Share

Silakan Ambil Suamiku, Mbak!
Silakan Ambil Suamiku, Mbak!
Author: empat2887

Bab 1

Author: empat2887
last update Last Updated: 2023-03-08 22:40:56

"Mila, mana sarapannya, kok belum ada apa-apa sih? Apa kamu tidak masak ya? Kenapa, aku kan laper?" tanya Mbak Wina.

Ia bertanya, saat aku sedang mencuci piring di wastafel. Mbak Wina merupakan Kakak ipar suamiku, yang semenjak suaminya meninggal karena serangan jantung, ia meminta untuk tinggal bersamaku. Sebenarnya tidak apa-apa dia tinggal dirumahku, jika saja dia sadar diri, kalau dia itu sedang numpang di rumah ini.

Tapi ini apa? Dia malah menganggap aku seperti pembantunya. Mbak Wina selalu minta ini minta itu dan itu, serta aku harus mau meladeninya. Mas Reno juga tidak pernah peka padaku. Setiap kali aku curhat kepadanya, tentang kekakuan Kakak iparnya ini, ia malah menceramahiku ini dan itu, hingga membuat aku muak mendengarnya.

"Maaf ya, Mbak. Aku ini bukan pembantu kamu, jadi kalau kamu mau sarapan atau apapun silakan masak dan buat sendiri."

"Lho, kok kamu begitu sih? Aku ini tamu lho di rumah ini, masa iya sih aku harus apa-apa sendiri? Kamu sebagai pemilik rumah ngapain saja, kok tega banget sih ngebiarin tamunya kelaparan?" tanyanya lagi.

"Iya, Mbak Wina, kamu memang tamu di sini. Tapi kamu itu tamu yang tidak tau malu," ujarku lagi.

Aku berkata demikian, sambil pergi meninggalkankannya. Aku malas, jika harus berdebat dengannya karena hal ini.

"Mila, awas ya kamu. Lihat saja nanti, aku akan memberitahu Reno dan juga Ibu, kalau kamu memperlakukan aku dengan buruk," ancamnya.

Aku pun berhenti, saat Mbak Wina berkata seperti itu. Ia memang selalu mengatakan hal serupa, jika aku tidak mau meladeninya. Mas Reno dan juga Ibu mertua, yang selalu menjadi tamengnya, supaya aku menuruti semua keinginannya. Aku pun kini berbalik, kemudian menghampirinya.

"Apa, Mbak, coba deh kamu ulangi lagi? Soalnya tadi aku tidak mendengarnya," pintaku.

"Dasar tul* kamu, Mila. Aku bilang, kalau kamu tidak mau membuatkan aku sarapan untukku. Aku akan bilang sama Ibu dan juga Reno, kalau kamu memperlakukan aku dengan buruk," teriak Mbak Wina, sambik mengulang kata-katanya.

Ia menuruti perintahku dan kembali mengulang perkataannya, padahal aku hanya berpura-pura saja tidak mendengar perkataannya.

"Oh begitu ya, Mbak. Terus, aku harus bilang wow gitu?" tanyaku, dengan nada meledek.

"Apa maksud kamu, Mila? Kamu tidak takut, jika aku laporkan sama mereka," tanya Mbak Wina, ia malah balik bertanya kepadaku.

"Nggak, aku tidak takut. Begini ya, Mbak. Mau kamu lapor sama Ibu, ataupun lapor sama Mas Reno. Bodo amat, aku tidak peduli," bentakku.

Setelah berkata seperti itu aku langsung kembali pergi, kembali meninggalkan Mbak Wina yang sedang bengong. Mungkin ia tidak menyangka, dengan apa yang aku katakan barusan. Karena biasanya aku akan luluh dan menuruti perintahnya, jika mendengar ancaman darinya, yang mengatakan akan memberitahu suami dan juga mertuaku.

Tapi kini aku tidak peduli, mau dia melaporkan aku sama siapapun, aku sudah tidak takut lagi. Hati aku kini sudah mantap, aku akan melawan siapapun, yang sekiranya membuat hidupku tidak nyaman. Aku tidak mau lagi menjadi babu, di dalam rumahku sendiri. Aku pun berjalan menuju kamar, aku duduk di sofa yang ada di kamarku, sambil memainkan handphone.

***

"Mila, kamu itu apa-apaan sih? Kenapa kamu tidak membuatkan sarapan untuk Mbak Mila?" tanya Mas Reno.

"Iya, kamu itu jahat banget sih, Mila. Wina ini sudah kehilangan suaminya, seharusnya kamu itu menghiburnya, jangan malah membuat dia sedih. Kamu itu saudara apaan sih, kok kamu tega banget melihat saudaranya bersedih?" timpal Bu Risma, yang merupakan mertuaku.

Suami dan mertuaku membela Mbak Wina, yang merupakan menantu kesayangan dari mertuaku ini. Sedangkan aku, hanya dianggap menantu tidak berguna dan selalu dipandang sebelah mata.

