Home / Romansa / Siksaan Dari Tunangan Kakakku / Bagian 2 Permintaan Ayah

Share

Bagian 2 Permintaan Ayah

Author: Zizizaq
last update Last Updated: 2023-07-20 08:10:40

Beberapa hari kemudian..

Seperti biasanya, Pak Dion datang mengunjungi Nadin dan ibunya hanya sekali dalam seminggu, Nadin pikir selama ini Pak Dion adalah orang yang sangat sibuk, jadi mereka hanya bisa berkumpul sekali dalam seminggu, ternyata alasannya karena mereka adalah keluarga yang yang tidak diinginkan yang keberadaannya di dunia ini harus disembunyikan. Ada sedikit rasa nyeri di dalam hatinya jika mengingat itu.

"Ayah datang?" ucap Nadin ketika melihat ayahnya di meja makan.

"Iya, Sayang. Ternyata kamu sudah bangun." kata Pak Dion membalas Nadin, ia menghampiri Nadin lalu mengecup keningnya, Pak Dion memang sehangat itu, sampai Nadin sudah sebesar ini pun ia masih memperlakukannya seperti putri kecilnya, Nadin selalu menyambutnya dengan ceria dan manja, tapi sekarang ada rasa enggan untuk melakukan itu lagi.

"Kapan ayah datang?" Tanya Nadin berpura-pura tidak tahu segalanya, dan membuat suasana berjalan seperti biasa, memangnya dia harus bagaimana lagi, semua sudah terlanjur bahkan sudah berjalan selama dua puluh tiga tahun lamanya, bukan sesuatu yang baru terjadi kemarin.

"Ayah datang semalam saat kamu sudah tidur" ucapnya seraya tersenyum. Nadin membalasnya, senyuman kali ini tidak seleluasa biasanya.

"Bagaimana kabar ayah? Nadin dengar ayah sakit, maaf karena Nadin tidak bisa menemani ayah." Tanya Nadin lagi. Ia terdengar ingin memojokkan ayahnya.

"Tidak apa-apa, itu hanya sakit tipes. Hanya butuh perawatan biasa beberapa hari, sekarang ayah sudah lebih sehat " ucap Pak Dion lalu memalingkan wajah, sepertinya ia tak ingin diinterogasi lebih jauh oleh Nadin.

"Mas, Nadin, ayo sarapan dulu!" Seru Bu Sinta keluar dari dapur dengan nampan berisi makanan dan minumam di atasnya.

"Ayo kita sarapan, Sayang!" Ajak Pak Dion, meminta Nadin ikut ke meja makan, Nadin menurutinya.

Selama sarapan berlangsung, suasana tidak sehangat dan seramai biasanya, Nadin yang selalu berceloteh banyak menjadi pendiam, Pak Dion yang selalu merentetinya dengan pertanyaan juga diam, ibunya yang selalu antusias mendengarkan mereka tampak biasa saja, sampai ibunya memecah yang keheningan itu.

"Mas! Nadin sudah tahu segalanya, semalam aku memberitahunya" ucap Bu Sinta membuat Pak Dion memandang mereka secara bergantian sementara itu Nadin hanya diam menekuri makanan di piringnya. Ia tampak tidak tertarik.

"Kamu tidak perlu merasa bingung Mas, kami tau kamu sangat berusaha membahagiakan kami selama ini, jadi kami tidak masalah, walaupun Nadin sudah tau tidak akan ada yang berubah di antara kita. Iya kan Nad?" ucap Bu Sinta.

"Iya Bu. Nadin baik-baik saja, kok" jawab Nadin dengan enggan. Hatinya belum benar-benar menerima kenyataan ini.

"Syukurlah! terima kasih, Sayang. terima kasih karena kamu mau memahami keadaan ayah, maafkan ayah ya, Nad." Ucap Pak Dion, sepertinya ia tidak bisa mengucapkan apa-apa selain terima kasih dan maaf, ia merasa Nadin sudah tidak butuh penjelasan karena semua sudah dijelaskan oleh ibunya.

Setelah mereka selesai sarapan, semua kembali melakoni aktifitas seperti biasa, tidak ada yang mau membahas masalah yang baru saja terkuak, lagi pula solusi apa yang bisa menghapus jejak dosa Pak Dion dan Bu Sinta? Nadin hanya bisa menerima kenyataan pahit ini.

