Share

Bab 6 Bantuan

Author: Alita novel
last update Last Updated: 2023-06-15 17:10:31

“Bukan begitu Bu. Tapi, tolong hargai Bunga sebagai istriku. Apalagi disini juga ada Satrio.” Aku tercenung sejenak mendapat pembelaan dari Mas Ragil. Ada apa gerangan hingga suamiku yang biasa cuek ini membelaku di depan Ibunya?

Tanpa mempedulikan pertengkaran di antara Ibu dan anak itu, aku segera masuk ke dalam kamar. Begitu juga dengan Satrio. Ku raih hp yang tergeletak di atas tempat tidur. Sejak tadi siang, aku sudah mengunduh aplkasi Tik Tik. Tapi, bukan itu tujuanku sekarang. Melainkan mengirim pesan pada Satrio.

[Kenapa Mas Ragil bisa takut sama kamu Yo?] Sepuluh menit menunggu tidak ada pesan balasan dari Satrio. Anak itu pasti belum tidur. Kenapa pesanku tidak kunjung di balas?

Aku jadi teringat pada makanan yang aku bawa masuk ke dalam kamar. Tidak ada lagi suara Ibu dan Mas Ragil di depan kamar. Aku membuka pintu lalu mengetuk pintu kamar Satrio dengan cepat.

Tok.. tok.. tokkk

Ketukku berulang kali. Tidak lama kemudian Satrio sudah membuka pintu kamar. Satrio membuka pintu sambil celingukan melihat keadaan sekitar.

“Kenapa sih mbak? Baru mau aku balas.” Aku menerobos masuk ke dalam kamar tamu yang di gunakan Satrio lalu meletakan makanan yang ia bawa tadi.

“Aku taruh di kamar kamu dulu. Biar nggak di ambil pencuri. Jangan lupa kunci pintu kamar.”

“Iya mbak.”

Setelah keluar dari kamar tamu, aku penasaran kemana perginya Mas Ragil dan Ibu mertuaku. Aku lalu berjalan ke arah dapur. Rupanya mereka sedang mengobrol di teras belakang.

“Apa? Kamu meminjam uang pada Satrio?” Jerit Ibu mertua yang membuat Mas Ragil menjadi kelabakan. Aku segera sembunyi di balik pintu dapur yang sedikit terbuka.

“Iya Bu. Kita harus bersikap baik pada Bunga di depan Satrio. Jika tidak Satrio akan menagih hutangku. Bahkan dia juga akan menghampiriku ke sekolah. Bisa malu aku kalau ketahuan punya hutang ke adik ipar sampai di tagih ke sekolah sana. Bisa malu aku sama murid-murid dan guru yang lain.”

Buk.. buk… buk…

Aku kembali mengintip saat mendengar suara pukulan yang keras. Rintihan Mas Ragil terdengar memekakan telinga.

“Maaf Bu.” Ucap Mas Ragil berulang kali.

“Berapa uang yang kamu pinjam dari Satrio? Terus kenapa kamu harus minjam uang? Ibu kan tidak pernah menuntutmu untuk memberi uang lebih.”

Ucapan Ibu mertuaku memang benar. Meskipun Bapak mertua tidak kerja dan hanya mengandalkan uang dari kedua anak lelakinya, Mas Ragil dan Mas Budi. Tapi, Ibu mertua termasuk orang yang hemat. Ia lebih suka memasukan uang pemberian anak-anaknya ke dalam tabungan. Jika masih ada sisa untuk belanja kebutuhan rumah.

Tabungan itu nantinya akan di serahkan pada cucu-cucu kesayangannya. Tentu saja bukan Mawar cucu kesayangannya. Sedangkan anakku sering di abaikan oleh Ibu mertua.

“Sepuluh juta aja. Waktu itu alasannya karena aku ingin membelikan mainan dan makanan yang enak untuk Mawar. Lalu, sisanya untuk tambahan beli motor baru.” Jawaban Mas Ragil terhenti sejenak.

“Lalu, untuk apa kamu meminjam yang sepuluh juta itu? Nyatanya kamu tidak membeli kendaraan baru kan?”

“Emm…” Mas Ragil terlihat sekali kebingungan menjawab pertanyaan Ibunya.

Aku jadi mencurigai sesuatu. Nanti aku harus memeriksa riwayat pesan Arum dengan Mas Ragil lagi.

“Untuk investasi saham Bu. Tapi, sayangnya gagal.”

“Gagal. Kok bisa?” Seru Ibu mertua tertahan.

“Ya bisalah Bu. Karena itu aku nggak bisa bayar hutang ke Satrio. Kan semua gajiku sudah aku berikan pada Ibu setelah mengambil uang jatah untuk Bunga.”

