Share

Bagian 3 Terpesona

Penulis: Zizizaq
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-20 09:19:12

Nadin akhirnya menjejakkan kakinya di pelataran rumah sakit, ia datang sendiri setelah ayahnya memberi alamat. Rumah sakit itu sangat besar dan mewah. Pak Dion datang menjemputnya di lobi rumah sakit setelah Nadin memberitahu kehadirannya.

"Nadin!" Seru ayah menghampiri Nadin, wajahnya tampak lusuh, penampilannya juga tidak serapi biasanya. Apakah ayah akan berpenampilan seperti ini jika dirinya yang sakit? entah kenapa rasa iri tiba- tiba hinggap di hatinya.

"Ayah!" Hanya itu yang bisa ia katakan.

"Terima kasih, Nad! sudah mau datang" ucap Pak Dion sambil mengecup keningnya, ia kemudian membimbing langkah Nadin menuju lift.

Sebelum melalui prosedur donor darah, Pak Dion membawa Nadin ke ruang tunggu di mana ada keluarga dari istri pertamanya. Sebelumnya, Pak Dion memberi sebuah masker untuk ia kenakan, hatinya sedikit nyeri menerima benda itu, pasti Pak Dion melakukan itu agar kelurganya tidak mengenali Nadin.

Nadin mengikuti langkah ayahnya, ia memindai seluruh anggota keluarga dari istri pertama ayahnya, ada dua pasang kakek-kakek dan nenek-nenek, Nadin menebak salah satunya pasti orang tua Pak Dion, hatinya kembali nyeri, karena tidak bisa menyapa nenek dan kakeknya sendiri. Di sekitarnya ada seorang ibu paruh baya yang tampak sangat bersahaja, ia bisa menebak, itu pasti istri pertama ayahnya. wajar saja jika ayah mau berpaling darinya dan mau mempertahankan ibunya, kenyataannya ibunya memang jauh lebih cantik dari istri pertamanya itu, tubuh ibunya tinggi semampai, bahkan ibunya masih langsing di usianya sekarang, ia bersyukur menuruni bentuk tubuh ibunya.

Di sisi yang lain ada juga seorang anak cowok yang masih seusia anak remaja, ia dapat menebak, pasti itu adik laki-lakinya. Andai saja hubungan mereka tidak rumit, ia pasti menyapanya.

Mata Nadin menyorot salah satu yang paling terang dan mencolok di antara mereka, dia tampan, tinggi tegap, berhidung mancung, berwajah tegas, berkulit sawo matang, dengan aura yang berkharisma dan penampilannya berkelas. Pesonanya sungguh mematikan, Nadin tidak bisa memastikan siapa orang itu, mungkin dia kekasih atau bahkan suami kakaknya. laki- laki itu sungguh menarik perhatiannya, dan mengalihkan dunianya, Ia memalingkan muka saat laki-laki itu melihat ke arahnya.

"Mas, kamu datang? Apakah dia yang akan mendonorkan darah untuk anak kita?" Ucap wanita paruh baya itu menghampiri Pak Dion dan Nadin.

"Iya, Mah! Gadis ini yang akan menolong Tari" Ucap Pak Dion, ia sangat bisa mengontrol perasaannya, seperti orang yang sudah sangat pro berakting.

"Syukurlah, Mas. Akhirnya kamu menemukan pendonor yang cocok dengan Tari" ucap istri pertama Pak Dion, penuh syukur, ia sedikit menyunggingkan senyum di antara rasa sedihnya.

"Terima kasih ya, Tolong bantu Tari kami, semoga bantuanmu membuahkan hasil" Ucapnya pada Nadin, sorot matanya begitu lembut, pasti ini yang memutuskan Pak Dion melindungi keluarga mereka, ia wanita yang lembut dan sangat keibuan, sepertinya itu kelebihannya. Matanya yang sudah membengkak kembali mengeluarkan air mata.

"Iya, Tante. " Ucap Nadin membalasnya, lututnya agak gemetar menghadapi kakak madu ibunya itu.

