Si Bungsu Shintya

Si Bungsu Shintya

Oleh:  Khalis  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
12Bab
1.5KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Shyntia Ananda, gadis bungsu berumur 12 tahun, memiliki dua kakak perempuan, buah hati dari Ribetus dan Monoina. Keluarga sederhana, yang serba berkecukupan, tinggal di sebuah desa kecil, yang jauh dari batas perkotaan. Gadis kecil, yang baru duduk di bangku kelas 6 SD Nusa Bangsa. Gadis pendek yang mungil, yang periang, tak kalah pintar, dan berparas cantik, yang mirip dengan kecantikan sang ibu. Gadis baik, yang cerewet, dan selalu setia menemani orangtuanya kemana pun, kecuali jika sudah sekolah. Tetapi, semenjak ibunya sakit, kehidupan Shintya mulai berubah. Bagaimana kah kehidupan sehari-hari Shintya? Yukk ikuti ceritanya secara pelan-pelan

Lihat lebih banyak
Si Bungsu Shintya Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
12 Bab
Rencana masuk SMP
Seperti malam-malam biasanya, keluarga kecil ini melahap makanan yang terlihat sederhana itu, sambil sesekali bertukar cerita.  "Shintya, bentar lagi akan ada pengumuman kelulusan, apakah kamu yakin lulus nak? ", ujar wanita paruh bayah, yang mengawali pembicaraan di sela-sela makan malam mereka.  "Yakin dong bu, Shintya 100% pasti LULUS," jawab Shintya dengan senyum khasnya. Ibunya tersenyum mendengarnya.  "Yakin lulus, nih? ", goda Bapak nya. "Iya dong pak, Shintya kan anak yang pintar, trus baik, gak bandel, terus selalu rajin belajar," lagi-lagi Shintya berujar. Dan akhirnya mereka semua tertawa mendengar ocehan Shintya yang terbilang sangat cerewet. "Shintya, nanti lanjutnya di mana nak? ", tanya ibu nya lagi. "Bu, nanti Shintya SMP nya di tempat Mak Tua ya, biar bisa punya teman banyak, lagian Shintya bosan di kampung melulu, pengen tin
Baca selengkapnya
Cita-cita
*Esok pagi nya, "Shintya, bangun nak, udah pagi nih..", ibu nya membangunkannya sambil menggoyang-goyangkan lengan Shintya. Berharap gadis itu cepat bangun dari tidur lelapnya. "Heemmm... bentar lagi bu, Shintya masih ngantuk," ujarnya, sambil menarik selimut, menutupi seluruh tubuhnya. "Astaagaa... Ini sudah pukul 06.30 loh, masa iya anak gadis belum bangun?" kembali ibunya menarik paksa selimut dan tangan anak gadisnya itu. "Adduuhhh... Buu.. Iihhh sakit tangan Shintya... " rengek nya. "Makanya cepat bangun. Jadi gak, ikut ibu sama bapak ke kebun?" tanya sang ibu. Ketika mendengar hal itu, mata Shintya langsung terbuka lebar, dia baru ingat, kalau semalam dia meminta ibu nya agar di ijinkan ikut ke kebun."Yaampun, kenapa gak bilang dari tadi sih?" omel Shintya. "Lah, dari tadi juga ibu udah bangunin, kamu sendiri yang gak mau bangun," ujar ibu nya, tak mau di salahkan. "
Baca selengkapnya
Ibu Jatuh sakit
**Malam Hari**Setelah selesai makan malam, "Gimana, ikut ke kebun nya, senang, gk?", tanya sang ibu. "Ya, senang banget dong. Sering-sering ajak Shintya ya, bu?", mohon Shintya sambil mengedipkan matanya, ibu nya mengangguk dan tersenyum. "Alllaahhh.. paling tau nya tidur doang di gubuk," ujar Bapaknya. "Namanya aja capek lah, pak!" sahut Shintya. Lalu, ibunya menyuruhnya untuk tidur. "Udah jam sembilan, sana tidur.""Iya, deh bu.""Jangan lupa cuci kaki, lalu berdoa!""Ok, Ibu negara." Lalu dia bergegas untuk tidur, dan tidak lupa juga melakukan apa yang di perintahkan ibunya.  **Di pertengahan malam**Kala itu, hanya suara jangkrik yang sedang bernyanyi, mengiringi angin malam. Dan bulan yang tetap setia menemani bintang, yang sedang menatap gubuk kecil milik keluarga Shintya. Tepatnya, di kamar tidur kedua orangtuany
Baca selengkapnya
