Kelebihanku adalah aku pandai mencari uang. Dengan samaran bernama Samara Gwenn, sebuah nama pena yang aku gunakan untuk bekerja sebagai ilustrator terkenal. Aku memiliki analitik persentase pekerjaan selesai sebelum tenggat waktu mencapai 80 persen. Kurangnya itu disebabkan permintaan revisi klien yang banyak maunya. Dua kehidupan yang saling berbeda ini membawa masalah dalam kehidupanku yang tenang. Sehingga aku memerlukan bantuan dari Firma Hukum Dantons, yang dikatakan terbaik seantero Republik Cina ini. Tiba-tiba saja pemilik firma tersebut ingin mengambil alih kasusku dari bawahannya. Anehnya, kontrak kerja yang ia sodorkan padaku adalah perjanjian pranikah. Ia juga pantang menyerah agar aku menyetujuinya. Padahal kasus dugaan tindak pidana atas diriku belum tuntas. Dih, apaan sih, ini orang!
View More“Aku tampan, kaya, dan berada di sisiku adalah tempat yang terbaik. Sebelum komplotan orang judi online mulai menyerang sekitarmu, menikah denganku bukanlah hal yang buruk,” tawarnya dengan angkuh dan tersenyum singkat. Matanya melirik ke arah berkas di atas meja, dan aku pun melirik ke arah yang sama. Kertas terkutuk.
“Tanteku kan sudah bilang, posisimu yang terlibat dengan pengembangan judi online membuat rekan kerjanya merasa aneh kalau kamu harus berada di Rumah Aman. Bahkan polisi sekalipun tak bisa menjamin keselamatanmu,” rayunya lagi.
Aku kembali menatap kesal wajah pria dengan garis rahang yang kuat, bibir yang cukup tebal, tulang hidung yang tinggi dengan sorot mata yang tajam menatapku. Aku heran kenapa aku sempat beberapa kali salah tingkah ketika bertemu dengannya saat kami masih belum saling mengenal.
Namun setelah keempat kalinya kami bertemu hari ini. Kini aku sadar dia ini orang mesum. Tak bisakah dia mengerti bahwa dua malam yang lalu, atau ketiga kalinya kami bertemu secara tidak sengaja, tidak ada yang terjadi di antara kita berdua?
Aku tak terlalu ingat apa saja yang sudah terjadi malam itu. Tahu-tahu saja aku bangun di kamar hotel bersama Juanxi yang tidur di sampingku. Sumpah! Kami berdua masih mengenakan pakaian lengkap. Tidak ada yang tersingkap. Percaya deh!
Kejadian luar biasa itu membuatku cukup panik. Jadi aku langsung kabur tanpa menunggunya bangun. Sungguh. Aku yakin sekali dengan fisikku tidak ada yang terjadi malam itu.
“Ya kali harus sampai nikah!” pecahku.
Orang ini benar-benar gak waras. Walaupun memang benar selama lima bulan terakhir ini namaku terus muncul di jagat raya internet karena dugaan terlibat kasus pengembangan judi online. Tapi, apa yang ia tawarkan sekarang sangatlah tidak nyambung dan di luar konteks perkara. Bukti bahwa aku tidak terlibat dalam game judi online itulah yang harus diselesaikan. Padahal uang haram yang masuk ke rekeningku juga tidak bisa dilacak pengirimnya.
Tapi sekarang dia malah menawarkan untuk nikah kontrak?
“Tapi kita sudah bermalam bersama,” cibirnya. Aku melihat gerak-gerik tangannya yang mengenggam erat satu sama lain. “Kita bahkan berpegangan tangan, begitu erat seperti ini, selama semalam suntuk!”
“Ugh, kepalaku pusing,” ucapku lelah sembari memijat keningku. Untung saja ia mengucapkan hal itu di ruangan tertutup. Tapi ini membuatku juga merasa aneh dan merinding, bagaimana bisa pemilik Firma Hukum Dantons berlagak seperti orang dengan masalah mental.
“Sayangku, apa kau ingin aku memijat kepalamu? Aku jago sekali memijat,” balasnya dengan cepat dan amat sangat antusias. Ia bermaksud untuk bangkit dari sofa hitam perorangan yang megah itu. Dengan cepat aku menunjuknya tanpa berbicara, mengisyaratkan dia untuk kembali duduk di tempat.
“Setidaknya baca saja dulu berkas pranikah ini,” lanjutnya sembari mendorong berkas di atas meja kaca untuk mendekat ke arahku. Kemudian kembali duduk ke posisi semulanya.
Mau apa lagi selain menghembuskan nafas panjang dan mengambil berkas itu. Kemudian menyibakan lembaran pertama yang hanya tertulis Perjanjian Pra Nikah. Ya, judul itu tercetak tebal. Aku menatapnya ragu, kemudian melihat isi dari tinta hitam yang tertuang di atas putih di halaman berikutnya.
