Share

Chapter 5

Dia datang ke rumah dengan penampilan super rapi. Dia benar-benar mendorongku ke ujung jurang. Aku menatapnya dengan penuh praduga dan menerka alasan atas setiap dugaan yang muncul di kepalaku. Apa untungnya membuatku berada di sisinya? Jika aku menguntungkan, tidak perlu sampai membuat kontrak nikah. Kenapa dia begitu keras kepala? Apa yang ia dapatkan dari menjeratku dengan pernikahan dan menyelamatkanku? Aku perlu diselamatkan? Ya. Namun itu hanya sebatas membersihkan namaku dari tuduhan palsu.

Aku menatapnya terheran-heran meliriknya dari atas ke bawah. Ia masih membawa kertas terkutuk itu di tangan kirinya. Hal inilah yang menyebabkan aku terpaksa menerimanya untuk menjajakan kaki ke rumah teramanku sekarang. “Ayo masuk dulu,” ucapku sembari berdiri di samping pintu agar dia segera masuk ke dalam kontrakan ini.

Namun entah setan apa yang merasuk Tante Meidong, mulutnya yang lemas itu gampangnya berkata, “Wah, sudah aku bilang kan, anak muda cantik sepertinya tinggal di rumahmu selama ini dengan membayar uang sewa tepat waktu, pasti dia punya backing-an. Itu suaminya siapa?” Nyaring sekali suara itu.

Semenjak kebakaran yang terjadi kemarin, ada  banyak warga sekitar yang berkeliling di area perumahan di pinggiran Kota B ini di pagi yang sangat cerah. Wajah-wajah mereka terlihat seperti bisa tidur nyenyak walaupun ada musibah sebelumnya. Sedangkan aku tidak tidur sama sekali dan terlalu asik membaca buku. Yah, musibah telah terjadi. Hidup tetap berlanjut. Walaupun berbagai pikiran menghantui kepala, kita tak boleh terjebak di dalam satu tempat karena itu, bukan?

Aku menatap rumah Ibu Yanyan yang berada tepat di seberang rumahku. Beliau tengah menjemur pakaiannya dengan ekspresi bingung menatap mobil hitam bersih nan berkilap cerah. Ibu Yanyan menyadari tatapanku padanya yang tersenyum ramah.

“Hei, Yanyan. Kau menyewakan rumahmu pada anak perempuan yang memalukan!” ucap Tante Meidong lagi.

“Memangnya kau tahu pria itu sudah menikah darimana Meidong? Jangan asal berbicara ya,” Tegas Ibu Kos itu pada lawan bicaranya yang mengenakan pakaian dengan atasan dan bawahan berwarna mencolok. Aku bernafas lega, Ibu Yanyan memihakku. Aku benar-benar tak ingin ada rumor tak berakal muncul gara-gara Tante Meidong.

“Hei, anakku yang sering bercerita seperti itu. Gadis pinggiran kota tak mungkin bertemu dengan tokoh besar bila tak menjilat ya. Kau kan tak punya anak, Yanyan, jadi tidak ada yang memberitahumu informasi sepenting ini,” sindir Meidong dengan kasar.

Aku yang mendengar dari kejauhan saja dibuat geram dengan pernyataan itu. Aku yang awalnya berniat menjamu tak diundang ini. Mau tidak mau harus maju membantu Bu Yanyan tercintaku.

“Ya!” Teriakku pada Tante Meidong dengan kasar. Beberapa tetangga yang menonton dari kejauhan terkejut dengan suara lantangku. Bagaimanapun aku cukup terkenal dengan sebutan gadis penyewa baik nan sopan. Tak terbayang dibenak mereka aku akan mengamuk bak orang gila.

Aku mendorong ringan tubuh pria di hadapanku ini untuk memberiku jalan, lalu melangkah dengan begitu cepat ke arah seorang wanita paruh baya yang mengenakan kaos polos berwarna merah muda, dan dilapisi jaket jersey berwarna hijau terang dengan motif nama merek terkenal yang terbalik. Sudah pasti itu tiruan. 

Namun ia masih saja bangga sekali mengenakan jaket tersebut karena itu pemberian dari anak perempuannya tersayang. Itu semua ia padukan dengan celana training warna merah terang yang juga membuat mata sakit. “A-apa! Kau marah karena aku menebak benar bahwa kau simpanan pria itu kan?” Tanyanya dengan ketakutan namun masih sok berani. Ia juga kaget melihatku mendadak bersikap begitu berani dan membangkang. Tanpa pikir panjang aku menamparnya dengan sangat keras.

Semenjak kedatangan tamu tak diundang tadi, aku sudah menyadari nasibku yang tidak akan bisa meninggali tempat ini dengan tenang lagi. Jadi, mari lampiaskan kesabaran yang aku timbun selama belasan tahun tinggal di permukiman pinggiran kota ini. 

Tarikan nafas dari para penonton di sekitar terdengar jelas di telingaku. Mereka masih tidak menyangka aku benar-benar menampar Tante Meidong. “Jaga ucapan Anda. Ibu Yanyan setidaknya pernah memiliki seorang anak yang tak pernah tersentuh pria sedikitpun. Tidak seperti anak Anda yang seperti jalang dan berganti-ganti pria!” Kesalku.