Musibah keluarga
"Bahkan, aku tidak tahu, jika hari itu adalah hari terakhir kita pergi bersama." Shintya.  Pagi pun telah datang, dengan segera bapak, Shintya, dan beserta keluarganya yang lain, membawa ibu Shintya ke Rumah sakit terdekat. Setelah beberapa jam menunggu, akhirnya pintu kamar pasien terbuka.memperlihatkan seorang dokter keluar, di ikuti beberapa perawat yang lain. "Keluarga pasien?" tanya dokter."Ya, Dok. Kami keluarga nya." jawab bapak Shintya. "Berdasarkan hasil pemeriksaan kami, dikarenakan pasien mengidap penyakit darah tinggi, dan berkontraksi dengan penyakit komplikasi lainnya, maka pasien, mengalami cacat lumpuh, dan kemungkinan besar tidak dapat berbicara." papar dokter. Bagaikan di sambar petir di siang bolong. Semua yang mendengarkan hal tersebut merasa nyilu, dan sekejap, jantung mereka menciut. Tanpa menunggu, Shintya sudah menangis sesegukkan di pelukan budehnya. 
Baca selengkapnya
Sekolah Beasiswa
*Di sekolah*Sebelum menuju ke ruang kepala sekolah, Shintya menemui bu Dian terlebih dahulu, untuk memastikan, apakah benar informasi yang dia dengar kemarin. "Permisi Bu." sapanya. "Eh, Shintya. Sini, nak!" "Iya, Bu. Gini nih bu, apa benar, saya harus jumpai kepala sekolah, hari ini?""Ah, iya, benar sekali. Silahkan langsung ke ruangan beliau.""Terimakasih Bu, permisi." **Sepulang dari sekolah**Shintya berjalan dengan girangnya, sambil tetap tersenyum, semangat. Sampai tidak sadar, jika dirinya sudah sampai di depan rumahnya. "Loh, senyum-senyum sendiri. Gak sakit, dek?" tanya kakaknya keheranan. "Hehehe... si kakak bisa aja.""Lah, stres ku rasa lama-lama dirimu.""Eh, sembarangan. Kakak pengen aku gila?""Ya, lagian, kenapa pake acara senyum-senyum sendiri?""Nah, gini nih, kak. Tadi itu, aku habis dari sekolah, jadi aku LULUS."
Baca selengkapnya
BATAL
"Seperti yang di terbangkan jauh ke awan-awan, tetapi di jatuh kan kembali. Sesakit itukah?" Shintya. Setelah mendengar info ikut program beasiswa dua hari yang lalu, Shintya fokus mempersiapkan diri. Bahkan, sampe membongkar buku-buku lamanya. **Malam Hari saat sedang belajar**"Shin.. Shintya..." panggil kakaknya. "Iya kak, kenapa?" sahut Shintya dari dalam kamar. "Bikin teh dulu untuk tamu!""Iya, iya."Segera Shintya ke dapur. Setelah siap, dia langsung mengantarnya di ruang tamu.  Tapi, dia dikejutkan dengan kedatangan tamu mereka. "Eh, bu Dian. Tumben kemari," sapanya"Hai Shin, ada yang mau ibu omongin sama bapakmu, nak." ujarnya. "Oh begitu." Shintya mengambil posisi duduk di samping kakaknya. "Silahkan di minum, bu.""Terimakasih." meminum teh buatan Shintya. "Begini Pak, saya datang kesini mau memberitahu satu hal." dia memulai pembicaraan.&nbs
Baca selengkapnya
SMP N 1 JAYA
