Share

BATAL

"Seperti yang di terbangkan jauh ke awan-awan, tetapi di jatuh kan kembali. Sesakit itukah?" Shintya. 

Setelah mendengar info ikut program beasiswa dua hari yang lalu, Shintya fokus mempersiapkan diri. Bahkan, sampe membongkar buku-buku lamanya. 

**Malam Hari saat sedang belajar**

"Shin.. Shintya..." panggil kakaknya. 

"Iya kak, kenapa?" sahut Shintya dari dalam kamar. 

"Bikin teh dulu untuk tamu!"

"Iya, iya."

Segera Shintya ke dapur. Setelah siap, dia langsung mengantarnya di ruang tamu.  Tapi, dia dikejutkan dengan kedatangan tamu mereka. 

"Eh, bu Dian. Tumben kemari," sapanya

"Hai Shin, ada yang mau ibu omongin sama bapakmu, nak." ujarnya. 

"Oh begitu." Shintya mengambil posisi duduk di samping kakaknya. 

"Silahkan di minum, bu."

"Terimakasih." meminum teh buatan Shintya. "Begini Pak, saya datang kesini mau memberitahu satu hal." dia memulai pembicaraan. 

"Katakan saja." ucap bapak Shintya. 

"Dua hari yang lalu, Shintya sudah di beritahu untuk ikut seleksi beasiswa. Tapi mohon maaf sebelumnya pak, barusan kami menerima info, bahwa hanya dua orang yang jadi utusan setiap sekolah. Jadi kami hanya memilih yang nilai terbesar ke satu dan dua. Karena posisi Shintya menepati urutan ke tiga, maka dia tidak bisa ikut seleksi ini. Sekali lagi kami mohon maaf sebesar-besarnya Pak." jelasnya panjang lebar. 

Tersirat raut kekecewaan di wajah mereka yang mendengarkan hal itu. Terlebih-lebih Shintya. 

"Oh begitu, ya. Ya udh gapapa deh." ucapnya sambil menuju kamarnya. Dan dapat di pastikan akan menangis. Bagaimana tidak, dia sudah berusaha sejauh mungkin, tapi belum berperang udah kalah duluan. 

Kakaknya menyusulnya, 

"Dek,"

"Emmm,,"

"Gapapa, bakal ada yang terbaik yang lebih baik dari hal ini." ujarnya mencoba menghibur. 

"Iya kak, Shintya gapapa kok. Mungkin bukan rejeki Shintya." sahut Shintya, dengan memamerkan senyumnya. 

"Ya udah, kakak keluar dulu."

****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status