“Wah! Gila kamu ya! Jangan tuduh anakku macam-macam!” Bentak Tante Meidong. Ia berniat menamparku balik. Aku membiarkannya sebab hati nurani ini juga merasa bersalah menampar seseorang yang lebih tua dariku. Aku pikir setidaknya rasa sakit atas tamparannya menjadi seimbang. 

Namun siapa sangka pria tak diundang ini menahan tangan Tante Meidong. Wajahnya geram menatap tetanggaku yang bermulut besar itu. “Jangan macam-macam dengan calon istriku kalau kau tak bisa menerima konsekuensi setelahnya,” tegasnya dengan suara bass yang dalam itu.

Omo, omo,” lirih Ibu Sewa Kontrakan sembari melirik ke arahku dengan penuh pertanyaan. Sedangkan aku sudah terbatuk-batuk mendengar kalimat pria itu. Apalagi kalau bukan kerena tersedak salivaku sendiri. 

“Sudah, sudah. Kalian bertengkar karena membahas anakku yang sudah tiada. Shushu, kau pasti ingin membicarakan banyak hal dengan calon suamimu, bukan? Silahkan, silahkan, Meidong hanya basa-basi saja. Silahkan,” ungkap Ibu Yanyan dengan nyaring sekali. 

Para penonton pun mendengarkan informasi yang berbeda dan lebih mempercayai hal ini dibandingkan dugaan Meidong yang diawal sebelumnya. Mereka mulai mendekat untuk cari muka ke arah tamuku ini. Namun aku masih sibuk mengurus nafasku yang tak beraturan karena tersedak dahak.

“Sayangku, pelan-pelan bernafasnya,” ungkap pria ini yang tak kusadari telah menepuk-tepuk punggungku untuk meredakan batukku.

“Oh, ya ampun, calon suamimu sangat perhatian sekali ya. Silahkan Tuan Tampan, di sini rumah Shushu, silahkan kalian berbicara dengan tenang,” kata Ibu Yanyan sembari mengarahkan aku dan tamuku ke pintu yang terbuka sedari tadi. Setelah ia memastikan aku masuk dengan pria ini, ia langsung keluar dari rumahnya sendiri yang ia sewakan padaku. Tidak lupa dengan menutup pintunya. 

“Wah, Shushu memang pandai mencari pasangan!” Ungkap Bu Yanyan lagi agar terdengar semua tetangga yang menonton. Aku tidak memperhatikan bagaimana wajah Tante Meidong setelah tamuku ikut campur tangan. Pasalnya aku sibuk menyelamatkan nyawaku dari dahak yang menyangkut di kerongkongan ini.

Aku masih terbatuk tak henti-hentinya. Kau tahu, batuk yang tak akan berhenti tanpa meminum air, dan semakin kau mencoba menahannya, maka suara batuknya akan semakin keras dan menyakitkan dadamu. Itu menyesakan sekali. 

Aku yang masih memakai sandal tidur, baru menyadari bulu-bulu halus itu sudah bercampur lumpur di jalanan depan rumah. Padahal itu sendal kesayanganku. Namun aku tidak bisa memikirkan hal ini lebih dalam. Aku perlu minum. Aku melepaskan sandal tidur ini dan bertelanjang kaki masuk ke dalam rumah.

Anehnya tamuku ini sudah masuk lebih dahulu ke dalam rumah dengan cepat melepaskan sepatu kulitnya yang mahal, dan berjalan seakan-akan dialah pemiliknya. Aku membuntutinya dari belakang. Ia berjalan mengarah ke dapur tanpa ragu, dan mengambil gelas dari rak yang tersembunyi di dalam lemari. 

Aku mengernyitkan keningku melihat gerak-geriknya yang begitu familiar itu. Kemudian ia berjalan mendekati dispenser dan menuangkan air ke dalam wadah tersebut. Ketika ia rasa takaran airnya cukup, ia langsung mendekatiku. Aku tak sempat berterima kasih dan menerima gelas itu, lalu menegak airnya perlahan. Tak lupa juga mengatur pernapasanku.

“Sudah tenang?” Tanyanya dengan lembut tepat di telinga kananku. Itu menggelikan, aku menghindarinya, dan baru menyadari bahwa ia mendekat tubuhku dari samping.Tangannya yang besar juga menepuk punggungku perlahan. Wajahku langsung memerah. “Kalau kau berniat kemari, jangan berpakaian mencolok seperti itu,” ungkapku.

Senyuman merekah besar di wajahnya, “Kau menerima tawaranku?” 

Apa orang ini bodoh? Aku bisa menebak isi kepalanya yang salah pemahaman dengan ucapanku.

“Tidak. Ingat ya, malam itu tidak terjadi apa-apa! Pakaianku masih tertutup rapi. Jangan bodoh-bodohi aku ya!” Tegasku dengan formal sembari menepis tubuhnya untuk mejauh. Kenapa dia masih kukuh pada tawaran aneh itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status