Note(Optional) 🌸💐🌼🌸💐🌼🌸💐🌼🌸💐🌼🌸💐 Thor ucapkan Terima Kasih kepada Readers yang telah mendukung dan meluangkan waktunya untuk membaca cerita ini, jangan lupa subcribe dengan memasukkan cerita ini ke dalam pustaka dan beri tanda bintang, love serta tinggalkan komen ya. I luv you Guys 💖💖💖💖💖💖💖💖
Hasan segera mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang. “Yudhi, kamu sudah sampai? Apa kamu membawa laporan yang diminta isteri saya? Oh baiklah,” kata Hasan lagi. “Gio kamu bantu Papa, hubungkan alat ini ke slide proyektor sana!” perintah Hasan lagi. Gio segera menyalakan alat slide proyektor tersebut dan tampak Hasan sedang mengambil file dari sebuah laptop yang ada di atas meja kerjanya. “Semua silahkan nonton hasil rekaman rumah ini,” kata Hasan kembali. Kemudian Hasan Taner mengatur waktu rekaman sesuai waktu Gio pulang sekolah. Tampak Gio turun dari mobil kemudian memasuki gerbang depan dan akhirnya ke ruang tengah dan mulai menaiki tangga menuju ke atas. Dimana seluruh kamar mereka ada di lantai dua. Tampak Gio hanya melihat ke arah Key dan teman -temannya. “Lihat! Gio sekarang sedang naik ke lantai dua!” kata Hasan kembali. Gio kemudian masuk ke dalam kamarnya, tetapi apa yang dikerjakannya di kamar sama sekali tidak kelihatan. Selang satu jam kemudian tampak Dila m
Dila menatap Hasan dengan begitu beraninya. Dia berharap Hasan sebagai kepala keluarga Taner akan takluk kepadanya. Dila bahkan berani menatap Lidia dan Sarah secara bergantian. “Bagaimana Om dan Tante, Oma juga. Apakah permintaan saya berlebihan. Saya memang melakukannya dengan banyak pria. Saya akui itu tetapi putera anda sudah menikmati tubuh saya juga. Jadi tidak ada salahnya aku menikah dengan putera sulung kalian, atau kalau tidak….,” ancam Dila. Sifatnya semakin menjadi – jadi membuat Sarah geram melihatnya. Sarah memandang Dila dengan tajam. “Jadi apa maksudmu? Kamu mau mengancam kami? Kamu pikir kamu itu sudah benar? Saya tidak sudi memiliki menantu seperti kamu. Saya tidak mau calon cucu saya tumbuh di rahim yang kotor. Saya menolaknya dan jangan pernah bermimpi!” kata Sarah lagi. Dila menatap tajam Sarah sedikitpun dia tidak takut karena dia pikir dia akan menang kali ini. Dia pasti akan meraup keuntungan yang sangat besar. Dia membayangkan kehidupannya yang sukses dan
Hasan Taner memandang Dila dengan dingin, karena dia sama sekali tidak menyukai kelicikan Dila. Dila memang berusaha membuat Gio dan seluruh keluarga Taner terpojok, hanya Lidia saja yang tampaknya mendukung rencana Dila. Gio menatap Dila dengan tenang dia dan mengernyitkan dahinya. Gio kecewa melihat Lidia karena dengan mudahnya Lidia menyerahkan Gio agar menikah dengan Dila. Gio tidak menyangka Lidia masih akan tetap menikahkan mereka setelah dia tahu Dila adalah bukan wanita baik – baik. Gio bahkan tidak suka melihat Key yang membela Dila, Key lebih memilih Dila daripada Key yang notabene adalah kakaknya sendiri. “Kak! Sebelum kakak berbicara seharusnya kakak sadar dong. Sebelum melakukan hal yang tidak terpuji sebaiknya kakak memikirkan dulu akibat dari perbuatan kakak tersebut. Kakak seharusnya tahu bahwa Kakak tidak boleh semena – mena dengan orang lain. Kakak harus jadi contoh yang baik, yaa walaupun Dila bukan gadis lagi tapi kakak juga sudah melakukan kesalahan kepadanya.”