***Ini adalah hari pertama Shintya bersekolah, dengan seragam SMP***Shintya agak ragu melangkah menuju pintu gerbang sekolahnya. Dia merasa tidak percaya diri untuk sekolah. Bagaimana tidak, semua yang di kenakan nya hari ini, adalah pakain bekas pemberian Mak Tua nya. Sedangkan tas dan sepatu nya, bekas semasih dia SD. Dia kembali teringat percakapannya dengan kakaknya. **Flashback on**"Dek, udah, di pakai aja. Daripada gak bisa lanjut sekolah." ujar kakaknya. "Kalo di suruh pakai baju bekas kakak ya gapapa, ini mah bekas anak nya Mak Tua." ucap Shintya dengan sedikit murung. "Yang penting, bukan bekas pemulung." sahut kakaknya, sambil tertawa. Mencoba memberikan lelucon, berharap Shintya tidak terlalu sedih. "Ya, kalo itu mah, gak sudi kali kak." Shintya berdiri sambil mencoba pakaian seragam putih biru itu. "Wiss, pas banget. Adek kakak nyatanya udah SMP." kakaknya mencoba memberi semang
Baca selengkapnya
Kehidupan Baru
Setelah beberapa minggu bersekolah. Shintya sudah bisa beradaptasi dengan lingkungan sekolahnya. Dia sudah mempunyai banyak teman, apa lagi, di kelasnya, hampir semuanya akrab dengannya. Ya, teman-teman Shintya ternyata ramah, baik, dan tidak sombong. Tapi sayangnya, Shintya pisah kelas dengan Deslich. Di kediaman Shintya juga, dia sudah mengalami perubahan, hari-harinya yang dulu indah, sekarang berubah jadi suram. Bapaknya tiba-tiba berubah, menjadi dingin. Sudah berapa kali Shintya bertanya pada dirinya sendiri, mengapa Bapaknya selalu bersikap kasar padanya. Seperti sekarang ini, saat Shintya sedang menyapu rumah, tiba-tiba Bapaknya, memanggilnya, dengan suara keras, membuat jantung Shintya hampir copot. "Shintya!" bentak bapaknya. "Kenapa, pak?" tanya Shintya hati-hati. "Kenapa, kenapa, sudah mau sejam kamu menyapu, tapi belum selesai juga. Piring di sana belum kamu cuci. Dasar lamban!" bentak bapaknya kasar. Shin
Baca selengkapnya
Kehidupan baru 2
"Shintya...!!!"Panggilan dengan membentak itu mengagetkan Shintya dari tidurnya. Belum sempat menyahut panggilan nya, di kejutkan lagi dengan gebrakkan pintu kamar yang sangat kasar. Brrraaaakkk... "Kamu tau ini sudah jam berapa? Haa?" tanya bapaknya, sambil menarik kasar tangan Shintya."Sana, ke dapur. Kerjaanmu belum selesai. Jangan kesekolah sebelum rumah ini beres. Ngerti!"Shintya hanya menganggukan kepala, lalu segera ke dapur. "Kenapa sih, Pak?" tanya Selia. "Pagi-pagi udah marah-marah. Lagian kerjaan rumah, sudah Selia kerjakan." lanjutnya. "Diam."Selia hanya geleng-geleng kepala melihat bapaknya yang semakin hari semakin menjadi.  Tepatnya di dapur. Shintya menyuci piring sambil terisak. Dia sudah berusaha menahan agar tidak menangis, tetapi rasa sakit di hatinya tidak bisa di tahan, mengundang cairan bening dari matanya. Setelah selesai menyuci piring,
Baca selengkapnya
Berteman Dengan Airmata
Hari ini sekolah mengadakan rapat. Para peserta didik di ijinkan pulang lebih awal dari jadwal biasanya.  Untuk menghabiskan waktu yang membosankan, Shintya belajar masak bareng kakaknya. Mulai dari hal yang kecil sampai hal yang besar. Shintya memperhatikan dengan serius, setiap kakaknya menjelaskan, langsung saja di praktekannya. Meski terkadang meleset dari apa yang telah di perintahkan kakaknya, tapi tidak masalah, menjadikan sempurna itu, perlu membutuhkan banyak waktu.  "Ya ampun Shin, minyaknya sedikit aja, tuh tengok telurnya, jadi ikut berendam." ujar Selia.  "Hehehe. Ya abis, biar cepat masak loh kak." "Gak gitu juga kali. Malahan yang ada makan minyak nantinya." Shintya hanya nyegir kuda.  "Kak, kapan kakak balek ke kota?" "Minggu depan. Soalnya masih banyak yang perlu kakak urus di kampus." "Ya, berarti Shintya sendiri lagi donk." "Kan, ada ibu sama bapak, dek." "Ibu kan g
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status