Share

Bab 6

Penulis: Aira Tsuraya
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-08 11:00:17

“Melihat apa maksudmu?” tanya Lea.

Lisa berdecak, berjalan mendekat sambil bersedekap. Setelah cukup dekat, dia menghentikan langkah dan terdiam menatap Lea. Lea membisu, tak bereaksi. Sama sekali tidak terdapat perubahan di mimik wajahnya.

Lisa menarik napas panjang sambil menatap tajam Lea.

“Aku yakin Mbak mengerti maksud kalimatku.”

Lea berdecak, memutar tubuhnya hingga berdiri berhadapan dengan Lisa. Wajahnya terlihat teduh dan sama sekali tidak menunjukkan reaksi signifikan.

“Aku baru datang, Lisa dan aku tidak tahu apa maksudmu.”

Lisa tampak terkejut. Mimik wajahnya berubah drastis dan Lea melihatnya dengan jelas.

“Sudahlah, aku lelah. Aku mau istirahat.”

Tanpa menunggu jawaban dari Lisa, Lea segera berlalu pergi. Hatinya sudah terluka hari ini dan dia tidak mau menambah sakit. Sementara itu, Lisa hanya bengong sambil menatap punggung Lea yang semakin jauh.

“Rasanya aku gak salah lihat, deh. Tadi Mbak Lea sudah datang dan mengintip interaksiku dengan Kak Kenan. Namun, kenapa dia bilang baru datang?”

Lisa berkata sambil mengetukkan jari di dagunya. Tanpa sepengetahuan Lea, Lisa memang melihat kehadirannya tadi. Itu sebabnya dia sengaja menggoda Kenan kembali. Namun, setelah pengakuan Lea tadi, sepertinya Lisa telah salah lihat.

“Jangan-jangan salah satu asisten rumah tangga di sini yang mengintipku tadi.”

Lisa tampak gugup, tapi perlahan sebuah senyuman terukir dengan indah di wajah cantiknya.

“Hmm … gak masalah meskipun ada asisten rumah tangga yang melihat ulahku dan Kak Kenan. Dengan demikian, mereka akan mengadu ke Mbak Lea, lalu Mbak Lea menuntut cerai dan aku … aku yang akan menggantikan posisinya.”

Kini tidak hanya sebuah senyuman yang terukir di raut cantik Lisa, melainkan sebuah seringai mengerikan sudah tercetak jelas di sana. Ia berjalan dengan gemulai menitih tangga menuju lantai dua, tempat kamarnya berada.

Sementara itu, Kenan tampak baru saja memarkir mobilnya. Ia berlarian masuk ke dalam rumah. Namun, langkahnya langsung terhenti saat melihat tidak ada siapa pun di ruang makan tempat mereka berkumpul tadi. Kenan hanya melihat seorang asisten rumah tangga yang tampak sedang merapikan meja.

“Bi, Mama dan Papa mana?” tanya Kenan.

Terakhir dia melihat Lea berbincang dengan kedua orang tuanya. Kenan berpikir jika Lea pasti masih bersama mereka.

“Tuan dan Nyonya besar sudah masuk kamar untuk beristirahat, Tuan.”

Kenan terdiam, melirik jam di tangannya. Waktu menunjukkan pukul sebelas malam tidak salah jika kedua orang tuanya sudah beristirahat.

“Lalu Lea? Apa Lea juga istirahat di kamar?”

Asisten rumah tangga itu menggeleng dengan cepat.

“Nona Lea sudah pulang satu setengah jam yang lalu.”

Kenan terperangah kaget. Ia terdiam sesaat dan benaknya tiba-tiba melayang dengan kejadian beberapa jam lalu bersama Lisa di ruang tamu. Apa Lea sudah datang saat itu dan melihat ulahnya?

“Sudah pulang sejak tadi?” Kenan mengulang kalimat asisten rumah tangganya.

“Iya, Tuan.”

Kenan menghela napas panjang, mengacak rambutnya sambil bergegas masuk ke dalam mobil. Ia langsung menyalakan mobil dan melaju meninggalkan rumah orang tuanya. Sepanjang perjalanan, Kenan mencoba menghubungi Lea, tapi Lea tidak menjawabnya. Tentu saja ulah Lea itu membuat Kenan panik.

“Jangan sampai dia melihat ulahku dengan Lisa tadi,” batin Kenan.

