Share

Chapter 5

Penulis: Yui246
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-27 21:51:07

Dia datang ke rumah dengan penampilan super rapi. Dia benar-benar mendorongku ke ujung jurang. Aku menatapnya dengan penuh praduga dan menerka alasan atas setiap dugaan yang muncul di kepalaku. Apa untungnya membuatku berada di sisinya? Jika aku menguntungkan, tidak perlu sampai membuat kontrak nikah. Kenapa dia begitu keras kepala? Apa yang ia dapatkan dari menjeratku dengan pernikahan dan menyelamatkanku? Aku perlu diselamatkan? Ya. Namun itu hanya sebatas membersihkan namaku dari tuduhan palsu.

Aku menatapnya terheran-heran meliriknya dari atas ke bawah. Ia masih membawa kertas terkutuk itu di tangan kirinya. Hal inilah yang menyebabkan aku terpaksa menerimanya untuk menjajakan kaki ke rumah teramanku sekarang. “Ayo masuk dulu,” ucapku sembari berdiri di samping pintu agar dia segera masuk ke dalam kontrakan ini.

Namun entah setan apa yang merasuk Tante Meidong, mulutnya yang lemas itu gampangnya berkata, “Wah, sudah aku bilang kan, anak muda cantik sepertinya tinggal di rumahmu selama ini dengan membayar uang sewa tepat waktu, pasti dia punya backing-an. Itu suaminya siapa?” Nyaring sekali suara itu.

Semenjak kebakaran yang terjadi kemarin, ada  banyak warga sekitar yang berkeliling di area perumahan di pinggiran Kota B ini di pagi yang sangat cerah. Wajah-wajah mereka terlihat seperti bisa tidur nyenyak walaupun ada musibah sebelumnya. Sedangkan aku tidak tidur sama sekali dan terlalu asik membaca buku. Yah, musibah telah terjadi. Hidup tetap berlanjut. Walaupun berbagai pikiran menghantui kepala, kita tak boleh terjebak di dalam satu tempat karena itu, bukan?

Aku menatap rumah Ibu Yanyan yang berada tepat di seberang rumahku. Beliau tengah menjemur pakaiannya dengan ekspresi bingung menatap mobil hitam bersih nan berkilap cerah. Ibu Yanyan menyadari tatapanku padanya yang tersenyum ramah.

“Hei, Yanyan. Kau menyewakan rumahmu pada anak perempuan yang memalukan!” ucap Tante Meidong lagi.

“Memangnya kau tahu pria itu sudah menikah darimana Meidong? Jangan asal berbicara ya,” Tegas Ibu Kos itu pada lawan bicaranya yang mengenakan pakaian dengan atasan dan bawahan berwarna mencolok. Aku bernafas lega, Ibu Yanyan memihakku. Aku benar-benar tak ingin ada rumor tak berakal muncul gara-gara Tante Meidong.

“Hei, anakku yang sering bercerita seperti itu. Gadis pinggiran kota tak mungkin bertemu dengan tokoh besar bila tak menjilat ya. Kau kan tak punya anak, Yanyan, jadi tidak ada yang memberitahumu informasi sepenting ini,” sindir Meidong dengan kasar.

Aku yang mendengar dari kejauhan saja dibuat geram dengan pernyataan itu. Aku yang awalnya berniat menjamu tak diundang ini. Mau tidak mau harus maju membantu Bu Yanyan tercintaku.

“Ya!” Teriakku pada Tante Meidong dengan kasar. Beberapa tetangga yang menonton dari kejauhan terkejut dengan suara lantangku. Bagaimanapun aku cukup terkenal dengan sebutan gadis penyewa baik nan sopan. Tak terbayang dibenak mereka aku akan mengamuk bak orang gila.

Aku mendorong ringan tubuh pria di hadapanku ini untuk memberiku jalan, lalu melangkah dengan begitu cepat ke arah seorang wanita paruh baya yang mengenakan kaos polos berwarna merah muda, dan dilapisi jaket jersey berwarna hijau terang dengan motif nama merek terkenal yang terbalik. Sudah pasti itu tiruan. 

Namun ia masih saja bangga sekali mengenakan jaket tersebut karena itu pemberian dari anak perempuannya tersayang. Itu semua ia padukan dengan celana training warna merah terang yang juga membuat mata sakit. “A-apa! Kau marah karena aku menebak benar bahwa kau simpanan pria itu kan?” Tanyanya dengan ketakutan namun masih sok berani. Ia juga kaget melihatku mendadak bersikap begitu berani dan membangkang. Tanpa pikir panjang aku menamparnya dengan sangat keras.