"Ibu, Reno, sepertinya Mila memang tidak suka, kalau aku berlama-lama tinggal dirumah ini. Makanya Mila berbuat seperti itu," adu Mbak Wina, dengan raut muka memelas.

"Kalau memang iya memang kenapa, Mbak? Jujur ya, semenjak kamu tinggal di rumahku. Rumah tanggaku tidak pernah nyaman, selalu saja ada perdebatan antara aku, Mas Reno dan juga Ibu. Setiap perdebatan juga semuanya diawali karena kamu, Mbak. Sadar dong, Mbak. Kalau kamu itu selalu menjadi biang keroknya. Asal kamu tahu, aku malas meladeni kamu, sebab kanu selalu menganggap, kalau aku adalah babu kamu," ungkapku.

Aku panjang lebar mengungkapkan, apa yang ada di hatiku. Membuat Mbak Wina pun melongo, saat mendengar penuturanku. Jangankan Mbak Wina, mertua serta suamiku matanya langsung membola, saat mendengar penuturanku tersebut

"Ibu, Reno, kalian denger sendiri bukan, kalau Mila itu tidak suka sama aku? Jadi lebih baik aku pergi dari rumah ini, dari pada membuat rumah tangga Reno dan Mila hancur," papar Mbak Wina, dengan raut wajah yang seakan tertekan.

"Mbak Wina, kamu tidak perlu kemana-mana. Adapun orang yang mesti keluar dari rumah ini itu bukan kamu, Mbak. Tetapi Si Mila," ungkap Mas Reno.

Perkataan Mas Reno membuat aku terkejut, bisa-bisanya ia malah mau mengusirku. Sedangkan orang yang selalu membuat onar, malah ia lindungi. Aku tidak paham, dengan jalan pikiran Mas Reno.

Aku pun melirik ke arah Mbak Wina, aku geram karena dia, yang telah membuat aku diusir suskikyn. Namun, orang yang dilirik malah tersenyum jahat kearahku. Seakan dua menginginkan semua ini, atau bisa jadi ini adalah keinginannya yang sudah di rencanakan olehnya

Bersambung ...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Silakan Ambil Suamiku, Mbak!   Bab 71

    "Aku lebih memilih memaafkannya, Mas. Karena sepertinya dia bersungguh-sungguh meminta maaf kepadaku. Akupun tidak mau menyimpan dendam, apalagi orang tersebut sudah mengatakan maaf," terangku.Mas Reynaldi pun manggut-manggut, saat mendengar penuturanku tentang keputusan apa yang aku ambil."Baguslah kalau memang begitu, kamu memang orang baik, Mila. Kamu tidak mempunyai rasa dendam, walaupun orang tersebut telah menyakiti kamu," puji Mas Reynaldi."Ya memang harus seperti itu, Kan mas? Lagian untuk apa juga aku memperpanjang masalah, toh dia juga sudah berjanji tidak akan mengulanginya lagi dan dia juga telah mengucapkan kata maaf. Itulah yang penting buatku,"Setelah itu kami membahas tentang persoalan lain, yaitu membicarakan masalah pertunangan kami, yang akan dilaksanakan besok malam. Kami akan melaksanakan pertunangan tersebut di sebuah gedung, yang telah kami persiapkan jauh-jauh hari. Lumayan banyak juga orang yang akan kami undang, yaitu keluarga dekat kami, seluruh karyaw

  • Silakan Ambil Suamiku, Mbak!   Bab 70

    "Oh, ada Maya ya, Bi. Ya sudah, Bi, bilang sama Maya tunggu sebentar ya," pintaku."Iya, Non," sahut Bi Ratih.Aku pun segera merapikan pakaian, serta memakai kerudung, lalu setelah selesai baru aku menemui Maya beserta keluarganya. "Mila, maaf aku menganggu," ucap Maya dengan lembut.Maya tidak seperti biasanya yang selalu bersikap arogan. Ia bertanya saat aku baru saja masuk ke ruang tamu. Padahal tadinya aku berniat mau menyapa mereka duluan, tapi ternyata malah didahului oleh Maya."Lho ... kenapa kamu meminta maaf, Maya? Memangnya kamu punya salah apa sama aku," tanyaku berpura-pura tidak mengerti."Mila, kamu jangan melaporkan aku ke Polisi ya! Aku mohon, Mila," pinta Maya memelas.Memangnya kamu salah apa, hingga aku harus melaporkan kamu ke Polisi?" Aku masih tetap berpura-pura tidak tahu, tentang apa yang telah dilakukannya. Maya pun kemudian menjelaskan semuanya, tentang perbuatannya yang menyewa orang untuk mencelakaiku tempo hari.Dia terus memohon kepadaku, jika dia ti