‘Pembohong.’

Padahal uang itu di berikan pada Arum. Aku masih bisa mendengar suara omelan Ibu mertua pada Mas Ragil. Daripada nanti aku ketahuan sedang menguping. Lebih baik aku masuk ke dalam saja.

Pagi harinya, aku sudah sibuk seperti biasa. Bedanya kali ini aku dan Mawar bisa menikmati sarapan yang enak berkat uang dari Satrio. Mas Ragil juga masih bersikap acuh seperti biasanya. Hanya saja pria itu kini lebih waspada dengan kehadiran Satrio.

Tiga hari kemudian, Satrio sudah pindah ke rumah salah satu warga yang di kontrakan. Aku juga mulai sibuk membuat konten Tik Tik. Konten pertama yang aku upload adalah cerita tentang awal perkenalanku dengan Mas Ragil.

Butuh waktu dua jam bagiku untuk merekam empat karakter dengan berganti kostum. Aku memerankan diriku sendiri, Mas Ragil, Ibu mertua dan Ibuku. Setelah mengedit video itu, aku menguploadnya di akun Tik Tik.

“Bismilahhirahminarrahim. Mudah-mudahan bisa dapat follower yang lumayan banyak.” Aku lalu mengungah video itu.

Siang harinya Satrio datang ke rumah. Dia memberikan bukti baru pesan yang di kirm Mas Ragil dan Arum. Saat pertama kali datang kesini, aku memang memberikan hp kedua Mas Ragil untuk di bajak Satrio. Lalu, malam harinya, giliran hp pertama suamiku yang di bajak.

“Ya Allah. Astaghfirullahalazdim.” Aku hanya bisa terus mengucap istighfar.

Ternyata hubungan mereka memang sudah sejauh itu. Air mataku tetap tidak bisa di bendung saat membaca pesan yang di kirim Arum pada suamiku itu.

[Te** Mbak Bunga sudah kendor ya mas.]

[Memang. Ngeselin banget. Mana anaknya perempuan.]

[Ya udah kita bertemu di kota besok yuk.]

“Sudah lega mbak?” Aku menganggukan kepala pada Satrio.

“Sudah. Aku pasti terlihat seperti wanita bodoh ya Yo. Karena mempertahankan pernikahan yang seperti neraka ini.” Satrio tidak menjawab pertanyaanku. Tangannya mengusap bahuku hingga aku merasa tenang.

“Jika aku mau sejak kemarin aku sudah meminta Mbak Bunga untuk berpisah dari si Ragil itu. Aku bahkan bersedia membiayai Mawar sampai Mbak Bunga bisa mandiri. Tapi, keputusan Mbak untuk bertahan saat ini bukan berarti Mbak Bunga wanita bodoh.” Aku menatap tidak mengerti ke arah Satrio.

“Anggap saja saat ini Mbak Bunga sedang mengumpulkan banyak bukti. Dari rekaman CCTV kecil yang aku pasang di rumah ini. Hingga bukti chat di antara Mas Ragil dan Arum. Jika Mbak Bunga sudah siap ke pengadilan, semua itu bisa di ajukan agar memperlancar proses perceraian. Dengan status Mas Ragil sebagai abdi negara akan membuat kalian sulit untuk bercerai. Karena itulah Mbak Bunga harus punya bukti yang kuat.”

“Kamu benar Yo.” Aku menatap Mawar yang sedang menggambar di buku gambar besar yang di belikan juga oleh Satrio.

“Oh iya. Coba buka akun Tik Tik mbak. Sudah dapat berapa follower?”

Aku segera mengeluarkan hp dari dalam saku. Ku buka video yang baru aku upload tiga jam lalu. Mataku seketika membulat saat melihat jumlah follower, like dan komentar di video itu.

“Alhamdulillah. Aku sudah dapat tiga ratus follower Yo.”

“Alhamdulillah. Kalau Mbak Bunga rajin upload hingga dapat ribuan follower, pasti banyak brand yang mau jasanya Mbak Bunga buat mengiklankan produk mereka.”

Sejak mendaftar hingga membuat konten, aku memang sudah di arahkan oleh Satrio. Meskipun ada beberapa hal yang belum aku pahami, setidaknya aku bisa mendulang sedikit pundi-pundi rupiah. Untuk tabungan sebelum aku resmi berpisah dengan Mas Ragil.

Kami bertiga lalu makan siang bersama. Sejak tadi Mawar terus berseru senang karena Satrio membelikan kami nasi padang. Makanan yang belum pernah aku coba lagi sejak menikah dengan Mas Ragil.

