan beberapa evaluasi telah rampung. Gemi mengakhiri rapat redaksi, namun ia belum berminat untuk keluar dari ruang meeting. Karena masih ada satu berita yang harus ditulis secepat mungkin, untuk mengejar deadline sore hari nanti.

“Ly, gue tuker libur sama Ammar minggu depan, ada acara keluarga di rumah,” ucap Gemi ketika tinggal dirinya dan Lily saja di ruang meeting.

Lily tengah merapikan notulen yang baru saja dibuatnya, untuk segera dikirimkan ke e-mail redaksi Radar.

“Acara apaan? Mau dijodohin, lo?” kekeh Lily berniat meledek. Keduanya memang tidak pernah segan untuk melempar kalimat sarkas, dan saling ejek satu sama lain.

“Ihh, ogah! Amit-amit deh! hari gini masih dijodohin,” jawab Gemi sembari bergidik geli. Sebulan yang lalu, usia Gemi memang sudah memasuki kepala tiga. Namun sampai sekarang, Gemi tidak pernah tampak menggandeng siapapun ketika menghadiri sebuah acara, baik itu formal maupun non formal.

“Nggak papa kali Gem, dijodohin, kalau orangnya ganteng, tajir, seti—”

“Mbak Gem, dipanggil Pak Rudi, di ruangannya.” Seorang office boy bernama Joko menyela pembicaraan dengan terburu, hanya menyembulkan kepalanya sebentar di pintu kemudian pergi lagi secepat kilat.

Gemi langsung menutup laptop, dan memakai tas ranselnya. Menenteng benda persegi tersebut di tangan kanan dan berpamitan kepada Lily karena sang pemimpin redaksi -pemred- telah memanggilnya.

Belum sempat Gemi mengetuk pintu kaca ruang pemimpin redaksi yang tebuka lebar, Rudi sudah menyuruhnya untuk masuk dengan gestur tangannya.

“Gem, saya sudah buat janji sama Aries Gautama, dan kamu yang akan wawancara dengan beliau.”

Senyum yang sedari tadi disematkan oleh Gemi, mendadak hilang. Jika ada satu orang yang tidak ingin ditemui dan diwawancarai olehnya, orang itu adalah Aries Gautama. Pria yang sudah membuat dirinya patah dan membuat hatinya pecah berserakan.

Gemi masih berdiri statis, diam tidak berbicara.

“Aries akan mengisi halaman sosok kita bulan depan, jadi, kamu sudah tahu, harus wawancara seperti apa dengan beliau, kan?” tanya Rudi menambahkan.

“Ya, Pak.”

“Oh, ya, dan saya juga mau tulisan feature tentang Aries, untuk halaman depan,” lanjut Rudi lagi.

Tidak ada kata bantahan sama sekali yang keluar dari mulut Gemi, karena setiap tugas yang diembankan kepadanya pasti terselesaikan dengan baik.

---

“Selamat siang, Pak Aries.” Gemi berdiri dengan gestur formal, ketika melihat Aries memasuki ruang VIP yang memang sudah disiapkan khusus untuk wawancara kali ini.  

Aries tampak datang seorang diri. Tidak terlihat orang lain yang menyusulnya dari belakang, hingga pria itu berhenti tepat di depan Gemi. Menyambut jabat tangan, dan juga bersikap formal. Meskipun Gemi dapat melihat sebuah seringai kecil, yang terbit di wajah mantan kekasihnya tersebut.

“Gemini Kamaniya.”

“Aries Gautama,” balas Gemi lalu menarik tangannya yang masih berada di genggaman Aries. “Bisa kita langsung saja, Pak Aries. Saya tidak suka membuang-buang waktu.”

Gemi pun menggunakan bahasa yang sangat formal untuk benar-benar menjaga jaraknya dari pria itu. Ia tidak berniat ataupun berminat untuk mengakrabkan diri, meskipun Aries merupakan salah satu nara sumber penting di ibukota.

“Nggak perlu formal, Gem,” ujar Aries. “Kita sudah saling kenal, bahkan sampai ke dalam-dalam.”