Semenjak kedatangan tamu tak diundang tadi, aku sudah menyadari nasibku yang tidak akan bisa meninggali tempat ini dengan tenang lagi. Jadi, mari lampiaskan kesabaran yang aku timbun selama belasan tahun tinggal di permukiman pinggiran kota ini. 

Tarikan nafas dari para penonton di sekitar terdengar jelas di telingaku. Mereka masih tidak menyangka aku benar-benar menampar Tante Meidong. “Jaga ucapan Anda. Ibu Yanyan setidaknya pernah memiliki seorang anak yang tak pernah tersentuh pria sedikitpun. Tidak seperti anak Anda yang seperti jalang dan berganti-ganti pria!” Kesalku.

“Wah! Gila kamu ya! Jangan tuduh anakku macam-macam!” Bentak Tante Meidong. Ia berniat menamparku balik. Aku membiarkannya sebab hati nurani ini juga merasa bersalah menampar seseorang yang lebih tua dariku. Aku pikir setidaknya rasa sakit atas tamparannya menjadi seimbang. 

Namun siapa sangka pria tak diundang ini menahan tangan Tante Meidong. Wajahnya geram menatap tetanggaku yang bermulut besar itu. “Jangan macam-macam dengan calon istriku kalau kau tak bisa menerima konsekuensi setelahnya,” tegasnya dengan suara bass yang dalam itu.

Omo, omo,” lirih Ibu Sewa Kontrakan sembari melirik ke arahku dengan penuh pertanyaan. Sedangkan aku sudah terbatuk-batuk mendengar kalimat pria itu. Apalagi kalau bukan kerena tersedak salivaku sendiri. 

“Sudah, sudah. Kalian bertengkar karena membahas anakku yang sudah tiada. Shushu, kau pasti ingin membicarakan banyak hal dengan calon suamimu, bukan? Silahkan, silahkan, Meidong hanya basa-basi saja. Silahkan,” ungkap Ibu Yanyan dengan nyaring sekali. 

Para penonton pun mendengarkan informasi yang berbeda dan lebih mempercayai hal ini dibandingkan dugaan Meidong yang diawal sebelumnya. Mereka mulai mendekat untuk cari muka ke arah tamuku ini. Namun aku masih sibuk mengurus nafasku yang tak beraturan karena tersedak dahak.

“Sayangku, pelan-pelan bernafasnya,” ungkap pria ini yang tak kusadari telah menepuk-tepuk punggungku untuk meredakan batukku.

“Oh, ya ampun, calon suamimu sangat perhatian sekali ya. Silahkan Tuan Tampan, di sini rumah Shushu, silahkan kalian berbicara dengan tenang,” kata Ibu Yanyan sembari mengarahkan aku dan tamuku ke pintu yang terbuka sedari tadi. Setelah ia memastikan aku masuk dengan pria ini, ia langsung keluar dari rumahnya sendiri yang ia sewakan padaku. Tidak lupa dengan menutup pintunya. 

“Wah, Shushu memang pandai mencari pasangan!” Ungkap Bu Yanyan lagi agar terdengar semua tetangga yang menonton. Aku tidak memperhatikan bagaimana wajah Tante Meidong setelah tamuku ikut campur tangan. Pasalnya aku sibuk menyelamatkan nyawaku dari dahak yang menyangkut di kerongkongan ini.

Aku masih terbatuk tak henti-hentinya. Kau tahu, batuk yang tak akan berhenti tanpa meminum air, dan semakin kau mencoba menahannya, maka suara batuknya akan semakin keras dan menyakitkan dadamu. Itu menyesakan sekali. 

Aku yang masih memakai sandal tidur, baru menyadari bulu-bulu halus itu sudah bercampur lumpur di jalanan depan rumah. Padahal itu sendal kesayanganku. Namun aku tidak bisa memikirkan hal ini lebih dalam. Aku perlu minum. Aku melepaskan sandal tidur ini dan bertelanjang kaki masuk ke dalam rumah.

Anehnya tamuku ini sudah masuk lebih dahulu ke dalam rumah dengan cepat melepaskan sepatu kulitnya yang mahal, dan berjalan seakan-akan dialah pemiliknya. Aku membuntutinya dari belakang. Ia berjalan mengarah ke dapur tanpa ragu, dan mengambil gelas dari rak yang tersembunyi di dalam lemari. 