Nadin dan Pak Dion akan mendatangi sebuah ruangan, di mana Nadin akan menjalani prosedur donor darah, tapi belum sempat ia membalikkan tubuhnya, seorang dokter yang ditemani beberapa perawat datang dengan buru-buru, mereka masuk ke ruangan Tari. semua orang berdiri dari tempatnya dengan wajah panik, laki-laki tampan yang menyedot perhatian Nadin itu juga berdiri, ia menahan salah satu perawat untuk bertanya.

"Apa yang terjadi Dok?" Tanyanya tidak kalah panik dari yang lainnya.

"Kami belum bisa memberi jawaban, Pak. Kami harus memeriksanya terlebih dahulu untuk memastikan apa yang terjadi pada pasien" ucap perawat itu, ia pun menyusul rekannya yang sudah masuk lebih dulu.

Ia terduduk lemas sembari menangkupkan kedua tangannya di wajah, Ia mungkin sedang berdoa untuk Tari, posisi itu sungguh keren di mata Nadin, ia membayangkan alangkah bahagianya jika ada orang setampan itu di sisinya, ia segera menampik pikirannya, bukan saatnya untuk berhalusinasi, keadaan sepertinya sedang di situasi genting.

Setelah beberapa saat, dokter keluar dari ruangan itu dengan wajah yang sangat tidak bersahabat. Semua orang segera berkerumun mendekatinya, untuk mendengar apa yang terjadi tidak ketinggalan juga Pak Dion.

"Mohon maaf, kami sudah berusaha sebisa mungkin, tapi ada masalah yang tiba-tiba terjadi, dan kami tidak dapat mengendalikan keadaan. Nona Tari tiba-tiba mengalami serangan jantung, dan itu membuat pembulu darahnya pecah dan..." Jelas Sang Dokter, ia memotong kalimatnya, ia memperhatikan semua orang yang tampak penasaran menanti kalimat selanjutnya,

"menyebabkannya meninggal" ucap Dokter, kemudian menarik nafas berat.

Pak Dion tampak sangat terpukul, tidak terkecuali laki-laki tampan itu yang sedari tadi menanti kabar dengan gelisah, ia bahkan sudah menangis tanpa suara.

"Tidak mungkin, Dok. Tolong selamatkan putri kami Dok!" Teriak istri pertama Pak Dion, ia menghampiri Nadin, Nadin bingung dibuatnya.

"Kami sudah menemukan pendonor yang cocok Dok, ini orangnya" istri Pak Dion menarik Nadin dan membawanya mendekati dokter, Nadin merasakan tangan ibu paruh baya itu dingin dan bergetar, ia pasti yang paling terpukul dari semua orang, Nadin yang merasa tidak siap terpaksa mengikutinya, ia menarik Nadin begitu saja hingga masker yang Nadin gunakan terlepas, segera Nadin membenahinya sebelum semua orang melihatnya, tapi mata laki-laki yang tampan itu sudah terlanjur melihat Nadin saat maskernya terbuka, meskipun sedih, Nadin menangkap tatapan aneh dari sorot matanya, laki- laki itu seperti memindai wajahnya.

"Mah, ini bukan tentang donor darah, Tari pergi karena serangan jantung" ucap Pak Dion, menyadarkan istri pertamanya, ia memeluk istrinya itu untuk menenangkan hatinya. Entah kenapa Nadin cemburu melihat adegan itu, padahal Nadin adalah anak Pak Dion, Nadin bukanlah Bu Sinta, tapi segera ia benahi perasaannya.

Satu persatu orang masuk ke ruangan di mana Tari berada, terdengar samar tangisan pilu yang tidak dapat terbendung dari dalam sana, tapi Nadin yang tertinggal sendirian di luar jadi bingung harus bagaimana, apakah tetap berada di tempat itu untuk menjadi penonton kematian seseorang sekaligus menyaksikan bagaimana hangatnya hubungan keluarga mereka, saling merangkul satu sama lain, meski sama- sama merasa sedih dan kehilangan, ia bahkan berpikir apakah ayahnya juga sesedih itu seandainya dirinya meninggal? apakah ada orang yang merasa kehilangan ketika dirinya yang pergi? mungkin hanya ibunya seorang, dari pada ia bingung harus berbuat apa dan memikirkan hal yang tidak jelas, akhirnya ia memutuskan untuk pergi saja. Jujur hatinya sangat penasaran ingin melihat rupa kakaknya yang bernama Tari itu untuk yang pertama dan terakhir kalinya, tapi melihat tidak ada yang peduli dengan kehadirannya, ia akhirnya memilih lebih baik pergi dari tempat itu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Siksaan Dari Tunangan Kakakku   Bab 32 Jangan berpisah lagi.

