Home / Romansa / Simpanan CEO Beristri / BAB 140 Kampus Baru

Share

BAB 140 Kampus Baru

Author: Miss Nonce
last update Last Updated: 2025-05-19 13:50:36

Windi kira Galen akan mengantarkan ia pulang seperti biasa, padahal sengaja tidak bawa mobil.

“Aku pergi dulu,” pamit Galen, karena masih ada pekerjaan.

Windi menunduk, Belinda merasa iba. “Tenang dulu, Kak Galen memang lagi banyak kerjaan,” ucapnya.

“Tapi kayanya ada yang beda deh, iya nggak sih, Bel?” tanya Windi, Belinda bingung dia merasa biasa saja. Karena memang sikap Galen yang dingin, baru-baru ini saja dia ramah pada Windi.

“Menurut aku sih, selain karena masalah aku. Kak Galen biasa saja ya, Win.”

“Tapi Kak Galen sudah enggak pernah balas chat aku. Padahal dulu, dia masih mau membalas,” ucap Windi sedih. Dia begitu menyukai pria itu.

Sudah hampir dapat, tapi sikap Galen malah tiba-tiba berubah begini padanya.

“Berusahalah lebih keras lagi, semangat!” Belinda tertawa lalu menepuk bahu sang sahabat.

Sementara itu, Iren hanya bengong saja di apartemen. Tubuhnya sudah mengurus, karena tidak nafsu makan.

Galen mendesah, sekian makanan dia bawa tapi tidak ada juga yang Iren sentuh
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Simpanan CEO Beristri   BAB 140 Kampus Baru

    Windi kira Galen akan mengantarkan ia pulang seperti biasa, padahal sengaja tidak bawa mobil.“Aku pergi dulu,” pamit Galen, karena masih ada pekerjaan.Windi menunduk, Belinda merasa iba. “Tenang dulu, Kak Galen memang lagi banyak kerjaan,” ucapnya.“Tapi kayanya ada yang beda deh, iya nggak sih, Bel?” tanya Windi, Belinda bingung dia merasa biasa saja. Karena memang sikap Galen yang dingin, baru-baru ini saja dia ramah pada Windi.“Menurut aku sih, selain karena masalah aku. Kak Galen biasa saja ya, Win.”“Tapi Kak Galen sudah enggak pernah balas chat aku. Padahal dulu, dia masih mau membalas,” ucap Windi sedih. Dia begitu menyukai pria itu.Sudah hampir dapat, tapi sikap Galen malah tiba-tiba berubah begini padanya.“Berusahalah lebih keras lagi, semangat!” Belinda tertawa lalu menepuk bahu sang sahabat.Sementara itu, Iren hanya bengong saja di apartemen. Tubuhnya sudah mengurus, karena tidak nafsu makan.Galen mendesah, sekian makanan dia bawa tapi tidak ada juga yang Iren sentuh

  • Simpanan CEO Beristri   Bab 139 Istri Rahasia Galen

    Belinda menekan tombol panggilan dengan tangan yang gemetar, jantungnya berdegup kencang saat menunggu sambungan telepon dari Galen, kakaknya. Suara Galen yang tenang terdengar di ujung sana, "Halo Bel” sapa Galen lembut.“Kak.. ba- bagaimana, apa pria itu selamat?" tanyanya, suara Belinda tercekat, Hening,Hanya terdengar tarikan napas Galen yang panjang."Tidak, dia... dia meninggal, Gal."Deg,Galen menarik napas dalam, rasa kasihan kepada adiknya membuatnya berusaha sekuat tenaga untuk menenangkan Belinda, "Tenanglah, aku sudah mengurus semuanya," ucapnya dengan suara yang berusaha tetap stabil.Belinda menghela napas lega, meski perasaan bersalah masih menghantui, Me-mengurus bagaimana.. Lalu aku, kak?” tanyanya lirih sekali.“Semua sudah aku urus, Belinda. Lupakan itu semua, dan fokus pada kuliahmu,” kata Galen."Tolong jangan beritahu mami dan papi," pintanya dengan suara yang hampir tidak terdengar."Tenang, aku tidak akan mengatakan apapun," janji Galen.Dia sangat menyayang