Aku mengernyitkan keningku melihat gerak-geriknya yang begitu familiar itu. Kemudian ia berjalan mendekati dispenser dan menuangkan air ke dalam wadah tersebut. Ketika ia rasa takaran airnya cukup, ia langsung mendekatiku. Aku tak sempat berterima kasih dan menerima gelas itu, lalu menegak airnya perlahan. Tak lupa juga mengatur pernapasanku.

“Sudah tenang?” Tanyanya dengan lembut tepat di telinga kananku. Itu menggelikan, aku menghindarinya, dan baru menyadari bahwa ia mendekat tubuhku dari samping.Tangannya yang besar juga menepuk punggungku perlahan. Wajahku langsung memerah. “Kalau kau berniat kemari, jangan berpakaian mencolok seperti itu,” ungkapku.

Senyuman merekah besar di wajahnya, “Kau menerima tawaranku?” 

Apa orang ini bodoh? Aku bisa menebak isi kepalanya yang salah pemahaman dengan ucapanku.

“Tidak. Ingat ya, malam itu tidak terjadi apa-apa! Pakaianku masih tertutup rapi. Jangan bodoh-bodohi aku ya!” Tegasku dengan formal sembari menepis tubuhnya untuk mejauh. Kenapa dia masih kukuh pada tawaran aneh itu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Shushu Dikejar Deadline   Chapter 83

    Setelah pemeriksaan singkat, Shushu menyadarinya dirinya mengalami gejala anemia dan tekanan darah rendah. Dokter meminta ners yang mendampinginya untuk memasukan Shushu sebagai daftar pasien agar bisa diberi beberapa obat untuk dikonsumsi.Pada akhirnya, ada dua pasien di dalam satu bangsal ini. Satu yang terlihat seperti akan mati kapan saja. Satu lagi yang berusaha meyakinkan semua orang dirinya tak sakit.Sebenarnya Shushu melakukan itu sebab dirinya takut disuntik dan diinfus. Dia terlihat ingin pergi dari tempat itu kapan saja. Namun Juanxi mengenggam erat pergelangan tangannya.Para perawat telah memasukan satu ranjang lagi ke ruangan rawat inap itu. Posisinya bersampingan dengan ranjang milik Juanxi.“Tidurlah dengan benar,” tegas Juanxi yang sudah mulai berbicara lancar.“Sa-sa-saya tak sakit kok,” jawab Shushu dengan formal dan tergagap. Dia terl

  • Shushu Dikejar Deadline   Chapter 82

    Tempat yang paling tak disukai Shushu terpaksa harus ia tempati selama empat hari lamanya. Sebab, kondisi suaminya yang baru ia nikahi belum seminggu itu terlihat sangat mengkhawatirkan. Suhu demamnya mencapai 40 derajat celcius.Selama dirinya di rumah sakit, bohong, jika Shushu juga tidak merasa sakit. Wajahnya pucat, makannya pun tidak karuan.Siapapun yang mengunjungi mengira Shushu sangat khawatir dengan suaminya yang terbaring tak sadarkan diri. Bahkan makan pun harus dipenuhi dengan cairan nutrisi melalui selang infus.Ada kalanya setiap Juanxi sadarkan diri untuk beberapa menit, Shushu akan membantu menyuapi air hangat atau sup hangat perlahan dengan sendok kecil. Sebab pria itu sendiri tak memiliki tenaga untuk mengangkat kepalanya.“Nak, kamu pulang saja dulu, tidak apa-apa,” tutur Sun Lili yang datang pagi sekali untuk membantu Shushu. Juanxi masih tak sadarkan diri. Namun suhu

  • Shushu Dikejar Deadline   Chapter 81

    “Kenapa kau tak cerita soal kebakaran itu padaku? Bukankah kita teman?” tanya Quo Xin. Dia benar-benar tidak tahu soal itu.Sejujurnya Quo Xin bisa menyelesaikan permasalahan dokumen yang rusak itu secepat mungkin. Hanya saja keadaannya dengan mantan mertua serta putrinya kala itu cukup rumit. Dia jarang punya waktu leluasa membuka laptopnya.Semua menjadi mudah ketika ia sudah memindahkan data putrinya di Kota B ini. Namun ini semua hanya alasan. Quo Xin merasa bersalah atas waktu yang terbuang secara cuma-cuma. Dia tak mengira masalah keterlibatan Shushu dengan situs judi online ini begitu berat. Bahkan pihak di sana berani mengancam dengan cara murahan seperti itu.“Walaupun begitu kau setuju begitu cepat untuk menikah,” ungkap Quo Xin. Kemudian ia meraih tangan Shushu dan menggenggamnya erat. “Batalkan saja kontraknya!”“Tidak bisa, kita sudah menikah. Lagipula keadaanya tidak sesimpel ini, Zhou.co itu mungkin saja tidak terlibat dengan judi online saja,” ucap Shushu. Dia menginga