    Bu Mary berhasil menyulap Nadin menjadi sangat cantik yang pada dasarnya memang sudah cantik."Sekarang ganti baju, di dalam paper bag ada baju dan sepatu, mamah mau kau memakainya," untungnya Nadin membawa pemberian mertuanya itu bersamanya, tadi ia tidak sempat menyimpannya. Ia mengambilnya lalu mengeluarkan isinya, ternyata Bu Mary memberinya barang branded."Nah, pakai itu sekarang dan buang baju kedodoran yang kau pakai itu" "Iya, Mah" balasnya dengan kikuk."Cantik sekali, ini baru menantu mamah" puji Bu Mary mengagumi menantunya."Beginilah harusnya penampilanmu sehari-hari," sambung Bu Mary.Diperlakukan sedemikian baik oleh mertuanya membuatnya berfikir, 'Seandainya putranya juga bisa sebaik ini?' suara Nadin di dalam hati.Setelah semuanya selesai, mereka turun ke bawah untuk meminta penilaian Ronald yang sedang menunggu mereka untuk sarapan, Bu Mary sangat bersemangat menanti pujian dari putranya."Bagaimana penampilan istrimu? Cantik 'kan?" Seru Bu Mary saat tiba di had

  • Siksaan Dari Tunangan Kakakku   Bab 31 Jangan salahkan aku.

    "Ada apa denganku?" Nadin berucap dengan lirih merenungi apa yang terjadi pada dirinya. Ronald tampak tidak peduli."Ah, kenapa aku tiba-tiba merasa panas begini?" Nadin membuka blezer yang menutupi dress yang ia kenakan sambil mengipas tubuhnya menggunakan tangan."Kau sedang apa?" Ronald menoleh ke arahnya dan memindai keadaannya. "Aku tidak tau, aku merasa sangat tidak nyaman dan seluruh tubuhku seperti akan mengeluarkan aliran listrik." Nadin mulai tidak sabar dan ingin menurunkan tali dress yang menggantung di bahunya."Hentikan itu! kamu mau telanjang di sini?" Ronald berkata sambil menurunkan kecepatan laju mobilnya, Nadin masih bisa menurut di antara kesadarannya yang mulai samar."Sudah kubilang, aku kepanasan, coba bantu aku meredakan ini." Ia menggigit bibirnya sambil mengacak rambutnya demi meredam gelanyar aneh yang hampir menguasai dirinya."Kau pasti salah meminum atau memakan sesuatu," Ronald mulai menebak apa yang terjadi pada Nadin. Ia kembali mempercepat laju mobil

  • Siksaan Dari Tunangan Kakakku   Bab 30 Rencana rekan kerja

    Malam pun tiba, Nadin memasuki sebuah bangunan yang tidak begitu besar, tapi tatanannya yang estetik membuat nyaman berada di dalamnya. Ia mendekati meja yang sudah ada beberapa rekan kerja yang sedang menunggu, ia bersyukur karena tidak ada yang menyinggung masalah CEO mereka, mungkin belum karena perhatian mereka masih terfokus pada pemeran utama yang sedang berulang tahun belum hadir, tapi beberapa saat kemudian Pak Hery akhirnya tiba. Ferdi juga datang setelahnya."Hai, Fer!" sapa Nadin."Gimana? CEO kita bisa datang nggak?" bisik Ferdi, Nadin segera melotot padanya dan berkata, "jangan dibahas, aku sedang berharap mereka melupakannya" Nadin sedikit mencondongkan tubuhnya ke arah Ferdi agar semua orang tidak mendengar suaranya membuat Ferdi tertawa ringan."Ayo pesan menu-menu yang ada, kita akan berpesta malam ini" seru Pak Hery, sambil mengambil buku menu, ia memilih beberapa dan menawarkan kepada yang lainnya juga, seorang pelayan sudah bersiap mencatat setiap menu yang disebutk