Nadin pergi bekerja, ibunya juga bekerja, sementara ayah entah kemana ia pergi, mungkin ia kembali ke rumah istri pertamanya setelah memberikan waktunya yang sedikit kepada Nadin dan ibunya, Nadin tidak pernah tau urusan ayahnya kecuali ia bernama Dion dan mengunjunginya sekali dalam seminggu, untungnya kebutuhan selalu dicukupi oleh ayahnya, ia dan ibunya bekerja hanya sekedar mengisi kekosongan saja.

Dering ponsel membuyarkan konsentrasi Nadin di kala bekerja. Ia melihat kontak ayahnya menari-nari di muka layar benda pipih itu.

"Halo, Nad!" Ucap Pak Dion di seberang telpon, setelah Nadin menyentuh icon berwarna hijau di layar ponselnya, Pak Dion terdengar panik.

"Iya, ayah Ada apa?" Ucap Nadin menyambutnya dingin.

"Nadin! ayah ingin minta bantuanmu, Sayang. Ini mungkin terdengar tidak masuk akal tapi kamu satu-satunya harapan ayah" ucap Pak Dion terdengar buru-buru.

"Buntuan apa ayah? Kalau Nadin bisa pasti Nadin akan bantu" ucap Nadin masih setia menunggu Pak Dion bicara, sebenarnya bantuan apa yang diinginkan Pak Dion.

"Tari mengalami kecelakaan naas, Nad. Dia kritis dan kehilangan banyak darah" jelas Pak Dion.

"Tari itu siapa, Yah? Terus Nadin harus bantu apa?" Tanya Nadin, tapi hatinya sudah menebak, pasti dia salah satu orang terdekat ayah.

"Tari adalah kakakmu, Sayang" ucap Pak Dion. Nadin diam saja, memangnya ia harus apa? Menangis karena tau dirinya punya saudara yang begitu diperhatikan oleh ayahnya sendiri. Meski hatinya sakit, Nadin tidak sampai menangis.

"Nadin...!?" seru Pak Dion terdengar putus asa. Sepertinya ia takut Nadin akan menolak.

"Sudahkah ayah mengatakan ini pada ibu?" Tanya Nadin, ia hanya mengulur waktu untuk berpikir.

"Ibumu tidak akan setuju, karena itu ayah langsung menghubungimu, lagi pula kau sudah dewasa dan bisa memutuskan sesuatu sendiri" ucap ayah, membuatnya terdiam lagi.

"Kenapa harus Nadin ayah? Ayah tau posisi kami, bukankah Nadin tidak boleh muncul dihadapan..." Suara Nadin terpotong, ia tidak sanggup mengucapkan keluarga ayahnya dari istri pertamanya.

"keluarga ayah?" akhirnya kata itu meluncur dengan susah payah.

"Ayah bisa minta tolong pada orang lain" lanjut Nadin menahan emosi.

"Tidak ada pilihan lain, Nad." ucap Pak Dion terdengar putus asa. Nadin terdiam lagi, apakah keluarganya begitu hina, sampai untuk muncul saja harus menunggu saat keadaan yang harus memaksa, saat ia satu-satunya yang menjadi pilihan terakhir? andai saja ada pilihan yang lain pasti ayahnya tetap tidak mengizinkannya keluar dari persembunyiannya.

"Golongan darah kalian sama dan cukup langka, sementara itu stoknya sedang kosong di rumah sakit ini, golongan darah kalian menuruni milik ayah, tapi ayah tidak bisa membantunya karena ayah sedang pemulihan setelah sakit tipes kemarin, jadi kamu satu-satunya harapan ayah, Nad" jelas Pak Dion, sangat berharap pada Nadin, Nadin sangat ingin menolak demi harga dirinya, tapi hati nuraninya tidak tega, terlepas dari saudara atau bukan, Tari yang membutuhkan pertolongan adalah manusia yang berhak hidup seperti dirinya.

"Baik ayah" kalimat itu meluncur dari mulut Nadin begitu saja.

"Terima kasih, Sayang" lirih Pak Dion terdengar sangat bersyukur, tapi ia mungkin merasa bersalah secara bersamaan.

"Ayah, tolong rahasiakan ini dari ibu, Nadin takut ibu kecewa pada Nadin." Ucap Nadin.