Pukul setengah dua belas malam saat Kenan tiba di rumah. Ia berjalan cepat masuk ke dalam rumah kemudian setengah berlarian menitih tangga menuju kamarnya. Namun, langkahnya langsung terhenti saat melihat Lisa mencegatnya di tengah jalan.

Lisa tersenyum sambil berjalan gemulai menghampiri Kenan. Saat ini sengaja Lisa mengenakan baju tidur dengan belahan dada yang rendah dan mengekspos tubuh seksinya dengan sempurna.

Kenan menelan ludah sambil menatap belahan dada Lisa yang menyembul menggoda.

“Kamu mau temani aku tidur malam ini, kan?”

Kenan meraup wajahnya dengan kasar kemudian menggeleng.

“Jangan sekarang, Lisa. Aku sedang sibuk.”

Lisa cemberut, memajukan bibirnya beberapa senti sambil menatap Kenan dengan tatapan menggemaskan. Kenan hanya diam, ada sesuatu di dalam dirinya yang tiba-tiba membuncah saat melihat ekspresi Lisa. Gadis itu selalu tahu kelemahannya, tapi untuk kali ini Kenan tidak akan menuruti keinginannya.

Perlahan Kenan mendekat merengkuh tengkuk Lisa kemudian mencium bibirnya dengan rakus dan penuh hasrat. Lisa tersenyum penuh kemenangan sambil melingkarkan tangannya di bahu Kenan.

“Sudah, ya. Cukup ciuman saja malam ini.”

Kenan menyudahi pagutannya sedangkan Lisa hanya diam memejamkan mata sambil menganggukkan kepala. Ia masih menginginkan lebih dari sekedar ciuman, tapi pria ini menyudahinya begitu saja.

Tanpa menunggu jawaban Lisa, Kenan langsung mengurai pelukan dan meneruskan langkahnya menuju kamar. Perlahan Kenan membuka pintu dan terdiam mematung saat melihat Lea sudah terbaring meringkuk di balik selimut.

Untuk beberapa saat Kenan terdiam sambil menatap wajah teduh istrinya. Kalau boleh jujur Lea lebih cantik dibanding Lisa. Wajahnya yang teduh, penuh kelembutan seolah menawarkan banyak ketenangan saat bersamanya. Itu juga yang membuat Kenan jatuh cinta padanya.

Namun, Kenan juga tidak bisa pungkiri jika pesona Lisa memang sudah menggodanya. Gadis yang lebih muda lima tahun dari Lea itu memberikan sensasi baru dalam hidupnya. Lisa yang manja, genit dan selalu agresif mampu mengobrak-abrik benteng pertahanan Kenan selama ini.

Perlahan Kenan melangkah kemudian duduk di kasur sambil mengelus lembut pipi Lea. Tak ayal Lea yang sudah terlelap membuka mata dan melihat suaminya sedang tersenyum menatapnya.

Lea terdiam. Selain ia belum sadar benar, masih jelas di ingatannya kejadian beberapa saat lalu yang Kenan lakukan bersama Lisa di ruang tamu.

“Kok kamu gak telepon aku tadi,” ucap Kenan.

Lea berdecak sambil memutar tubuhnya membelakangi Kenan. Kenan terdiam, menghela napas panjang saat melihat ulah Lea. Ia paling tidak suka jika diacuhkan Lea seperti ini.

“Sayang … kamu marah padaku?”

Kembali Kenan bersuara. Lea tidak menjawab, memeluk gulingnya semakin erat dan memejamkan mata kembali.

“Maafkan aku, Sayang. Tadi ada panggilan mendadak dari Roni. Aku … aku harus ---”

“Aku tahu.”

Belum sempat Kenan menyelesaikan kalimatnya, Lea sudah menyahut lebih dulu tanpa membalikkan badan.

Kenan terdiam, menundukkan kepala dan ekspresi wajahnya menunjukkan penyesalan. Ia sangat mencintai Lea dan tidak suka jika Lea bersikap seperti ini padanya. Namun, ada alasan lain yang tidak bisa ia kemukakan hingga berselingkuh dengan Lisa.

“Lea … Sayang … aku gak bohong. Kamu boleh tanya Roni.”

Kenan kembali mengatakan pembelaannya. Roni adalah asisten Kenan dan Lea juga mengenalnya. Lea membuka mata sambil menahan sakit di dadanya. Sebisa mungkin ia menahan buliran bening yang telah bertumpuk di sudut matanya. Ia tidak mau Kenan tahu tentang kesedihannya.

