*Happy Reading*
Brugh!
Kairo pasrah, saat Aika mendorongnya ke tembok, ketika baru saja hendak mengunci pintu Suit Room di sebuah hotel, yang dia pesan beberapa saat lalu.
"Wow! Ternyata kamu liar juga ya, Istriku?" ucap Kairo tersenyum bangga, di sela ciuman panas yang Aika lakukan.
"Maaf, Mas Bos. Tapi Aika gak kuat lagi," balas Aika seraya menciumi rahang suaminya dengan rakus.
Tidak tahu berapa dosis yang sudah para begundal itu berikan pada Aika. Namun sepertinya cukup tinggi, hingga bisa membuat Aika sangat liar seperti ini.
Kairo tidak masalah sama sekali, justru di satu sisi dia sangat berterima kasih karena secara tidak langsung hal itu membuat dia bisa menyempurnakan pernikahannya. Namun di sisi lainnya, tentu saja Kairo masih sangat marah pada kejadian hari ini.
"Its Oke, Aika. Saya akan mencoba mengimbangimu." Kairo tersenyum sombong, sebelum menarik pinggang Aika dalam satu hentakan. Membuat Kaki gadis itu ref
*Happy Reading*"Aika saya mau ke--" Kairo pun urung melanjutkan kalimatnya, saat melihat kelakuan Aika di pinggiran tempat tidur, yang membuat kening pria itu berkerut samar."Kamu sedang apa?" Akhirnya malah tanya itu yang menjadi lanjutannya."Sedang meredakan nyeri," sahut Aika santai. Masih tanpa malu melakukan kegiatannya."Meredakan nyeri?" beo Kairo setelahnya. Masih tidak mengerti.Aika pun mendengkus kesal, seraya melirik suaminya itu dengan galak."Iya, meredakan nyeri! Di sini ..." Aika menunjuk bagian bawah tubuhnya telak. "Masih nyeri banget tau, kalau dipake buat jalan. Kalau kegesek rasanya ngilu-ngilu sedep. Makanya Aika kipasin. Soalnya kalau di tiupin gak nyampe!" beritahu gadis itu panjang lebar, seraya kembali mengipasi bagian yang dia bilang masih ngeri itu dengan muka bertekuk.Kairo hanya menanggapi ocehan Aika dengan gelengan kepala tak habis pikir. Sudah rahasia umum jika Aika memang absurd, baik
Mas bos 117*Happy Reading*Saat Kairo tiba di Restaurant Hotel yang masih dia tempati. Rein sudah menantinya seorang diri dengan wajah kesal di meja yang berada di Restauran tersebut."Kau telat dua menit, Kairo Putra Setiawan," desisnya dingin ketika Kairo baru saja duduk di hadapan anak mafia itu."Sorry, Rein. Aku harus membujuk istriku dulu tadi." Kairo mengemukakan alasannya.Berdecak satu kali, Rein pun mengeluarkan sebuah amplop coklat dari dalam tas ranselnya, dan menyerahkan benda itu kehadapan Kairo."Yang kau minta," terangnya singkat, padat, dan jelas.Kairo pun menerimanya dengan senang hati, dan lalu membukanya di sana juga serta membacanya dengan seksama."Kau yakin tidak ada yang terlewatkan?" Kairo memastikan."Kau meragukan pekerjaanku?" tanya balik Rein tak suka."Tentu saja tidak. Didikan uncle Raid tidak pernah mengecewakan," balas Kairo seraya memasukan semua lembaran ditan
Mas Bos 118*Happy Reading*"Assalamualaikum Mama ... Aika comiiinnggg." Seperti Biasa, Aika berseru heboh setiap kali pulang, meski baru sampai gerbang rumahnya.Namun kali ini tidak meloncat turun seperti biasanya. Ya, karena apalagi kalau bukan inti tubuhnya sendiri masih ngilu saat di bawa gerak. Jalannya saja masih aneh kalau diperhatikan seksama. Itulah kenapa, hari ini Aika memakai Rok plisket untuk menyamarkan cara jalannya."Waalaikumsalam ... eh anak Mama yang ...." Mama Desi tiba-tiba menggantung ucapannya, seraya memindai Aika dari ujung rambut sampai Kaki dengan seksama. "Akhirnya sudah tidak perawan lagi pulang, toh!"Uhuk!Kairo pun sukses tersedak ludahnya sendiri, saat mendengar lanjutan kalimat Mama Desi yang frontal dan ... memang sebelas dua belas dengan Aika."Eh, Kok Mama tahu?" Parahnya, Aika malah menanggapi itu dengan antusias, tanpa rasa malu sedikit pun."Tahu, dong! Mama kan c