______
Pihak A : Huang Juanxi
Pihak B : Ding Shu
Dengan bertandatangan di bawah ini Pihak A dan Pihak B sepakat untuk menjadi sepasang suami-istri selama paling lama dua tahun atau selesainya kasus yang menjerat Pihak B. Kedua belah pihak setuju bahwa pernikahan ini untuk menjamin keselamatan Pihak B. Adapun syarat yang berlaku selama masa hubungan pernikahan terjalin, diantaranya:
1. Pihak B sepakat untuk tidur bersama Pihak A selama—
_______
“Fix. Cari orang lain saja kalau mau main rumah-rumahan,” tegasku yang baru membaca poin pertamanya, dan tak berminat sama sekali meneruskannya. Aku melempar berkas itu ke atas meja kaca kembali.
“Kau bahkan belum membaca semuanya!” Tegas Juanxi. Ia langsung mengambil berkas yang terlempar itu dan membacakan dengan lantang isinya tanpa rasa malu.
Inti poin pertama yang tak masuk akal itu, tidur bersama tanpa hubungan seks minimal 2 jam sehari, sembari berpegangan tangan. Aku tak ingin tahu apa tujuan dari poin pertama itu. Namun! Satu hal yang bisa kusimpulkan dari Pengacara Tersohor yang ahli menangani kasus Perselisihan Kontrak Internasional ini, yaitu: Orang Gila.
Aku beranjak dari sofa tamu yang panjang ini. Dari sudut pandangan mataku, aku melihat tangannya ingin meraih tanganku. Dengan cepat aku menarik tangan kananku ke atas, melindunginya di depan dadaku.”Apa?” Sinisku.
“Setidaknya …. Berjabat tangan?” ujarnya tanpa tahu malu. Aku menatapnya dengan jijik.
“Kau tidak terlihat seperti akan berjabat tangan,” balasku. Kemudian melihatnya bangkit dari posisi duduknya. Leherku sakit harus menengadah menatapnya.Tinggi pria ini 192 cm, dengan pundak lebar dan dada yang bidang sedikit berbulu. Aku bisa melihatnya sedikit dari celah kancing baju yang memaksa merekat bersama. Ini membuatku salah tingkah, dan aku bergegas pergi dari sana sembari berceloteh.
“Aku tak sepakat kau menjadi pengacaraku. Walaupun kau pemilik firma hukum ini. Tapi pengacara awalku itu… Jung....”
“Jung Wonxie,” bantunya.
“Ya!” setujuku.
“Bahkan kau tak mengingat nama pengacaramu. Ini kasus yang berat sudah seharusnya senior sepertiku yang mengambil kasusmu,” katanya. Aku mencibir dalam hati padahal usia mereka berdua sama, 32 tahun. Sok senior.
“Setiap pengacara ada keahliannya. Pengacara Jung terbiasa dengan kasus pembersihan atas pencemaran nama baik,” sanggahku, sok tahu. Padahal aku juga baru mengetahui hal ini saat mencari firma hukum yang dapat membantuku. Aku terus berjalan menuju satu-satunya pintu keluar-masuk ruangan kerja nan mewah ini.
Namun belum sempat aku menarik ganggang pintunya. Dari kedua sisi kanan dan kiriku ada dua tangan yang menutup cepat pintunya. Aku sama sekali tak berani membalikan badanku. Suara nafasnya terdengar di atas kepalaku.
“Shushu, kau tak paham. Kau terjerat kasus yang terlihat sepele namun sangat berbahaya. Bahkan kau ikut mencari bukti sendiri tanpa kenal takut. Tidakkah kau sadar, dua malam yang lalu, kalau kau tak bertemu denganku, kau bisa menghilang kapan saja? Bukankah kau sudah menyerahkan penyelidikan kepada tanteku? Terlebih, Pengacara Jung tak bisa diharapkan sampai kau harus turun tangan?” ucapnya panjang lebar.
Aku yang mendengar ini menjadi kesal. “Pengacara Jung itu anak buahmu. Jika dia tak kompeten, maka kamu yang mempekerjakannya juga demikian,” ucapku sembari menghindari dari jeratannya dengan membungkukan tubuhku sedikit untuk melewati tangannya. Kemudian berdiri tepat di samping pintu. “Gak usah didorong gitu pintunya. Lebay, minggir, aku mau keluar,” sinisku dengan kesal.
Entah karena Juanxi melihat amarahku yang memuncak atau sengaja mengalah. Pastinya ia membantu membukakan pintu itu dan memberikan gerakan untuk mempersilahkan aku melewatinya. “Bukankah setidaknya kita bersalaman?” Tawarnya lagi sembari menyodorkan tangan kanannya saat aku hendak melewatinya.