Perlahan Lea memutar tubuhnya kemudian bangkit dan duduk sambil tersenyum ke Kenan.

“Aku tahu, Mas. Aku percaya padamu, kok. Sudah, tidurlah. Aku ngantuk.”

Kenan tersenyum lebar sambil menganggukkan kepala. Perlahan ia mendekatkan wajahnya hendak mencium Lea. Namun, secepat kilat Lea bergerak dan kembali tidur di tempatnya. Kenan hanya membisu sambil menatap Lea penuh tanya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Ros
Tinggalin aja Si keenan…. Tp jgn dicerai….. biar keenana ga bs nikahin selingkuhan nya. Mudah2 an Lea bs hamil dan pergi dr kehidupan keenan. Jiijik banget lah, abis celup batang nya keenan ke selingkuhan nya , terus bisa2 nya maen lg sm leah…gila banget dlm satu rumah. Knapa ga divideo in sm Lea?
goodnovel comment avatar
dianrahmat
klw pertama x menyaksikan suami pecundang nya berzina lsung syok & bingung melakukan apa, bisa dipahami sih. tp klw sdh melihat ke 2x & bhkn sdh memprediksi, hrsny lsung merekam perbuatan hina mrka. klw enggak sih.... ya bodoh lah kamu.
goodnovel comment avatar
Septi Septi
kenapa gak kamu rekam adegan suamimu dan tuntut cerai
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Silakan Ambil Suamiku, Nona Pelakor   Bab 130

    Mata Tuan Fandi langsung berkaca-kaca usai mendengar kalimat terakhir Ghalib. Baru ini dia mendengar putra semata wayangnya memanggilnya ‘ayah’.Hal yang sama juga terjadi pada Nyonya Emilia. Wanita itu tersenyum dengan mata yang berkabut. Kemudian dengan lembut Nyonya Emilia menyentuh bahu Ghalib.“Ayahmu tidak pernah melupakanmu, Ghalib. Nanti biar Nenek yang membagi bagian ayahmu menjadi sama rata. Untuk kamu dan Lisa.”Ghalib hanya diam, ia sudah memalingkan wajah dari tatapan penuh cinta Tuan Fandi. Sementara Lisa hanya meliriknya dengan sinis. Ia kesal. Gara-gara Ghalib, bagian untuknya berkurang.“Sekarang kita lanjut makan saja, ya!!”Nyonya Emilia sudah mengambil alih pembicaraan lagi, tapi Ghalib tiba-tiba berdiri.“Sebenarnya … aku sudah menyiapkan kejutan untuk Nenek malam ini. Bukan, bukan untuk Nenek saja, tapi untuk semua yang hadir di sini.”“Kejutan apa yang

  • Silakan Ambil Suamiku, Nona Pelakor   Bab 129

    “Apa maksudnya, Ghalib? Kenapa kamu bicara seperti itu?”Sepertinya Nyonya Emilia menyadari ucapan Ghalib tadi dan ia jadi penasaran sehingga kembali mengajukan pertanyaan.Ghalib mengulum senyum sambil menggelengkan kepala.“Bukan apa-apa kok, Nek. Sudah, jangan dimasukkan hati. Lebih baik Nenek bersiap untuk pesta nanti malam. Aku punya banyak kejutan untuk Nenek.”Nyonya Emilia tersenyum sambil menganggukkan kepala. Kemudian keduanya sudah berjalan beriringan masuk ke bagian dalam rumah.Pukul tujuh malam, semua penghuni rumah berkumpul di ruang makan. Ada Nyonya Emilia, Tuan Fandi, Ghalib dan juga Lisa. Mereka tidak mengundang tamu lain untuk pesta ulang tahun malam ini. Nyonya Emilia tidak menginginkannya, tapi dia mengizinkan Lisa mendekor rumah dengan banyak bunga dan balon.“Jam berapa kamu datang, Ghalib? Kenapa Ayah tidak melihatmu seharian tadi?”Tuan Fandi membuka pembicaraan sambil mena