  • Siksaan Dari Tunangan Kakakku   Bagian 29 Permintaan Rekan Kerja

    Nadin telah kembali dari rumah sakit setelah mendapatkan perawatan selama dua hari, hanya Selfi yang selalu setia menemaninya selama dirinya dirawat, Selfi juga yang mengantarnya pulang saat ini, ia tidak memberitahu orang tuanya tentang keadaannya karena tidak ingin membuat mereka khawatir. Adapun Ronald, ia tidak pernah sekalipun datang menjenguknya, ia telah menyerahkan semua pengurusan Nadin kepada Selfi. Saat tiba di rumah Ronald, Nadin berniat langsung masuk ke kamarnya. Tapi ia menghentikan langkahnya saat berpapasan dengan Ronald, ia hendak tersenyum pada Ronald dan mengucapkan terima kasih, mengingat Ronald sudah menolongnya beberapa waktu lalu, tapi ternyata Ronald hanya menatapnya dingin itu pun hanya sejenak lalu pergi begitu saja, ia akhirnya menarik kembali guratan senyum yang hendak timbul serta membuang niatnya untuk mengucapkan terima kasih. Matanya memperhatikan kepergian Ronald dan melihat ada memar dan luka gores di tangan Ronald."Aku pikir dia sudah le

  • Siksaan Dari Tunangan Kakakku   Bagian 28 Terasa Hangat

    Hari telah berganti, Rencana Nadin agar terusir dari rumah Ronald gagal total, ia juga menyerah. Akhirnya ia pasrah menjalani kehidupannya.Hari ini ia kembali berangkat ke perusahaan untuk bekerja seperti biasanya. Berangkat sendiri menggunakan kendaraan umum. Berbeda dengan Ronald yang berangkat dengan kendaraan pribadi kadang dengan sopir kadang juga menyetir sendiri.Ketika mobil yang membawa Nadin tiba di depan kantor Bramasta, ia turun lalu membayar ongkosnya, saat mobil itu telah pergi, sebuah mobil lain bergerak ke arahnya, karena penasaran, ia menunggu mobil itu berhenti tanpa ada rasa curiga sama sekali. Saat mobil itu tiba tepat di depannya, orang dari dalam mobil membuka pintu dan menariknya masuk dengan paksa, ia sempat berontak dan berteriak tapi segera mulutnya disekap oleh orang yang berada di dalam mobil dan membiusnya hingga pingsan.Selfi mengetahui itu dari karyawan yang melihat kejadian, ia melaporkannya pada Ronald."Pak, ada yang melihat Bu Nadin, dibawa pergi ol

  • Siksaan Dari Tunangan Kakakku   Bagian 27 Gagal Total

    Satu Minggu telah berlalu. Selama seminggu itu Nadin sangat setia mengurus keperluan Ronald dengan telaten, ia juga menahan diri untuk melancarkan rencananya. Berkatnya Ronald bisa sembuh dengan cepat, gips di kakinya pun sudah dilepas, ia sudah bisa beraktivitas seperti biasanya. Hari itu ia mulai datang ke perusahaan, ia datang bersama Nadin, mereka datang bersama atas perintah Ronald, karena semua orang tau Nadin adalah istri yang merawatnya selama kakinya sakit. Semua orang tampak menunggu kedatangannya, mereka semua memberi ucapan selamat atas kedatangannya kembali ke perusahaan ataupun ucapan selamat atas kesembuhannya, tidak sedikit juga yang memberinya hadiah, ia menerima semua hadiah-hadiah itu lalu menyerahkannya pada Selfi untuk disimpan. Saat dirawat di rumah pun sudah banyak yang datang menjenguk tapi yang datang rata-rata para petinggi di perusahaan, salah satunya adalah ayah Nata. Semua orang hanya memperhatikan Ronald, ia seperti bulan di antara para bintang, sepertinya

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status