Shadow Rebellion

Shadow Rebellion

last updateLast Updated : 2025-01-17
By:  BarokHart Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
22Chapters
383views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Di balik bayang-bayang dunia yang terlihat damai, ada jaringan gelap yang mengendalikan nasib umat manusia: 'The Council', sekumpulan elit dunia yang menguasai politik, ekonomi, dan teknologi dengan tujuan menciptakan tatanan global baru. Namun, seorang pria bernama Alan, mantan agen dengan masa lalu kelam, muncul sebagai ancaman terbesar mereka. Dengan keahlian yang tak tertandingi dan tekad yang tak tergoyahkan, Alan memimpin tim yang terdiri dari individu-individu dengan kemampuan luar biasa namun penuh luka batin: Dewi Ambarwati, petarung yang tangguh namun rapuh di dalam, dan Thomas Silverlake, seorang sniper jenius yang menguasai medan dari jauh. Bersama-sama, mereka merancang misi-misi berbahaya untuk melumpuhkan jaringan The Council, mencuri sumber daya mereka, dan menghancurkan sistem dari dalam. Namun perjuangan mereka tidak mudah. Pengkhianatan, dilema moral, dan pengorbanan terus menghantui langkah mereka. Ketika rahasia mengejutkan tentang masa lalu Alan dan The Council terungkap, mereka dihadapkan pada pertarungan terakhir yang akan menentukan masa depan dunia. Apakah mereka mampu menghentikan The Council, atau malah menjadi bidak dalam permainan yang lebih besar? "Shadow Rebellion" adalah kisah penuh aksi, intrik, dan pengorbanan yang akan membawa pembaca menyusuri sisi gelap kekuasaan dan perjuangan untuk kebebasan.

View More

Chapter 1

Bab 1: Ketegangan yang Tumbuh

Malam itu, Neon City tampak seperti kota yang melupakan napasnya sendiri. Langit penuh kabut neon, namun keheningan yang menggelayut terasa tidak wajar. Di salah satu gedung pencakar langit, sebuah pertemuan rahasia berlangsung, jauh dari jangkauan dunia. Tapi di balik bayangan gelap gedung itu, tiga sosok bersiap mengubah takdir kota.

Alan berdiri di depan jendela besar, matanya tajam seperti elang yang mengawasi mangsanya. Dia tidak pernah memalingkan pandangan meski malam di luar begitu gelap. Detik-detik terakhir sebelum mereka bergerak terasa seperti bom waktu. Namun wajahnya tetap tak terganggu. Baginya, malam ini bukan sekadar misi—ini adalah awal dari revolusi.

"Dewi, semuanya sudah siap?" tanya Alan, suaranya rendah tapi penuh kendali.

Dewi memutar-mutar pisau kecil di tangannya, kebiasaan yang hanya muncul saat kecemasannya tak bisa disembunyikan. Tapi dia, seperti biasa, tetap memberi kesan tak kenal takut. "Siap. Pintu belakang sudah bersih. Jalur masuk juga sudah aku pastikan aman. Mereka bahkan nggak akan sadar kita di sini sampai semuanya selesai."

Alan mengangguk, tapi tak memberi pujian. "Bagus. Tapi jangan terlalu percaya diri. Satu kesalahan saja bisa membuat kita semua berakhir di tangan mereka."

Thomas duduk di sudut ruangan, jari-jarinya sibuk menari di atas layar ponselnya yang dimodifikasi khusus. "Aku sudah memotong semua komunikasi di gedung ini. Mereka akan buta dan tuli selama kita ada di sini. Tapi kita hanya punya lima menit sebelum sistem cadangan mereka aktif lagi."

"Kalau begitu, kita buat setiap detik berarti," Alan menjawab, nadanya tajam seperti pedang. "Ingat, ini langkah pertama. Kalau kita gagal, mereka akan tahu kita ada, dan itu akan mempersulit segalanya."

Dewi tersenyum tipis, matanya menyala penuh antusiasme. "Kalau gagal, setidaknya kita bikin ledakan besar untuk dikenang."

Thomas melirik Dewi dengan ekspresi setengah khawatir, setengah kesal. "Ledakan besar hanya bagus kalau itu direncanakan, Dewi. Jangan bikin kita jadi legenda karena mati bodoh."