"Iya, Sayang. Maafkan ayah membuatmu terlibat dalam urusan keluarga ayah" ucap Pak Dion, membuat Nadin ingin menangis, kalau yang di sana keluarga ayah, lalu dia dan ibunya sebagai apa di mata ayahnya? kenapa takdir membuat kehidupannya berbeda? ia merasa dunia ini sungguh tidak adil, seandainya kalau situasinya dibalik menjadi dirinya yang berada di posisi Tari, apakah ayahnya bisa meminta tolong pada Tari untuk menyelamatkan hidupnya? hatinya nyeri memikirkan itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Siksaan Dari Tunangan Kakakku   Bab 42 Dia cocok denganmu.

    Hari-hari berikutnya kehidupan Ronald dan Nadin berkembang lebih baik, Ronald tidak usil lagi dan Nadin merasa lebih aman dari sebelumnya. Nadin sedang bekerja di kantor seperti sebelumnya, kali ini pekerjaannya lebih banyak karena produk baru dari Mega Food ditambah tuntutan target Marketing dari Bramasta. Di awal bergabung dengan perusahaan Bramasta ia senagaja diberi tugas lebih banyak oleh Ronald dan masih berlangsung hingga sekarang. Ia pikir hubungan mereka sudah lebih baik sekarang jadi ia berniat meminta pada Ronald agar pekerjaannya dikurangi. Saat ia sedang sibuk-sibuknya, seorang wanita paruh baya tiba-tiba mendekatinya dengan tatapan jijik, ia mengenal wanita itu, ia menegang seketika. "Jadi kamu putri perempuan itu? Bisa-bisanya dia menipuku selama bertahun-tahun." Mata Bu Ratih berkaca-kaca. Nadin diam saja karena ia sudah mengerti segalanya, selain Bu Ratih ada ayahnya juga. Ayahnya mencoba menenangkan Bu Ratih tapi sia-sia. Pak Dion malah melihat Nadin dengan ta

  • Siksaan Dari Tunangan Kakakku   Bab 41 indah tapi semu

    Malam semakin larut, Nadin sudah masuk ke kamarnya tanpa mengajak Ronald, akhirnya Ronald pergi ke kamar tamu. Ia tidak bisa memejamkan matanya, ia mengingat saat pertama kali ke rumah itu dan memaksa Nadin melayaninya, dan itu kesalahan paling fatal yang ia lakukan pada Nadin. Ia bangun dari pembaringannya, ia merasa tidak nyaman dengan pakaian formal yang ia gunakan tapi ia lupa membawa baju ganti karena buru-buru ingin mendahului Nadin tiba lebih dulu. Ia hanya menggulung kemejanya hingga siku, ia lalu keluar dari kamar Karena merasa begitu bosan. Ternyata ada Nadin di dapur sedang membuat mie rebus, Nadin merasa penampilan Ronald yang paling terbaik adalah saat ia menggulung lengan kemejanya seperti saat pertama kali ia melihatnya waktu itu. Tapi ia abaikan lalu berkata, "Kenapa belum tidur?" Tangannya sibuk mengaduk panci di atas kompor. "Belum ngantuk," jawab Ronald seadanya. Ia lalu melanjutkan, "Buatkan untukku juga." "Kamu tidak boleh memakan makanan cepat saji,"

  • Siksaan Dari Tunangan Kakakku   Bab 40 Salah Paham

    Nadin membelah jalan raya menuju kota kecil tempat kelahirannya untuk menemui ibunya. Ketika tiba di tujuan ia dikagetkan oleh sebuah mobil yang ia kenal, sedang terparkir di depan rumah ibunya. Ia panik dan buru-buru keluar dari mobilnya dan ingin segera masuk ke rumah, saat ia mencoba membuka pintu ternyata tidak terkunci, tidak biasanya ibunya tidak mengunci pintu, suasana semakin mencekam karena ruangan gelap dan ia tidak menemukan siapa-siapa. "Bu..!" seru Nadin tapi tidak ada jawaban. Ia ke kamar ibunya dan tidak juga menemukannya. Ia melihat lampu kamarnya menyala, biasanya lampu kamarnya tidak pernah dinyalakan saat ia tidak ada. Ia membuka pintu kamarnya dan menemukan Ronald sedang membaca buku miliknya. "Kenapa kamu bisa ada di sini? Dimana ibuku? Apa yang kamu lakukan padanya?" Teriak Nadin hampir dengan perasaan campur aduk, Ia menuduh Ronald karena ia tahu betul niat Ronald yang selama ini ingin menghancurkan keluarga kecilnya untuk membalas Tari. Kalau bukan karen

  • Siksaan Dari Tunangan Kakakku   Bab 39 Lebih akrab.