“Enak banget Bu.” Aku ikut tertawa mendengar tawa renyah Mawar.

“Mbak. Tolong ambil amplop ini.” Setelah makan siang kami selesai, Satrio memberikan sebuah amplop padaku.

Mataku membulat saat melihat uang dengan jumlah yang cukup banyak di dalam amplop.  “Kenapa kamu kasih mbak uang sebanyak ini Yo?”

“Pakai saja untuk memeriksakan Mawar ke rumah sakit di kota mbak. Jangan lupa beli vitaminya juga. Besok aku yang nganterin.” Aku memeluk Satrio karena terharu. Pertolongan dari Allah memang bisa datang dari mana saja.

“Ngapain di bawa ke rumah sakit. Mahal tahu. Mendingan di bawa ke puskesmas saja.” Perkataan Ibu mertua itu sukses menguraikan pelukan kami.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Wahyu Sudaryanti
knp satrio baru nongol skrng?? harusnya udah kroscek ke Bunga ketika suaminya pinjem duit tau satrio gajinya gede,suka ngirim ibunya,seharusnya ngirim buat ponakan jg kn?? wong pny rekening,pny hp bagus sampe kelaparan itu kn konyol temenqdikirimi adiknya lewat tetangga karena atm-nya dipegang suami
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Sikap Suami Yang Berbeda Padaku   Bab 99 End

    Lima tahun kemudian waktu sudah berlalu begitu cepat. Budi tidak pernah lagi bertemu dengan Tina. Karena desakan Pak Harto Budi sudah menceraikan Tina satu tahun setelah kepergian mantan istrinya itu. Budi juga sudah menikah dua kali. Sayangnya selalu gagal karena istri kedua dan ketiga Budi sama-sama tidak tahan dengan sifat Budi yang tempramen. Di tambah dengan sikap Arga dan Pak Harto yang sangat mengesalkan.Tina mengajak Arum dan Sofia pindah keluar pulau setelah Arum bebas dari penjara. Karena Sinta kukuh ingin menghukum Arum dan Andi, maka Arum di jatuhi hukuman selama dua tahun. Di luar pulau itulah Tina memulai usaha warung tegal bersama dengan Arum dan Sofia. Membuat hubungan Tina dengan Arum dan Sofia menjadi semakin dekat. Begitu juga dengan hubungan Arum dan Sofia yang sudah sangat erat.Ragil dan Bu Jumi sudah bebas dari penjara. Tabungan emas yang sempat di buat Ragil di tambah dengan menjual mobil cukup untuk melunasi kredit rumahnya. Kini hanya ada motor second yang m

  • Sikap Suami Yang Berbeda Padaku   Bab 98 Reuni

    Tubuh Tina terasa lemas saat polisi yang bertugas mengatakan jika Arum memang di tangkap karena menjadi wanita penghibur. Kasusnya adalah perselingkuhan dan perzinahan. Tidak hanya Arum yang di tangkap. Tapi, juga beberapa wanita lain yang berprofesi sebagai penghibur. Siska yang merupakan bos Arum berhasil melarikan diri agar tidak di mintai uang oleh Sinta, istri Andi yang memergoki Arum dengan suaminya.Karena Tina sudah mengirim pesan pada pengirim kontrakan akan mengubah jam pertemuan menjadi nanti malam, dia bisa pergi ke rumah tahanan tempat Arum kini di tahan. Tina tahu jika anak bungsunya memang bersalah. Tapi, sebagai seorang Ibu wanita itu tidak mau Arum masuk penjara seperti yang di alami oleh Ragil dan Bu Jumi.Untung saja sopir taksi mau menemaninya terus dan masih menunggu saat Tina masuk ke dalam rumah tahanan. Wanita itu mengisi daftar pengunjung lalu masuk ke dalam ruang tunggu. Disanalah ia akhirnya bisa bertemu dengan Arum setelah sekian bulan Ibu dan anak itu tida

