Katanya sedang berbulan madu, tapi tidak ada kesan bulan madu sama sekali, jangankan bulan madu, status sebagai suami istri saja tidak terlihat sama sekali. semua sibuk dengan urusannya masing-masing. Ronald sibuk dengan cinta pertamanya sementara Nadin sibuk dengan eksplorasinya menjelajahi kapal pesiar, kapan lagi ia bisa mendapat kesempatan untuk memasuki kapal raksasa itu secara gratis. Jika mengandalkan dirinya sendiri, mungkin kapal raksasa itu hanya bisa dilihatnya dari layar ponsel dan berada di dalamnya hanya sebuah khayalan. Untuk membeli tiketnya saja sudah menghabiskan seluruh gajinya yang hanya belasan juta. Di dalam kapal pesiar Bramasta ada beberapa aktivity coordinator yang mengatur jadwal kegiatan setiap hari untuk penumpang biasa. Mereka menyediakan koran yang berisi jadwal itu. Mulai dari bangun tidur sampai mau tidur lagi, mereka menyediakan aktivitas yang memungkinkan untuk dilakukan di atas kapal. Ada fasilitas olahraga seperti kolam renang anak-anak dan dewasa,
Setelah mengarungi lautan selama seminggu, akhirnya mereka tiba di tempat tujuan. Semua penumpang turun dari kapal pesiar, tidak terkecuali Ronald dan Nadin.Nadin tampak bingung harus kemana, ia hanya mengekor di belakang Ronald agar tidak tersesat. Meskipun harus menyaksikan pemandangan yang sedikit menyayat hati. Ronald bersama Nata, mereka tampak ceria bersama. Ronald sesekali tersenyum menanggapi omongan Nata, kadang juga tertawa, mungkin sesuatu yang mustahil untuk ia dapatkan dari Ronald. Setiap laki-laki itu berhadapan dengannya, wajah dan sorot matanya menjadi penuh kebencian dan dendam."Sampai kapan kau mau mengikuti kami?" Ucap Ronald tiba-tiba berhenti. Membuat Nadin menabraknya. Nadin meringis dengan tampang kesal."Aku tidak tau harus kemana? Biarkan aku mengikutimu. Anggap saja aku orang lain, aku tidak akan mengganggu keharmonisan kalian." Ucap Nadin, Ronald menanggapinya dengan tatapan mengejek, sementara Nata tersenyum mendengarnya."Terserah kau saja," Ronald menyer
"Terima kasih, Fer." Ucap Nadin saat tiba di depan hotel, rasa canggung masih menguasai dirinya."Tidak masalah, kau bisa memintaku mengantar jemputmu kapan pun kamu mau" Ferdi berucap dengan sungguh-sungguh. Nadin menanggapinya dengan senyum.Di saat yang sama, sebuah mobil juga menepi di sekitarnya. Pemiliknya adalah Ronald."Kalian terlihat sangat cocok untuk bersama." Ucapnya sinis begitu keluar dari mobil, ia melempar kunci pada seseorang yang bertugas memarkirkan mobilnya."Apa maksudmu?" Nadin tau, Ronald sedang mengolok-olok status mereka."Kalian sama-sama lahir dari rahim yang kotor." ucapnya sarkas disertai seringai menghina, ia lalu pergi meninggalkan keduanya.Mata Nadin memanas marah mendengar itu, ia hendak membalas, tapi Ferdi melerai."Percuma, Nad. Biarkan saja. Sebaiknya kamu ke atas dan istirahat, oke! Aku pergi dulu." Ucap Ferdi dengan tenang. Ia berbalik untuk masuk ke dalam mobil."Oke, Fer." Ucap Nadin, sambil menunggu kepergian Ferdi, ketika Ferdi hendak membaw
Tiga hari telah berlalu, akhirnya bulan madu yang tidak seperti bulan madu itu berakhir, pasangan yang tidak seperti telah menikah itu pun kembali ke kota kelahirannya menggunakan pesawat jet pribadi milik keluarga Bramasta, bagi Nadin itu adalah pengalaman pertamanya. Setidaknya di di statusnya sekarang ia bisa merasakan menjadi orang kaya. walaupun pernikahannya tidak bisa dikatakan sebagai sebuah pernikahan.Ronald membawa Nadin tinggal di rumahnya yang tampak mewah dan elegan. Nadin begitu takjub melihat semuanya, tapi ia tidak begitu senang karena ia tau sebenarnya ia sedang memasuki kandang harimau."Kumpulkan semua pekerja di rumah ini!" Titah Ronald pada Selfi. Perempuan itu menurut, hanya butuh beberapa menit saja, semua orang sudah berkumpul di ruangan mewah itu."Apakah semua orang sudah hadir?" Tanya Ronald sambil tersenyum, Nadin menangkap sesuatu yang tidak biasa dari senyumannya."Kalian semua boleh mengambil cuti untuk beberapa hari, saya sedang ingin mengosongkan ruma