Mereka bergerak dengan keheningan yang mencekam, menyelinap masuk melalui pintu belakang gedung. Setiap langkah terasa seperti pertaruhan, tapi Dewi memimpin jalan dengan keyakinan seorang pemburu yang tahu pasti jalurnya. Di belakang, Alan dan Thomas memastikan tidak ada yang tertinggal—tidak ada jejak, tidak ada kesalahan.

Saat mereka mencapai ruang server, ketegangan semakin terasa. Alan memberi isyarat dengan tangannya, dan Dewi menoleh untuk memeriksa pintu yang dijaga oleh dua pria bersenjata.

"Dua penjaga," bisik Dewi. "Cepat atau lambat, mereka akan tahu kita di sini."

"Kita buat cepat," Alan memutuskan. "Thomas, awasi sekitar. Jangan biarkan ada alarm berbunyi."

Thomas mengangguk, jari-jarinya sudah sibuk di perangkatnya. Sementara itu, Alan dan Dewi bergerak. Dewi menyelinap seperti bayangan, menghampiri penjaga pertama. Dengan gerakan cekatan, dia mengalungkan tali plastik di leher pria itu, membungkam jeritannya dalam sekejap. Alan bergerak di waktu yang sama, menghantam penjaga kedua dengan presisi mematikan.

Mereka masuk ke ruang server tanpa suara, dan Alan langsung bekerja pada terminal utama. Kode demi kode dimasukkan dengan kecepatan mengagumkan. Namun, hanya beberapa detik setelah dia memulai, layar monitor menyala dengan peringatan merah menyala.

"Sial!" desis Dewi, matanya waspada. "Mereka tahu kita di sini."

Alan tidak menjawab, fokusnya tertuju pada layar. Tangan-tangannya bergerak cepat, mencoba menonaktifkan alarm. "Thomas, butuh gangguan di sistem utama mereka. Cepat!"

Thomas mengetuk layar dengan intensitas yang jarang terlihat. "Sedang aku coba. Tapi mereka punya pengaman yang lebih ketat dari dugaanku."

Pintu besi di belakang mereka tiba-tiba terbuka dengan keras, diikuti derap langkah cepat. Penjaga bersenjata menyerbu masuk, dan dalam sekejap, ruang server berubah menjadi medan pertempuran.

Dewi bergerak cepat, menghunus Crimson Scythe-nya dan menyerang tanpa ragu. Senjata itu berkilau di bawah cahaya monitor, menciptakan bayangan yang mengerikan. Alan, dengan senjata tersembunyi yang selalu siap, menembak dengan ketenangan seorang pembunuh terlatih.

Thomas tetap di belakang, tapi tangannya sibuk memastikan data yang telah diunduh tetap aman. "Lima puluh persen lagi! Tahan mereka!" teriaknya.

Dewi tertawa di tengah serangan, seperti menikmati adrenalin pertempuran. "Mereka harus bawa pasukan lebih besar kalau mau menghentikanku!"

Alan mengarahkan tembakannya ke salah satu penjaga yang hampir menyerang Thomas. "Fokus, Dewi! Kita belum selesai."

Setelah apa yang terasa seperti selamanya, data akhirnya selesai diunduh. Alan meraih perangkat keras dari terminal, lalu memberi isyarat pada timnya. "Kita keluar. Sekarang."

Meski dikepung, mereka berhasil meloloskan diri melalui jalur darurat yang telah direncanakan sebelumnya. Namun, saat mereka tiba di mobil, napas mereka masih berat, dan ketegangan masih menggantung.

Dewi menyeka darah dari pipinya, senyum puas menghiasi wajahnya. "Aku bilang juga, ini baru permulaan."

Alan menatapnya, lalu Thomas. Di balik matanya yang tajam, ada api tekad yang tak pernah padam. "Dan kita harus memastikan langkah selanjutnya lebih sempurna. Karena mereka tidak akan membiarkan ini berlalu begitu saja."

Tanpa menunggu jawaban, Alan menyalakan mesin dan melaju ke dalam gelap, meninggalkan Neon City di belakang. Tapi jauh di dalam kegelapan, The Council sedang mempersiapkan balasan.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
22 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status