*Happy Reading*"Pokoknya Aika gak mau!" Aika merajuk setelah mendengar titah Kairo yang tiba-tiba pagi ini.Bagaimana tidak merajuk, jika baru saja melek mata, Si Mas Bos-nya ini seenaknya saja menyuruh Aika berhenti bekerja. Kan, Aika sebel, ya? Aika juga masih butuh cuan!"Harus mau!" jawab Kairo tanpa hati, membuat Aika makin kesal."Tapi kenapa? Why? Salah Aika apa? Kerjaan Aika gak ada masalah, kok. Aika juga lumayan rajin selama ini. Kenapa harus berhenti?" Aika masih mencoba mencari pembelaan diri."Karena kamu harus fokus pada pengobatan rahim kamu," terang Kairo jujur."Kan, itu masih bisa dilakukan nyambi kerja, Mas Bos. Aika kan bisa ijin dan--""Akan sering gak masuk kerja, hingga membuat divisi kamu berantakan. Ayolah, Aika. Mengertilah posisi saya. Saya tidak bisa pilih kasih, hanya karena kamu adalah istri saya. "Bibir Aika langsung maju lima centi mendengar sahutan Kairo yang tegas dan tepat
Mas Bos 120*Happy Reading*Berhubung sekarang Aika nganggur. Maka ia pun kini punya waktu sangat banyak setiap harinya. Mengutip titah Kairo tempo hari, Aika pun kini banyak menghabiskan waktu berkunjung Rumah Mama Desi.Lebih tepatnya mungkin ngeribetin ibunya itu. Soalnya, Aika memang tidak sekedar berkunjung, melainkan membuat rumahnya kembali rame karena ulahnya jail dan manjanya.Rasanya seperti kembali menjadi remaja, hanya bisa leyeh-leyeh sambil nonton tv, dan minta dibuatkan camilan pada Mama Desi."Mah, kripiknya abis. Masih ada, gak?"Dengarlah, itu adalah rengekan Aika entah untuk kesebarapa kali hari ini."Ambil sendiri di lemari dapur."Namun, bisa apa Mama Desi selain memberikan apa yang Aika mau. Karena semenyebalkan apapun gadis itu, dia tetap anak kesayangan Mama Desi.Lagipula, Aika juga tidak akan bisa diusir begitu saja. Karena watak gadis itu memang kadang seperti upil kerin
Mas Bos 121*Happy reading*"Mas Bos! Kenneth nakal!"Entah untuk keberapa kalinya hari ini. Kairo mendengkus kesal mendengar rengekan Aika. Tidak, lebih tepatnya melihat kelakuan istri dan adik kembarnya yang memang sepertinya tak bisa akur."Hish! Dasar tukang ngadu! Gitu aja ngerengek gimana mau punya anak lo?" Itu sahutan Kenneth yang membuat suasana antara mereka makin keruh."Dih, punya anak mah punya anak aja. Apa hubungannya sama tukang ngadu? Gak nyambung lo!" tukas Aika sengit."Eh, ya jelas ada hubungannyalah. Watak anak itu kan 80% nurun dari emaknya. Lah, kalau emaknya kayak elo. Gimana sama anaknya?"Kenneth memang julid seperti emak-emak kang ghibahin tetangga."Yang jelas bukan kayak lo!" Aika menukas galak. "Lagian lo sendiri gimana? Perasaan Bunda Karin sama Daddy Arjuna gak ngeselin kayak lo, deh. Kalem kayak Mas Bos gue. Nah, lo kok beda? Anak siapa lo? Anak pungut pasti!" Aika menambahkan tak ka
Mas Bos 122*Happy reading*"Tumben lo bisa, mengagumi tanpa memiliki. Biasanya gercep kalau soal cewek. Bukan lo banget!" sindir Kairo saat lagi-lagi mendapati Ken yang terus memperhatikan Rara dalam diam.Saat ini, Rara terlihat tengah tertawa-tawa kecil bersama Bunda Karina dan Kak Shanum, di salah satu Gazebo dekat taman.Tentu saja, siapa lagi yang sedang mereka tertawakan selain Aika. Karena di sini Aika memang pelawaknya. Meski kadang Bunda Karina juga tak kalah lucu dengan menantu pertamanya, namun tetap saja tidak akan bisa mengalahkan Aika yang memang sudah terbukti gesreknya. Kalian tentu sudah membuktikannya, iya kan?Sebenarnya, dulu Shanum juga kadang lucu seperti Bunda Karina. Namun sifat periang yang gadis itu miliki sepertinya sudah terenggut oleh sang suami dan keluarganya, dalam pernikahannya yang pilu.Itulah kenapa Daddy Arjuna sempat murka beberapa bulan lalu. Karena meras kecolongan dalam memilih pasangan u
Mas Bos 123*Happy Reading*"Mas Bos?""Hm ....""Kayaknya, Mama Desi lagi punya masalah, deh," cerita Aika, seraya menyandarkan kepalanya di dada bidang sang suami."Masalah apa?" Kairo menanggapi dengan santai, memeluk Aika dari belakang."Gak tahu. Mama Desi gak mau cerita," keluh Aika, sambil memainkan busa sabun yang ada di tangannya.Saat ini, kedua insan itu memang sedang mandi bersama, berendam dalam bathub penuh sabun seraya melepaskan penat dari rasa lelah hari ini."Maksudnya?" Kening Kairo berlipat samar mendengar keluhan istrinya."Ya ... gitu, Beberapa hari yang lalu kan Aika main ke rumah Mama Desi. Terus, pas lagi bahas cucu, Aika kan bilang kalau Mama kan sebentar lagi bakal dapet dari bang Aaron sama Novia. Eh, mukanya langsung mendung," ungkap Aika lagi dengan menggebu.Kairo terdiam sejenak, mencerna cerita Aika seraya ikut menebak apa yang sebenarnya tengah terjadi? Soalnya m