  • Shushu Dikejar Deadline   Chapter 80

    Pukul enam pagi, seorang wanita paruh baya berjalan cepat menelusuri lorong rumah sakit yang panjang. Dia hanya menggunakan sandal, dan jaket untuk menutupi pakaian tidurnya. Bahkan helm pun masih bertengger setia di kepalanya.Ruang 278, tanpa ragu-ragu, dia langsung membukanya. Di dalam sana ada seorang wanita muda berdiri menganggukan kepala berulang kali atas penjelasan dokter yang bertugas.“Bagaimana?” tanya Quo Xin.“Baru saja dipindahkan dari UGD, dia demam sushu 40 derajat, sepertinya kelelahan bekerja,” tutur Shushu dengan wajah yang lelah.“Ibu juga harus istirahat yang baik untuk menjaga suami Anda. Wajah Ibu kurang baik,” ucap dokter pria itu lagi. Shushu hanya menganggukan kepalanya berulang kaliFokus Quo Xin bukan lagi cerita dibalik kenapa ia membutuhkan ambulans di pagi buta lagi. Namun, bagaimana bisa ia mendapatkan suami dalam waktu yang begitu cepat setelah ia tinggal beberapa bulan di kota lain?Setelah kepergian dokter dan perawat tersebut. Quo Xin hanya diam sa

  • Shushu Dikejar Deadline   Chapter 79 - Kehidupan Kedua? (2)

    Juanxi terus mengalami mimpi yang panjang, dan semua kejadian itu membuatnya merasa tak nyaman. Kepalanya terasa berat dan panas menerima semua informasi itu. Fakta bahwa kematian Shushu itu begitu menyedihkan membuatnya sangat terpukul.Tidak seharusnya Shushu mengalami itu semua. Dia bukan seperti apa yang digambarkan semua artikel tersebut. Wanita nakal, pemakai narkoba, penipu, dan lainnya.Hal yang membuatnya lebih terpukul ialah adegan dimana Paman Zinbei dan Ibu Yanyan datang ke kantornya untuk meminta tolong mencari kebenaran kematian Shushu.Kini Juanxi paham kenapa Shushu tadi menangis begitu lelah ketika ia tahu bahwa namanya bisa dibersihkan tidak terlibat situs judi online itu. Semua usaha Shushu menyelidiki kasusnya sendiri selama ini, agar tidak membuat dua orang tua itu sedih dan terpukul.Dalam kehidupan pertama itu, ia melihat wajah Paman Zinbei, dan Ibu Yanyan, lima kali lipat terlihat lebih tua dibandingkan kehidupannya sekarang. Mereka telah mendatangi berbagai ka

  • Shushu Dikejar Deadline   Chapter 78 - Kehidupan Kedua?

    Juanxi menjadi kesal melihat ponsel milik Shushu yang terus berdering sedari tadi. Dia langsung mematikannya secara total. Lalu membawa tubuh Shushu yang tertidur karena lelah menangis ke kamarnya. Juanxi melihat keseluruhan interior ruangan yang sederhana, namun memiliki tiga pintu ruangan lainnya lagi. Dia penasaran untuk apa saja tiga ruangan di dalam kamarnya ini. Juanxi menerka salah satunya pasti toilet, dan ruang pakaian. Adapun sisanya ia tak begitu yakin. Juanxi menyadari beberapa hal dari mengenal Shushu dalam waktu yang sangat singkat ini. Dia terlalu mudah untuk percaya, namun tak ingin menaruh rasa percaya begitu dalam. Kontradiksi sekali bukan? Dua kata yang bisa dijelaskan ialah polos kebangetan. Kendati dikatakan polos, dia tahu dunia lebih baik. Apalagi soal pekerjaannya dan mengatur finansialnya. Hanya saja melihat ia menangis begitu lepas karena namanya bisa dibersihkan dari tuduhan sindikat judi online itu. Juanxi melihat sosok Shushu menjadi lebih kompleks lagi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status