  • Sikap Suami Yang Berbeda Padaku   Bab 97 Bantuan Satrio

    Dua hari kemudian Bunga benar-benar menghubungi Tina lagi. Tapi, bukan untuk memberi tahu tentang lokasi Arum. Melainkan Bunga mengirim nomor kontak Satrio karena akan lebih baik jika Tina berhubungan secara langsung dengan adik laki-laki Bunga itu. Karena ada kemungkinan Arum berpindah lokasi.Hari demi hari sudah berlalu. Tina tetap bersikap seperti biasa. Tidak ada barang yang ia masukan ke dalam koper. Karena Tina berniat untuk meninggalkan semua barangnya di rumah ini. Sama seperti yang di lakukan Bunga dulu agar bisa kabur dengan lebih mudah. Tina juga sudah memesan tiket pesawat secara online untuk keberangkatan siang hari. Karena hanya di waktu itulah Budi tidak ada di rumah.Jika ia pergi sampai sore atau malam hari, Arga dan Pak Harto juga tidak akan peduli dengannya. Mungkin saat Budi pulang ke rumah mereka baru akan mencarinya. Karena itulah kesempatan Tina sangat terbuka lebar untuk pergi. Dia hanya perlu mengambil buku tabungan yang di sembunyikan Budi di dalam toko swal

  • Sikap Suami Yang Berbeda Padaku   Bab 97 Maaf dari Tina

    Pagi ini Tina melaksanakan niatnya untuk pergi ke rumah Bu Rati menemui Bunga. Ia pergi setelah tidak ada orang lagi di rumah. Sehingga Tina tidak perlu menjelaskan alasannya pergi menemui Bunga setelah sekian lama mereka tidak pernah berhubungan lagi. Ia juga takut jika Budi akan melarangnya pergi menemui Bunga. Mengintat pertemuan terakhir mereka yang berakhit dengan pertengkaran dengan keluarga Bunga.Motor yang di kendarai Tina sudah berhenti di halaman rumah yang kini sudah tidak seluas dulu. Karena ada warung di sisi kanan halaman dan ruko untuk bimbingan belajar di sebelah kiri. Tampak beberapa orang yang tengah membeli jajanan pasar pada Asih. Tidak terlalu ramai, tapi beberapa orang terus berdatangan. Terlihat jajanan pasar dan gorengan yang di jajakan tinggal sedikit. Anak-anak juga bermain di teras ruko atau di halaman rumah tempat beberapa permainan berada.Tina turun dari motor lalu melepaskan helm yang di pakai. Ia masih memakai masker untuk menutup wajah saat melangkah

  • Sikap Suami Yang Berbeda Padaku   Bab 96 Tina dan Arum

    Hp yang ada di tangan Tina terjatuh saat ia melihat semua pesan yang di kirim pada Arum sudah berubah menjadi centang biru. Kelopak matanya mengerjap tidak percaya dengan apa yang sudah ia lihat. Buru-buru Tina meraih hpnya lagi. Memang benar nomor telpon Arum sudah aktif pagi ini. Hanya saja dari banyaknya pesan yang sudah ia kirim pada sang putri, tidak ada satu pun yang di balas. Tina kembali mengirim pesan untuk anak bungsunya itu. Sayangnya nomor telpon Arum sudah mati lagi. Membuat hatinya kembali merasa sedih. Sedetik kemudian Tina sudah menggelengkan kepalanya.“Tidak masalah. Dengan aktifnya hp Arum, aku bisa meminta bantuan untuk melacak lokasi terakhirnya.” Tina lalu memasukan hp dan dompet ke dalam tas. Ada tempat yang ia ingin kunjungi hari ini.Siang ini ia hanya sendirian saja di rumah. Budi sedang pergi bekerja. Sedangkan Pak Harto pergi bersama Arga entah kemana. Menghabiskan waktu berduaan dengan Kakungnya lalu pulang dengan membawa banyak barang. Padahal Arga bukan

  • Sikap Suami Yang Berbeda Padaku   Bab 95 Penangkapan

    "Ap, apa yang sedang kamu lakukan disini? Kenapa satpam mengijinkan orang lain masuk tanpa seijin dariku dulu. Aku akan complain pada manajemen gedung ini." Arum hendak segera menutup pintu kamarnya. Tapi, sudah di tahan oleh satpam sehingga Sinta bisa masuk dengan lebih leluasa. Meninggalkan Arum yang masih berdiri di belakang pintu apartemen itu."Jawabannya gampang. Karena hotel ini milik pamanku. Apa Mas Andi tidak pernah memberi tahu tentang harta kekayaan keluargaku? Apa dia hanya menyombongkan tentang gajinya yang di gunakan untuk membayiai kebutuhanku sebagai istri sahnya?" Tanya Sinta dengan nada sombong yang bisa mengatakan dengan tepat apa yang selalu di ucapkan oleh Andi padanya selama ini.Badan langsingnya melenggang santaidengan suara sepatu hak tinggi yang terdenagr keras. Sinta lalu duduk di sofa. Sama sekali tidak terlihat jika Sinta baru melahirkan satu minggu yang lalu. Karena badannya terlihat sangat ramping. Membuat Arum merasa sedikit iri dengan bentuk tubuh pro

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status