Gio masih saja termenung memikirkan ancaman Lidia yang akan membongkar aibnya. “Oma apa yang Oma lakukan? Mengapa aku harus menerima rasa kebencian Oma yang besar. Aku tahu Oma lebih menyayangi Key, tetapi Oma setidaknya jangan membenci aku. Apa salahku sehingga aku harus menerima kemarahan Oma yang tiada habisnya.” Pikir Gio dengan nada kesal. “Kak!” panggil Evelyn memutuskan lamunan Gio. Gio masih saja melamun, tidak menyadari panggilan Evelyn terhadapnya. Matanya setengah terpejam membayangkan peristiwa bersama Dila yang sangat menyakitkan. Di sana lah dia menyadari betapa bencinya Lidia terhadap dirinya dan dia menyadari Lidia selalu membela Key tanpa syarat. Gio dulu merasa Lidia mencintai Key mungkin karena Key adalah anak bungsu dan anggapannya biasa kalau Lidia bersikap demikian. Lidia sama sekali tidak pernah menunjukkan sikap bencinya yang sangat kentara seperti kejadian Dila. Gio hanya bisa merasakan untuk pertama kalinya ketika peristiwa Dila tersebut. Evelyn yang masih
Evelyn kembali menatap Gio dengan rasa malu, karena dia sudah mengungkapkan kepada Gio bahwa ciuman yang mereka lakukan adalah ciuman pertama bagi Evelyn. “Eve, jadi Kakak yang pertama bagi Eve?” tanya Gio kembali. Evelyn menganggukkan kepalanya menunjukkan bahwa memang Gio adalah pria pertama di dalam hidup Evelyn. Sementara Gio juga demikian tetapi Gio tidak mengakuinya sama sekali. Mendengar jawaban Evelyn, Gio meremas jari tangan Evelyn menyatakan bahwa Evelyn tidak perlu malu. “Apakah kamu malu Eve?” tanya lagi. Evelyn menganggukkan kepalanya karena dia yakin Gio tidak bermaksud mengejeknya sama sekali. “Kakak justru bahagia karena ciuman pertama yang Eve lakukan bersama Kakak,” kata Gio dengan hangat. “Tetapi Kak, boleh tidak Eve bertanya kepada Kakak?” tanya Evelyn kembali. “Apa Eve?” tanya Gio kembali. “Sebenarnya apa yang dikatakan Oma? Apakah Oma mengancam Kakak?” tanya Evelyn kembali. “Sejujurnya Kakak tidak ingin menyampaikan apapun kepada Evelyn, tetapi tanpa Oma
Evelyn masih saja menatap Gio Taner dengan perasaan yang sulit dibaca. Dia sekarang harus memutuskan sebuah keputusan sehingga kedua kakak beradik Gio dan Key Taner tidak bermusuhan hanya karena dirinya. Evelyn sama sekali tidak ingin menjadi sumber masalah bagi mereka berdua. Semuanya membingungkan bagi Evelyn ditambah lagi dengan masalah Gio dan Lidia. Evelyn juga ingin membantunya. “Aku ingin menyelesaikan semua masalah ini tanpa harus melukai siapa pun. Aku harus dapat mengambil keputusan yang terbaik dan tidak boleh tergesa – gesa. Aduhhh, kepalaku sampai sakit! Mengapa aku harus berada diantara mereka berdua? Aku tidak ingin menjadi penyebab perpecahan bagi mereka. Tetapi aku juga tidak dapat mengatur supaya tidak terjadi permusuhan, hanya saja aku harus segera mengakhirinya. Aku membenci situasi seperti ini karena aku paham bagaimana merasakan perasaan tersisih dan terabaikan,” pikir Evelyn lagi. Evelyn kemudian tampak sangat serius, keningnya mengernyit memikirkan langkah yan
Setelah terjadi perdebatan panjang akhirnya Lidia meninggalkan Hasan dan Sarah. Lidia kembali ke kamarnya dengan rasa kesal. Pintu kamar dibantingnya dengan perasaan tidak suka, dan menghenyakkan tubuhnya di atas pembaringan. Lidia berjalan memutari kamarnya dengan perasaan marah. “Hasan dan Sarah beanr – benar kelewatan, mereka masih saja membela anak yang tidak tahu diri itu. Dia bukan cucuku, aku meragukannya. Walaupun sikap dan karakternya sama persis dengan Hasan ketika dia muda dulu, tetapi aku tidak akan memperdulikannya. Dia tetap bukan cucuku. Sarah sudah terlalu lama melindunginya, aku harus menyelidikinya sendiri. Aku harus tahu dengan pasti siapa sebenarnya anak yang telah Hasan dan Sarah rawat ini. Mereka memperlakukannya sudah seperti raja saja, sementara anak kandung mereka, Key telah mereka duakan.” Pikir Lidia kembali. Lidia segera mengambil ponselnya dan menghubungi Suseno. “Seno, apa kamu sudah menerima pesan dariku?” tanya Lidia. “Sudah Nyonya,” balas Suseno d
Key tersenyum senang setidaknya sekarang dia merasa di atas angin karena sekarang dia mengetahui bagaimana status Gio sekarang. Seandainya dia ingin menjatuhkan Gio pun dia tidak akan merasa bersalah lagi. Key sama sekali tidak ingin bersaing dengan kakaknya sendiri tetapi sekarang Key merasakan kebebasan karena Gio bukanlah saudara kandungnya. “Aku percaya dengan pemikiran Oma, karena Oma tidak mungkin memutuskan akan menyelidiki Kak Gio kalau Oma tidak mencurigainya,” pikir Key kembali. Key merasa dirinya lebih pantas bersanding dengan Evelyn daripada Gio Taner, apalagi setelah dia mengetahui bahwa Gio Taner bukanlah saudara kandungnya. “Apakah benar Gio bukan Kakak kandungku?” pikirnya lagi dengan ragu. “Oma? Mengapa Oma yakin, Gio bukan salah satu keluarga Taner?” tanya dengan ragu. Lidia menatap Key kembali dan sepertinya dia enggan menjelaskannya. “Oma, jangan rahasia-rahasian dong dengan Key,” katanya lagi. “Karena Oma terikat janji dengan Papa, Key.” Lidia tidak ingin m