  • Silakan Ambil Suamiku, Mbak!   Bab 69

    "Maaf, semuanya, kami sebagai pihak rumah sakit sudah semaksimal mungkin memberikan yang terbaik untuk pasien. Namun sayang, pasien tidak bisa bertahan dan ia meninggal dunia," terang Dokter."Innalillahi wainnailaihi roji'un," ucap kami serempakHatiku terhenyak saat mendengar kabar duka yang diucapkan oleh sang dokter yang telah menangani Mas Reno selama ini. Mbak Wina pun menangis, ia memelukku erat. Aku pun tidak kuasa menahan haru dan akhirnya ikut menangis. Aku merasa ikut sedih karena Mas Reno meninggal, sebab ia tidak kuat menahan peluru yang bersarang di pinggangnya. Karena kata dokter, peluru tersebut sampai mengenai ginjalnya. Mengerikan memang, tapi inilah jalan hidup yang harus dijalaninya. "Sudahlah, Mbak, kamu yang sabar ya. Mungkin ini memang jalan Mas Reno untuk kembali kepada pemilikNya. Kita doakan saja, semoga Mas Reno bisa diterima amal ibadahnya, serta meninggal dalam keadaan husnul khotimah." Aku berusaha membujuk Mbak Wina, supaya ia tidak berlarut dalam kes

  • Silakan Ambil Suamiku, Mbak!   Bab 68

    "Aku kok malas banget ya, Mas. Apalagi jika mengingat semua perbuatannya, ujarku."Mas paham, Mila, tapi kamu juga jangan seperti itu. Kita harus tetap berbuat baik kepada siapa pun, walaupun orang tersebut telah menyakiti kita," tegur Mas Reynaldi.Perkataannya itu membuat aku malu, padahal yang seharusnya julid itu dia. Karena Mas Reno merupakan mantan suamiku, sedangkan dia merupakan calon suamiku. Tapi kini malah dia yang mengingatkan aku, supaya aku mau menengok mantanku tersebut."Iya, Mas, kamu benar. Ternyata aku telah salah telah berpikir seperti itu," ucapku."Itu manusiawi kok, Mila. Karena yang namanya manusia pasti mempunyai salah dan khilaf. Makanya sekarang Mas ngingetin kamu, barangkali kamu sedang khilaf kan," sahut Mas Reynaldi."Bener, Mas, terima kasih ya kamu telah mengingatkan aku. Ya sudah kalau begitu, ayo kita ke rumah sakit! Kita ajak Mama sama Papa ya, barangkali saja mereka juga mau menengok, biar sekalian kita berangkat bareng," kataku.Aku pun kemudian s

  • Silakan Ambil Suamiku, Mbak!   Bab 67

    "Keadaan Pak Reno untuk saat ini masih hidup, ia membutuhkan perawatan secara medis. Semoga saja dia bisa selamat," sahut Pak Polisi.Aku merasa ngeri saat mendengar Pak Polisi menjelaskan, tentang keadaan Mas Reno saat ini. Ternyata ia di tembak polisi karena berusaha melawan pihak yang berwajib. Pantas saja jika tadi terdengar suara tembakan, serta terdengar suara jeritan bahkan suara tembakannya sampai terdengar dua kali.Aku tidak menyangka, jika Mas Reno sampai segitunya. Hanya karena niat ingin mengusai harta bendaku, sehingga ia menjadi seorang kriminal, yang harus berhadapan langsung dengan aparat kepolisian. Ia bahkan sepertinya tidak kapok, telah membuat Ibu dan adiknya meninggal dunia. Atau mungkin juga ia belum tahu, jika Bu Risma dan juga Reni telah tiada. Kemudian aku melirik ke arah Mbak Wina, ia hanya tertunduk tanpa bersuara. Tetapi wajahnya begitu pucat, entah karena sedang sakit, atau karena kaget dengan semua yang terjadi barusan kepadanya. "Jadi maksudnya, Mas R

  • Silakan Ambil Suamiku, Mbak!   Bab 66

    "Siap, Mas. Apa pun yang terjadi nanti dan hukuman apa yang akan ditanggungnya, itu merupakan resiko yang harus dia pertanggung jawabkan," jawabku."Ya sudah, jika kamu sudah siap. Biar para polisi segera melakukan tugasnya dengan sebaik mungkin," pungkas Mas Reynaldi.Ia mengakhiri perkataannya, aku pun mengiyakan apa yang dikatakan oleh Mas Reynaldi. Kemudian kami berdua kembali fokus untuk melihat para polisi, yang sedang melakukan tugasnya tersebut. Ada sekitar delapan orang polisi yang menjalankan misi ini. Para polisi tersebut mengepung rumah, yang dikatakan detektif ada kedua tersangka tersebut. Setelah itu salah satu polisi mendobrak pintu, hingga akhirnya pintu terbuka. Kemudian setelah pintu terbuka, masuklah empat orang polisi. Sedangkan keempat orang lainnya berjaga-jaga di luar. Tidak berapa lama setelah polisi masuk, terdengar dua kali suara tembakan dari dalam rumah tersebut, serta jeritan seseorang entah siapa itu. Entah apa yang terjadi di dalam sana, sehingga terde

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status