  • Simpanan CEO Beristri   Bab 138 Tiba-tiba Sah

    Jangan tinggalin Iren, Yah.Hiks..Tidak sanggup menahan air matanya, Iren menangis sesenggukan di depan tubuh lemah sang ayah.Di ruang perawatan rumah sakit, dengan bau antiseptik menyengat, ayah Iren berbicara dengan suara serak, "Iren, dia akan bertanggung jawab padamu. Ayah tidak minta apa-apa, hanya dia jaga kamu,” ucap Prakoso lirih, Iren terus menggeleng. Kenapa ayahnya menitipkan dia pada pria yang tidak dikenal.“Saya akan menjaga putri bapak, saya janji.” Galen pun memberikan penegasan dalam ucapannya.Prakoso mengangguk, tersenyum tipis sekali. “Ren, menikahlah dengannya..”“Galen Pak,” potong Galen, karena Prakoso lupa Namanya.“Ya, Galen.” Prakoso menarik napas, lemah.“Yah, jangan titipkan aku sama orang yang tidak dikenal,” iba Iren.“Maka menikahlah dengannya. Itu amanat terakhirku." Irena yang selama ini hidup mandiri dan bebas memilih, merasa terpojok dengan permintaan terakhir ayahnya yang tidak masuk akal ini.Hatinya berontak, namun melihat ayahnya yang terbaring

  • Simpanan CEO Beristri   Bab 137 Melindungi Sang Adik

    Mata Irena Ingga memerah, napasnya tersengal-sengal saat ia menerobos masuk ke ruang gawat darurat rumah sakit tempat ayahnya dirawat. Dengan nada suara yang terguncang, ia bertanya pada perawat yang lewat, "Dimana ayahku?" tanyanya kemudian menjelaskan jika sang ayah adalah korban kecelakaan mobil.Dengan cepat, ia diantar ke sebuah ruangan di mana sosok ayahnya, Prakoso, terbaring lemah dengan berbagai alat medis terpasang di tubuhnya.“Ayah..” Panggil Iren sapaan akrabnya.Saat mendekati tempat tidur ayahnya, Iren melihat seorang pria muda berdiri di sisi lain. Matanya memancarkan amarah saat ia bertanya dengan suara yang keras, “Kamu siapa?” tanyanya heran.Galena yang berada di sana, langsung paham jika ini adalah putri dari pria yang ditabrak sang adik, Belinda.“Saya Galen,” jawab Galen pelan.Iren belum sempat bertanya lagi, karena sang ayah bergumam tidak jelas. “Yah..”Hiks,Iren menangis, sedih sekali melihat cinta pertamanya terbujur lemah seperti ini. Apa yang terjadi sam

  • Simpanan CEO Beristri   Bab 136 Kecerobohan Belinda

    Hahaha..“Windi hentikan hahaha..”Di tengah keceriaan yang menggebu di dalam mobil baru berwarna silver yang mengkilap, terdengar suara tawa Belinda dan Windi yang terhenti tiba-tiba saat sebuah dentuman keras mengguncang. Belinda, yang sedang mengemudi, membeku dengan tangan masih tergenggam erat pada kemudi. Wajahnya yang semula berseri-seri kini pucat pasi.Brak..Cittttt..Arkhhhhh..“Argh, itu apa?’ teriak Belinda saat mobilnya menghantam sesuatu hingga menimbulkan suara yang keras, dan rem dia tekan dengan kuat.“Oh my god, apa itu Bel?” pekik Windi teman Belinda yang duduk di bangku penumpang depan.“Oh Tuhan..” pekiknya, jantungnya berdetak sangat hebat. Belinda sungguh syok dengan kejadian tiba-tiba yang baru saja ia alami.“Shit Bel, kita menabrak seseorang,” teriak Windi menunjuk ke arah depan. Di luar, jalanan yang biasanya lengang kini dipenuhi dengan suara klakson dan teriakan.Kepanikan tergambar jelas di wajah Belinda saat dia melihat pria tua yang tergeletak tak berg

  • Simpanan CEO Beristri   Bab 135 Ketika Anak-anak Sudah Besar

    Anulika hanya bisa geleng kepala, saat sang suami memenuhi keinginan absurd sang putri, Belinda. Bagaimana tidak, putrinya minta pindah sekolah hanya karena tidak suka makanan di kantin, yang katanya semua tidak ada rasa.“Sudah sayang, tidak apa. Mungkin Belinda ada yang tidak nyaman di sana, dan tidak mau bercerita pada kita,” ucap Naka mengelus punggung sang istri.Naka memandangi wajah Belinda yang cemberut, matanya memelas meminta restu untuk pindah sekolah. "Papi, aku betul-betul tidak suka makanannya di sana," keluh Belinda dengan nada yang hampir menangis.Lika yang sejak tadi memperhatikan, merapatkan bibirnya, tanda ketidaksetujuannya semakin mendalam. "Mas, kita harus ajarkan dia untuk bertahan dan beradaptasi, bukan malah memanjakannya," ucap Lika, suaranya mencoba keras untuk tetap tenang meski jelas terlihat frustrasi.Namun, Naka hanya mengelus kepala Belinda, matanya penuh dengan kasih sayang. "Baiklah, kita cari sekolah yang cocok untukmu," janjinya lembut, membuat Be