  • Silakan Ambil Suamiku, Nona Pelakor   Bab 128

    “Apa kamu sudah dengar kabar tentang Bu Lea?” tanya seorang karyawan siang itu.“Kabar apa?” tanya yang lain menyahuti.“Bu Lea kecelakaan di puncak. Katanya sih selamat, tapi aku dengar dia baru saja mendapat musibah lagi.”“Musibah apa?”“Ada yang menikam Bu Lea saat di rumah sakit. Itu sebabnya kondisi Bu Lea sekarang kritis.”“Ya Tuhan … .”Beberapa karyawan terlihat sedih, bahkan ada di antaranya yang menitikkan air mata. Lisa yang tanpa sengaja mendengar obrolan itu hanya diam.Saat ini dia memang sedang berada di kantin karyawan untuk makan siang, tidak disangka Lisa akan mendengar hal seperti ini.“Apa mungkin launching produknya akan diundur?” Kembali salah satu karyawan bertanya, sepertinya dia salah satu bagian tim Lea.“Sepertinya begitu, tapi kita tunggu Tuan Ghalib saja. Bagaimanapun dia yang berhak mengambil ke

  • Silakan Ambil Suamiku, Nona Pelakor   Bab 127

    “Lisa? Apa Anda mengenalnya?”Ghalib tidak menjawab. Ia duduk menyilangkan kaki sambil menautkan kedua tangan di atas lutut menatap tajam ke Handoko.“Sekarang, ceritakan saja siapa sebenarnya Lisa maka saya anggap Anda tidak berhutang pada saya.”Handoko tersenyum lebar, matanya yang tampak ketakutan kini kembali bersinar. Wajahnya juga tampak berseri-seri. Tidak pernah dia sesenang ini. Kalimat Ghalib barusan bagai oase di padang pasir.“Saya mulai dari mana, Tuan?” Handoko sangat antusias bahkan sudah mengubah posisi duduknya lebih nyaman berhadapan dengan Ghalib.Ghalib menarik napas tanpa sedikit pun melepas perhatiannya dari Handoko.“Ceritakan mulai dari siapa ayah dan ibunya!!”Handoko tersenyum, menganggukkan kepala sambil mulai bercerita. Ghalib hanya diam mendengarnya dan tak sedikit pun menyela penjelasan pria itu.Setelah hampir satu jam, Ghalib keluar dari kamar.

  • Silakan Ambil Suamiku, Nona Pelakor   Bab 126

    “Terima kasih, Tuan,” cicit Handoko.Pria berkacamata yang yang tak lain Arifin itu hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala. Tak lama ia sudah memberi kode ke anak buahnya agar membawa Handoko pergi dari sana.Pukul delapan pagi saat Ghalib melihat ada panggilan di ponselnya. Kali ini kembali Arifin yang melakukan panggilan.“Ada apa?”“Tuan, saya sudah menemukan Tuan Handoko.”Ghalib tersenyum lebar saat mendengar jawaban Arifin.“Di mana dia?”“Dia di tempat yang aman. Apa Anda ingin bertemu langsung dengannya?”Ghalib terdiam sejenak sambil melihat Lea yang masih terbaring di brankarnya. Helaan napas panjang keluar dengan perlahan dari bibir Ghalib.“Beri tahu lokasimu. Aku ke sana sebentar lagi.”Arifin mengangguk, mengakhiri panggilan kemudian tak lama sudah mengirim pesan ke Ghalib. Ghalib membaca sekilas dengan sebuah senyuman di wa

  • Silakan Ambil Suamiku, Nona Pelakor   Bab 125

    “Baik, Tuan.”Ghalib sudah mengakhiri panggilannya. Ia menyimpan ponsel sambil melirik sekilas Lea yang sedang terlelap.“Gak akan kubiarkan kamu melukainya, Lisa. Gak akan kubiarkan,” geram Ghalib tertahan.Sementara itu Lisa tampak berjalan mondar mandir di apartemennya. Sesekali ia remas jemarinya sambil mengerat bibir. Tak jarang pula, mata Lisa melirik ke arah jam di dinding ruangan, seolah dia sedang menantikan sesuatu di sana.“Sialan!! Kenapa belum ada kabar juga dari dia? Apa wanita berengsek itu masih hidup atau sudah mati?”Sejak tadi siang, Lisa belum mendapat kabar berita dari pamannya. Ia khawatir jika Handoko gagal dengan rencananya. Padahal dia sudah menaruh harapan penuh pada pria paruh baya itu.Lisa terjingkat kaget saat ponselnya tiba-tiba berdering. Tanpa melihat siapa yang menelepon, Lisa langsung menjawabnya.“Gimana? Apa dia sudah mati?”“Siapa yang m

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status