Nadin tiba di kantor Bramasta, ia menghela nafas sebelum memasuki kantor itu, ia tidak tau apa yang akan terjadi padanya hari ini. Ia tau Ronald tidak akan membiarkannya tenang. Tapi ia harus tetap menghadapinya, ia berada di sana karena sebuah tanggung jawab dari perusahaan kecil bernama Mega Food milik Pak Bambang, tidak hanya tentang Mega Food, ia juga bertanggung jawab untuk meningkatkan marketing perusahaan Bramasta, karena ia sudah menjadi bagian dari Bramasta juga, untungnya Ia adalah wanita pekerja yang selalu totalitas pada tanggung jawabnya sehingga masalah pribadi tidak mempengaruhi pekerjaannya, ia bahkan masih bekerja dengan profesional saat Ronald mengajukan pernikahan tiga bulan lalu.Nadin sedang berkutat dengan komputer di depannya saat seorang rekan kerjanya berseru riang."Akhirnya gaji bulan ini turun juga!" "Iya, gajiku juga sudah masuk." Timpal yang lainnya.Nadin juga membuka mobile banking di ponselnya tapi saldonya tidak bertambah sama sekali, ia mengedarkan p
Beberapa hari kemudian, Nadin berhasil mendapatkan gajinya setelah berkali-kali bernegosiasi dengan staf keuangan sampai akhirnya gajinya itu dicairkan yang jumlahnya cukup fantastis, alasan ia begitu kekeh meminta gajinya adalah, ia ingin memberikan hadiah kepada ibunya dari hasil keringatnya sendiri, karena ibunya tengah berulang tahun.Ia selesai bersiap-siap di pagi hari, untungnya hari ulang tahun ibunya bertepatan dengan hari Minggu, jadi ia tidak perlu repot untuk mengambil cuti dari hari kerjanya."Mau kemana kamu?" Tanya Ronald berdiri di anak tangga yang terakhir sambil menekuk tangan di depan dada."Bukan urusanmu." Balas Nadin, ia mengikuti gaya bicara Ronald."Kamu pikir, kamu bisa melenggang dengan santai hari ini? Kamu punya banyak tugas, membersihkan rumah, memasak, mencuci, da banyak lagi, jadi tetap diam di rumah." "Aku tidak peduli, siapa suruh memberi cuti kepada para pelayanmu?" Ucap Nadin."Pokoknya kau tidak boleh ke mana-mana hari ini." Tegas Ronald."Ibuku ul
Nadin selesai berkutat di dapur, ia membawa makanan-makanan yang telah ia masak ke atas meja makan, setelah semua tertata rapi ia mengajak Ronald dan ibunya untuk makan. Selesai makan, mereka bermaksud untuk pamit, tapi Bu Sinta melarang dan memaksanya untuk menginap."Kamar kamu sempit sekali." Komentar Ronald saat memasuki kamar Nadin."Masih lebih luas dari kamarku saat di rumahmu." Balas Nadin. Ronald merasa sedikit bersalah, pulang nanti ia akan memberinya kamar yang lebih luas."Kamu tidur di kasur, saya akan tidur di sofa." Ucap Nadin seraya mendekati sofa minimalis di kamarnya."Oke." Ucap Ronald sambil berbaring, ia lelah setelah menyetir sendiri dari pagi hingga sore. Ia hanya ingin segera memejamkan matanya. Sementara Nadin, masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Beberapa saat kemudian ia keluar dan mendapati Ronald yang sedang tertidur pulas. "Sebenarnya kau bukan orang jahat kan?" Gumam Nadin, ia melepas kaos kaki Ronald, kemudian menghamparkan selimut di atas tub
Pagi sekali Ronald terbangun dari tidurnya, ia merasakan pegal di beberapa bagian tubuhnya setelah tidur di sofa, ia meliuk-liukkan tubuhnya sebentar agar merasa lebih baik, setelah melakukan itu ia terpekur karena mengingat kembali kejadian tadi malam, jelas-jelas ia telah merampas dengan paksa milik Nadin. Sebenarnya tidak masalah jika melakukan itu dengan Nadin karena mereka adalah pasangan yang sah, hanya saja caranya sangat salah, lagi pula awalnya ia hanya ingin bermain-main."Ayo, nak! Sarapan dulu, Nadin bilang kalian harus balik lebih awal kan?" Ajak Bu Sinta begitu melihat Ronald keluar dari kamar. "Oh, iya Bu." Ucap Ronald asal mengiyakan saja, sambil duduk di salah satu kursi yang ada di meja makan itu, matanya melirik Nadin yang sedang menyantap makanan yang sudah mau habis."Ayo cepat, bukannya kau punya urusan penting?" Timpal Nadin terkesan memaksakan diri untuk turut bersuara, sepertinya ia hanya ingin memperlihatkan pada ibunya kalau ia baik-baik saja."Iya, benar."