Aku memberinya tatapan jijik. Lalu dengan bantuan tasku, aku menepis tangannya tersebut.
Saat aku berjalan beberapa langkah di lorong setelah keluar dari ruangannya. Juanxi berteriak dengan kencang, “Kau pasti akan menyetujuinya dalam waktu dekat!”
Untungnya di lorong ini hanya ada lima staf pribadinya, dan seorang asisten yang mejanya dekat dengan ruangan Juanxi. Jika ada banyak tim lainnya di sini, aku sudah pasti akan menutup wajahku dengan tas dan bergegas masuk ke dalam lift. Namun saat ini aku tak ada niatan melakukan hal demikian.
Aku juga yakin Pengacara Jung akan ada kabarnya. Aku sudah menyerahkan banyak data dan bukti pada orang itu. Aku tahu Pengacara Jung terlihat tidak kompeten. Namun sejauh ini, berkat sarannya yang ngaco, aku mengenal beberapa orang baru dalam hidupku selama ini tenang bak danau.
Sebenarnya terjerat kasus yang merepotkan seperti ini memang melelahkan batin, mental, dan fisikku. Mungkin karena aku sudah delapan tahun berhibernasi, rasanya menyenangkan juga melalui ini semua. Walaupun begitu aku tak boleh terlena. Jika aku tak bisa membebaskan namaku dari tuduhan aku bisa dipenjara kapan saja.
Terlebih karena aku bekerja dengan nama samaran lainnya. Aku juga bisa terjerat pasal pemalsuan identitas yang akan berakibat panjangnya masa tahananku.
Selama berada di dalam lift aku terus berpikir, kenapa bisa Juanxi tiba-tiba kepikiran untuk mengajukan nikah kontrak? Saat aku masuk ke ruangannya beberapa menit yang lalu. Aku cukup terkejut melihat berkas dengan judul Perjanjian Pra Nikah.
Aku kira itu milik klien lain. Teledor sekali Juanxi menaruh hal seperti itu sembarangan. Rupanya berkas itu ditujukan untukku. Satu-satunya hal yang membuatku teringat sampai ia menawarkan hal tersebut adalah malam yang kami lalui bersama. Aku berusaha mencari beberapa informasi tambahan untuk membantu penyelidikan. Aku bisa menyerahkan hasilnya pada penyidik atau Pengacara Jung. Namun siapa sangka aku mabuk terlalu cepat di bar itu!
Setelah pemeriksaan singkat, Shushu menyadarinya dirinya mengalami gejala anemia dan tekanan darah rendah. Dokter meminta ners yang mendampinginya untuk memasukan Shushu sebagai daftar pasien agar bisa diberi beberapa obat untuk dikonsumsi.Pada akhirnya, ada dua pasien di dalam satu bangsal ini. Satu yang terlihat seperti akan mati kapan saja. Satu lagi yang berusaha meyakinkan semua orang dirinya tak sakit.Sebenarnya Shushu melakukan itu sebab dirinya takut disuntik dan diinfus. Dia terlihat ingin pergi dari tempat itu kapan saja. Namun Juanxi mengenggam erat pergelangan tangannya.Para perawat telah memasukan satu ranjang lagi ke ruangan rawat inap itu. Posisinya bersampingan dengan ranjang milik Juanxi.“Tidurlah dengan benar,” tegas Juanxi yang sudah mulai berbicara lancar.“Sa-sa-saya tak sakit kok,” jawab Shushu dengan formal dan tergagap. Dia terl
Tempat yang paling tak disukai Shushu terpaksa harus ia tempati selama empat hari lamanya. Sebab, kondisi suaminya yang baru ia nikahi belum seminggu itu terlihat sangat mengkhawatirkan. Suhu demamnya mencapai 40 derajat celcius.Selama dirinya di rumah sakit, bohong, jika Shushu juga tidak merasa sakit. Wajahnya pucat, makannya pun tidak karuan.Siapapun yang mengunjungi mengira Shushu sangat khawatir dengan suaminya yang terbaring tak sadarkan diri. Bahkan makan pun harus dipenuhi dengan cairan nutrisi melalui selang infus.Ada kalanya setiap Juanxi sadarkan diri untuk beberapa menit, Shushu akan membantu menyuapi air hangat atau sup hangat perlahan dengan sendok kecil. Sebab pria itu sendiri tak memiliki tenaga untuk mengangkat kepalanya.“Nak, kamu pulang saja dulu, tidak apa-apa,” tutur Sun Lili yang datang pagi sekali untuk membantu Shushu. Juanxi masih tak sadarkan diri. Namun suhu