Gemi berdehem tidak suka, karena Aries telah menyinggung masa lalu diantara mereka, sungguh bukan hal yang perlu untuk diingat. Satu kebodohan dan penyesalan terbesar Gemi, karena telah menyerahkan segalanya untuk seorang pria ambisius seperti Aries.

Karena tidak perlu bersikap formal, maka Gemi dengan santai, duduk terlebih dahulu. Membuang jauh rasa sopan dan tidak mempersilakan Aries untuk duduk setelahnya.

“Sebuah kesalahan yang nggak pantas untuk diingat, apalagi dibanggakan.” Gemi mengeluarkan ponselnya dan membuka aplikasi untuk merekam. Meletakkannya di atas meja. “Ayo kita mulai.”

Aries mengambil ponsel yang berada di atas meja dan mematikan aplikasi perekamnya, kemudian duduk di kursi yang bersebrangan dengan Gemi. “Masih betah kerja di Radar? Apa statusmu sekarang Gem?”

“Seperti yang Bapak lihat, saya masih memakai seragam Radar Post,” jawab Gemi datar, lalu mengambil ponselnya yang baru saja di letakkan Aries di atas meja. “Doakan saja, sebentar lagi saya mau ikut UKW*, kalau berhasil, yaa saya naik jadi redaktur utama.”

“Aku yakin kamu lolos.”

“Terima kasih.” Gemi kembali membuka aplikasi perekamnya dan ingin segera menyelesaikan sesi wawancara yang ada. “Baik Pak Aries, bisa ceritakan kesan Bapak selama menjabat sebagai staff ahli kepresidenan.”

“Jangan terburu-buru, kita masih punya banyak waktu.” Aries mencoba mengulur waktu, karena terus terang, Gemi terlihat semakin cantik. Terlebih, wanita itu juga semakin seksi, dengan semua pembawaannya yang semakin dewasa. “Apa kabarmu, Gem?”

“Buruk, karena saya ditugaskan untuk mewawancarai, Bapak.” Gemi tidak ingin berbasa basi dengan pria seperti Aries. Bagaimanapun juga, sakit hati itu masih ia bawa sampai sekarang.

“Kamu masih seperti dulu, nggak suka basa-basi.”

“Ya! apalagi dengan Bapak!”

Aries meluncurkan satu tawa geli dari bibirnya. Menunduk sebentar sembari menggeleng dua kali. “Come on, Gem. Apa kamu masih sakit hati? Jangan kekanakan.”

“Kekanakan?” Gemi menyematkan senyum tipisnya. “Bapak perlu kaca? saya punya di tas, kalau mau minjam.”

Aries kembali menggeleng, ternyata Gemi masih menyimpan rasa sakit di hatinya sampai saat ini. Lalu, tatapan Aries jatuh pada jemari Gemi yang saling tertaut di atas meja. Tidak ada cincin yang tersemat sama sekali di sana.

“Sudah hampir delapan tahun kita putus, tapi, kamu masih single, sampai sekarang?” Aries tersenyum miring, terkesan meledek dan meremehkan. “Belum bisa bisa move on?”

Gemi mendesah panjang, kemudian membalas Aries dengan senyum yang sama. “Sudah hampir delapan tahun kamu nikah, belum juga punya anak, kamu mandul?”

---

* Feature : Salah satu jenis tulisan jurnalistik, berisi perpaduan berita dan opini yang bersifat subjective. Serta mengandung human interest dan bergaya penulisan sastra.

* Straight news : Berita langsung yang memuat informasi terkini tentang peristiwa yang sedang hangat, aktual, dan penting

* EDP (Entry Data Processing) : Staff atau karyawan yang bertugas menginput data pada sebuah program.

* UKW : Uji Kompetensi Wartawan

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Cilon Kecil
Aries baru bab 1 aja udah ngeselin banget ya
goodnovel comment avatar
Ivan Haws
saya coba menulis....tapi belum bisa konstan dalam mengucurkan ide ide...yng masuk dalam aplikasi ini orang orang yng dengan gamblang dalam menuangkan cairan ide dalam otaknya....salut...
goodnovel comment avatar
Ar_ga
......... Gemi
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status