  • Simpanan CEO Beristri   Bab 134 Si Bontot Kelemahan Papi Naka

    5 tahun kemudian ..Srekkkk..Prang..Dukk..Segala bunyi aneh mulai terdengar silih berganti di kediaman Anulika dan Bayanaka Rasyid Gasendra. Siapa lagi biang keladinya kalau bukan si bontot Belinda Charlene Gasendra.Si bungsu sudah berusia lima tahun, kerjanya hanya memporak porandakan rumah saja. Nanti ketika sang mami berteriak kencang, baru dia mau berhenti.Bunyi sayatan dari sofa kulit terdengar, Belinda asik menusukkan gunting yang bekas digunakan sang kakak, Galen. Hingga pecahan gelas karena dia tidak kencang memegang gelas atau ia yang terjedot tembok. Anehnya, dia tidak akan menangis. Tapi kalau maminya sudah marah, Belinda akan menangis sesenggukan. “Sayangggg,” pekik Naka saat pulang dari kantor melihat kelakuan sang anak.Belinda yang melihat papinya pulang langsung melompat kesenangan, “Papi papi,” panggilnya, menodongkan tangan minta digendong.Naka menghela napas melihat anaknya bermain dengan gunting. “Tidka boleh main ini berbahaya.” Naka mengatakan dengan lembu

  • Simpanan CEO Beristri   Bab 133 Welcome Baby Girl

    Naka langsung mengambar sebuah tas besar yang berisi perlengkapan bayi mereka dan Lika. Sepekan setelah dokter mengatakan Lika akan melahirkan, mereka memang mempersipakan semuanya.Lika memegang perutnya, merasa nyeri akan kontraksi yang datang silih berganti. “Mas,” rintih Lika mengejan.“Tahan Yang, jangan di sini.” Naka panik dengan Lika yang kelihatan mengejan.Si kembar yang kebingungan menangis, pelayan pun menenangkan mereka.“Jaga anak-anak,” perintahnya pada pelayan, namun Gala dan Galen menangis histeris melihat mami mereka kesakitan.“Papi itutttt,” teriak mereka.Ah bala bantuan dari kakek nenek tidak datang, saat dibutuhkan. Naka yang tidak tega pun akhirnya menyuruh pelayan membawa mereka di mobil yang berbeda. Lika sudah tidak bisa mengurusi, rasa sakit mengalahkan segalanya.“Kamu nggak nyetir sendiri, mas?” tanya Lika keheranan, karena ada supir di dalam.“Aku nggak kuat, Yang. Supir saja sudah,” lirih Naka, Lika mau tertawa tapi tertahan karena rasa sakitnya.**Me

  • Simpanan CEO Beristri   Bab 132 Ketuban Pecah

    Anulika terus memandang takjub akan kamar bayi perempuan yang sedang dikandungnya. Bagaimana tidak, kamar bayi dulu bekas kamar si kembar disulap sang suami sangat girly sekali.Kamar yang telah Naka siapkan untuk sang bayi perempuan memancarkan kesan lembut dan hangat. Dinding-dindingnya dicat dengan warna krim yang terang, memberikan kesan lapang dan bersih. Di sudut ruangan, terdapat tempat tidur bayi yang dilengkapi dengan kelambu tipis berwarna putih, menambah nuansa mimpian dan perlindungan.Di sekeliling kamar, terpajang beberapa pernak-pernik berwarna pink yang menambah keceriaan. Sebuah mobile dengan boneka kecil berbentuk bintang dan bulan menggantung di atas tempat tidur, siap menemani tidur sang bayi dengan lembutnya irama yang ditiupkan angin. Lantai kayu berwarna terang dipilih untuk kesan hangat dan alami, dan di atasnya terhampar karpet lembut dengan pola geometris sederhana yang nyaman untuk kaki kecil yang mungkin akan belajar merangkak di sana.“Bagus banget, mas.”

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status