    Ronald dan Nadin mengakhiri perdebatan dengan diam, dalam diam Ronald berpikir tidak akan ada yang rugi jika ingin mempertahankan pernikahan karena Nadin tidak memiliki hubungan dengan siapapun sementara dirinya sudah tidak memiliki cinta lagi setelah kepergian Tari dan jika berpisah, justru kenangan pahit masa lalu yang membuatnya trauma akan ia lakukan sendiri. Sepertinya akan menjadi Boomerang baru dalam hidupnya, jadi apa salahnya melanjutkannya sebentar lagi sampai benar-benar tidak ada pilihan lagi. Menurutnya Ferdi maupun Nata bukan masalah baginya. "Bukannya kamu membuat sarapan untukku, aku ingin mencobanya," ucap Ronald memecah sunyi. "Iya benar," balas Nadin gelagapan karena ia juga sibuk dengan pikirannya sendiri. "Aku ingin mencobanya." Ronald bangkit dari tempat tidur lalu beranjak ke meja makan. Nadin sampai melongo dibuatnya, ia penasaran rencana busuk apalagi yang akan Ronald lakukan padanya. Tidak mungkin ia bisa berubah menjadi baik hanya dalam semalam, bahkan

  • Siksaan Dari Tunangan Kakakku   Bab 38 Masa lalu.

    Malam berlalu begitu cepat, Nadin mengangkat tubuhnya agar terbangun. Ia melihat Ronald masih tidur di atas kasur. Ia membawa selimut untuk menyelimutinya, ia lalu menatap suaminya itu sambil berkata dengan pelan, "Apakah kamu sudah menyerah dengan balas dendam? Bolehkah kita berpisah saja? Kalau begini terus bukankah kita hanya akan membuang-buang waktu untuk saling menyakiti?" Ia masih mengingat perkataan Ronald yang menyuruhnya balas dendam. Setelah mengutarakan isi hatinya ia bangkit lalu ke kamar mandi setelah itu ia ke dapur untuk membuat makanan yang cocok untuk Ronald, ia sempatkan diri mencari-cari olahan makanan yang bagus untuk orang yang baru selesai melakukan operasi lambung. Ronald sebenarnya sudah terjaga dari tadi dan berpura-pura tidur saat mengetahui Nadin sudah bangun, ia membuka mata begitu Nadin keluar dari kamar. Ia berpikir sejenak untuk merenungi ucapan Nadin barusan, ia sempat berpikir untuk melepaskan Nadin saja, artinya ia akan melakukan hal yang paling

  • Siksaan Dari Tunangan Kakakku   Bab 37 Lebih serius

    Beberapa hari telah berlalu, Ronald sudah diperbolehkan pulang, Nata setia menemaninya. Namun pekerjaan membuatnya tidak bisa menemaninya lebih lama lagi, ia harus kembali berlayat sore itu juga. Ketika Ronald tiba di rumahnya, ia berhenti sebentar untuk mengamati sekitar, ia hanya melihat pelayan yang segera menyambutnya. Ronald membalas dengan senyuman singkat setelah itu pergi ke kamarnya. Begitu membuka pintu kamar ia melihat manusia yang ia cari sedang terbalut selimut di atas tempat tidurnya padahal sudah waktu masih menunjukkan pukul sembilan malam, sepertinya Nadin sangat menikmati kehidupan saat tidak ada dirinya. Ronald mendekat dan langsung menarik selimut dengan keras, membuat Nadin jatuh ke lantai. "Auhh," rintihannya kesakitan, ia memeriksa bagian tubuhnya yang terasa sakit lalu berkata, "Kukira aku sedang bermimpi jatuh dari tempat tidur ternyata ini nyata." ia mencari penyebabnya dan malah melihat Ronald sedang berkacak pinggang di belakangnya, Nadin tahu ia pa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status