“Bunda?”
Kairo langsung berdiri dari duduknya. Saat menyadari kehadiran orang yang punya jasa tinggi melahirkannya.
Aika yang tanpa sadar meneguk ludah kelat, melihat tatapan ibu mertuanya yang biasa hangat. Kini sedikit dingin. Cuma sedikit ya Gengs. Gak banyak, kok. Soalnya Bunda Karina ini memang tidak bisa marah sepertinya. Dia selalu ceria dan penuh welas asih.
Makanya, lihat Bunda Karina sekarang tuh Aika rada shock. Ini tuh
Bunda Karina langsung meringis saat menyadari ucapannya. Setelah itu tertawa garing, seraya melirik Aika yang tampak bingung. “Heheheh ... maafin bunda, ya? Bunda nggak ada niat nyinggung hal itu, kok. Serius, deh! Tapi gimana lagi? Emang itulah cerita sebenarnya,” ungkap Bunda Karina kemudian. Aika pun kembali tersenyum maklum dan mengangguk pelan saja. “
“Mas Bos.” “Ya?” “Sarangheo!” Uhuk! Uhuk! Kairo pun auto tersedak kopinya sendiri. Saat mendengar ucapan Aika, disertai gaya anak zaman now, yang mengangkat kedua tangannya, menyatukannya di atas kepala hingga membentuk gambar hati. Benar-benar, ya? Ada apa sebenarnya dengan istrinya itu? Sejak ditinggalkan ngobrol dengan Bunda Karina, kelakuannya makin aneh saja. Membuat Kairo selalu merinding melihatnya. Jangan-jangan, dia kesurupan hantu rumah sakit!
“Mau besuk,” ucap Novia yang menyerahkan bunga pada Kairo. Namun, Kairo menepiskannya hingga berantakan di atas lantai. Dia bahkan menyeret Novia agar mau keluar dari kamar. Wanita itu sama sekali tidak melawan membuat Kairo jadi bertanya-tanya. Muslihat apa yang sedang Novia rencanakan. “Mau apa Kamu ke sini?” tanya Kairo ketika mereka sudah menjauh dari lift. “Saya hanya mau minta maaf sama Aika. Saya menyesal sudah buat ulah di depan kantor. Tolong sampaikan ke daddy kalau saya menyesal. Tolong jangan blacklist saya. Saya butuh pekerjaan,” mohon Novia dengan wajah sayu. “Itu semua tergantung daddy. Sebaiknya Kamu minta maaf saja secara langsung. Saya tidak bisa bantu
“Kamu siapa?” Aika beringsut, hendak memencet tombol untuk memanggil perawat. Dia ketakutan dengan kehadiran pria yang tiba-tiba masuk ke kamar rawatnya. Ketika laki-laki itu bersuara, Aika menyadari kalau pernah bertemu di Temanggung. “Aku hanya ingin minta maaf tanpa campur tangan suamimu. Aku merasa bersalah atas apa yang terjadi di masa lalu, juga ketika ketika di Temanggung. Aku lihat Kamu pucat pasi dan nyaris pingsan.” Benar, ‘kan? Ternyata mereka beneran pernah bertemu. Lalu, mau apa lagi pria ini menemuinya? Aika benar-benar ketakutan melihatnya. Bukan hanya karena di sana cuma ada mereka berdua.
“Aika, tenanglah! Saya bukan orang jahat. Saya ... suamimu.” Kairo memeluk Aika erat. Membisikan kata penenang terus menerus. Mencoba mengembalikan kewarasan istrinya. Sementara itu, dokter mulai berdatangan. Ikut memberikan pertolongan. Mereka menyuntik Aika dengan obat penenang, agar gadis itu bisa dikendalikan. “Lepaskan ....” Suara Aika mulai melemah, seiring reaksi obat penenang itu. “Tenanglah, sayang. Tenanglah. Saya tidak akan menyakitimu. Saya Mas Bos Kamu.” Kairo terus membisiki Aika ingatan itu, sambil memeluk Aika erat. Tak berniat melepaskannya sama sekali. Dia bahkan mengusap rambut Aika yang berantakan. Menciumi puncak kepala dalam dekapannya berkali-kali. Kairo tidak peduli kalau kemejanya basah oleh air
“Ma, dia siapa? Dia siapa? Tolong jauhkan dia dari Aika. Aika takut.” Aika beringsut ke dalam pelukan Mama Desi, seraya membenamkan wajahnya tak ingin melihat Kairo. Hati Kairo pun terhenyak seketika, pun orang-orang di sana. Mereka menatap Kairo dengan tatapan miris. Kasihan! “Mama, Aika takut.” Aika makin mengeratkan pelukannya pada Mama Desi. Membuat Mama Desi bingung harus melakukan apa. Jujur atau bohong? “Aika, sebenarnya ... dia itu—” “Sahabat Aaron. Saya yang mengantarkan kamu ke sini,” sambar Kairo untuk memutus ucapan Mama Desi. Laki-laki itu tahu apa yang dipikirkan Mama Desi dan keluarga Aika. Namun, bagi Kairo, stat
“Ka? Ada Kairo, nih. Datang mau jenguk Kamu!” teriak Aaron setelahnya. “Iya, Aika turun.” Terdengar sahutan dari Aika dari arah kamarnya, yang entah mengapa, malah membuat jantung Kairo berdetak cepat karenanya. “Eh, Kak Kairo. Selamat malam, Kak,” sapa Aika riang. Kini sudah mau menyapa Kairo tanpa adanya rasa takut lagi, bahkan sudah mau menampilkan senyumnya. Tidak. Sebenarnya, kalau boleh jujur. Aika masih sangat takut pada orang asing. Apalagi orang asing itu adalah seorang pria, Aika takut sekali. Akan tetapi, mama dan papanya terus meyakinkannya, kalau Kairo ini bukan orang jahat. Bahkan sangat baik pada keluarga mereka saat ini. Poin plusnya, Kairo ini teman kuliah kakaknya. Yang memang sering main ke rumah
Aika langsung terkesiap. Saat merasa sebuah tangan menyentuh pundaknya begitu saja. ia pun langsung menoleh dengan cepat, kemudian menemukan Mama Desi ternyata pelakunya. Sambil menatapnya penuh selidik. “Ma..ma?” Namun anehnya, Aika malah tergagap di tempat. Wanita itu gusar, seperti baru saja tercyduk sedang melakukan hal salah oleh Mama Desi. Mengintip, misal. Akan tetapi, memang itulah yang sebenarnya tengah Aika lakukan saat ini. Dia memang.... BRUM! Kemudian sebuah suara mesin mobil pun mengiterupsi mereka. Membuat dua wanita beda usia itu langsung melirik keluar jendela. Tak lama setelahnya, senyum penuh arti pun tersunggi