“Kenapa kau tak cerita soal kebakaran itu padaku? Bukankah kita teman?” tanya Quo Xin. Dia benar-benar tidak tahu soal itu.Sejujurnya Quo Xin bisa menyelesaikan permasalahan dokumen yang rusak itu secepat mungkin. Hanya saja keadaannya dengan mantan mertua serta putrinya kala itu cukup rumit. Dia jarang punya waktu leluasa membuka laptopnya.Semua menjadi mudah ketika ia sudah memindahkan data putrinya di Kota B ini. Namun ini semua hanya alasan. Quo Xin merasa bersalah atas waktu yang terbuang secara cuma-cuma. Dia tak mengira masalah keterlibatan Shushu dengan situs judi online ini begitu berat. Bahkan pihak di sana berani mengancam dengan cara murahan seperti itu.“Walaupun begitu kau setuju begitu cepat untuk menikah,” ungkap Quo Xin. Kemudian ia meraih tangan Shushu dan menggenggamnya erat. “Batalkan saja kontraknya!”“Tidak bisa, kita sudah menikah. Lagipula keadaanya tidak sesimpel ini, Zhou.co itu mungkin saja tidak terlibat dengan judi online saja,” ucap Shushu. Dia menginga
Pukul enam pagi, seorang wanita paruh baya berjalan cepat menelusuri lorong rumah sakit yang panjang. Dia hanya menggunakan sandal, dan jaket untuk menutupi pakaian tidurnya. Bahkan helm pun masih bertengger setia di kepalanya.Ruang 278, tanpa ragu-ragu, dia langsung membukanya. Di dalam sana ada seorang wanita muda berdiri menganggukan kepala berulang kali atas penjelasan dokter yang bertugas.“Bagaimana?” tanya Quo Xin.“Baru saja dipindahkan dari UGD, dia demam sushu 40 derajat, sepertinya kelelahan bekerja,” tutur Shushu dengan wajah yang lelah.“Ibu juga harus istirahat yang baik untuk menjaga suami Anda. Wajah Ibu kurang baik,” ucap dokter pria itu lagi. Shushu hanya menganggukan kepalanya berulang kaliFokus Quo Xin bukan lagi cerita dibalik kenapa ia membutuhkan ambulans di pagi buta lagi. Namun, bagaimana bisa ia mendapatkan suami dalam waktu yang begitu cepat setelah ia tinggal beberapa bulan di kota lain?Setelah kepergian dokter dan perawat tersebut. Quo Xin hanya diam sa
Juanxi terus mengalami mimpi yang panjang, dan semua kejadian itu membuatnya merasa tak nyaman. Kepalanya terasa berat dan panas menerima semua informasi itu. Fakta bahwa kematian Shushu itu begitu menyedihkan membuatnya sangat terpukul.Tidak seharusnya Shushu mengalami itu semua. Dia bukan seperti apa yang digambarkan semua artikel tersebut. Wanita nakal, pemakai narkoba, penipu, dan lainnya.Hal yang membuatnya lebih terpukul ialah adegan dimana Paman Zinbei dan Ibu Yanyan datang ke kantornya untuk meminta tolong mencari kebenaran kematian Shushu.Kini Juanxi paham kenapa Shushu tadi menangis begitu lelah ketika ia tahu bahwa namanya bisa dibersihkan tidak terlibat situs judi online itu. Semua usaha Shushu menyelidiki kasusnya sendiri selama ini, agar tidak membuat dua orang tua itu sedih dan terpukul.Dalam kehidupan pertama itu, ia melihat wajah Paman Zinbei, dan Ibu Yanyan, lima kali lipat terlihat lebih tua dibandingkan kehidupannya sekarang. Mereka telah mendatangi berbagai ka
Juanxi menjadi kesal melihat ponsel milik Shushu yang terus berdering sedari tadi. Dia langsung mematikannya secara total. Lalu membawa tubuh Shushu yang tertidur karena lelah menangis ke kamarnya. Juanxi melihat keseluruhan interior ruangan yang sederhana, namun memiliki tiga pintu ruangan lainnya lagi. Dia penasaran untuk apa saja tiga ruangan di dalam kamarnya ini. Juanxi menerka salah satunya pasti toilet, dan ruang pakaian. Adapun sisanya ia tak begitu yakin. Juanxi menyadari beberapa hal dari mengenal Shushu dalam waktu yang sangat singkat ini. Dia terlalu mudah untuk percaya, namun tak ingin menaruh rasa percaya begitu dalam. Kontradiksi sekali bukan? Dua kata yang bisa dijelaskan ialah polos kebangetan. Kendati dikatakan polos, dia tahu dunia lebih baik. Apalagi soal pekerjaannya dan mengatur finansialnya. Hanya saja melihat ia menangis begitu lepas karena namanya bisa dibersihkan dari tuduhan sindikat judi online itu. Juanxi melihat sosok Shushu menjadi lebih kompleks lagi
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments