แชร์

Pekerjaan Baru

ผู้เขียน: AgilRizkiani
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2023-09-15 14:50:37

“Tumben, dia belum dateng.”

Sabtu ini Elsyam tidak datang ke kontrakannya. Mungkinkah saat ini lelaki itu sudah membuangnya? Arini sudah bersiap untuk berangkat bekerja. Sekarang kendaraan beroda duanya itu sudah terasa begitu nyaman, karena minggu kemarin lelaki itu sudah membawa motornya untuk diservis.

"Apa aku telepon saja, ya?"

Arini sudah mencari nomor lelaki itu, tetapi dirinya segera mengundurkan niat. Mengapa sekarang dirinya terkesan yang mencari-cari dan mengharapkan lelaki itu untuk datang. Padahal jika tidak ada lelaki itu hidupnya terasa nyaman dan jika bersama dengan Elsyam dirinya merasa seperti terjajah.

Ada atau tidaknya lelaki itu di dalam kehidupannya akan tetap sama dan tidak akan merubah apapun. Arini kembali memasukkan ponselnya ke dalam tas.

Tak butuh waktu lama hanya sekitar 10 menit dirinya sudah sampai di warung makan. Baru saja masuk, dirinya sudah dipanggil oleh bude Lasmi sang pemilik warung.

"Arini, ini gajimu untuk bulan ini," ujar Bude Lasmi.

Arini bingung, bahkan dirinya belum satu bulan. Namun, gajinya sudah diberikan seperti biasanya.

"Maaf, Rin. Sekarang pendapatan warung berkurang drastis maka bude akan memberhentikan beberapa pekerja. Maaf ya, bude hanya memilih kamu karena kamu kan belum berkeluarga jadi kebutuhanmu belum terlalu banyak.” Bude Lasmi menjelaskan alasannya dengan wajah nelangsa. "Kamu juga masih muda, kamu masih bisa mencari pekerjaan lainnya."

Arini tidak banyak berbicara, dirinya hanya mengangguk lalu mengambil amplop tersebut dan berpamitan. 

Wanita itu sangat bingung, padahal walaupun dirinya belum berkeluarga pun dirinya sudah memusingkan perihal token habis, gas habis serta makanan untuk sehari-hari. Memangnya wanita yang belum menikah tidak memikirkan hal itu tanda tanya memangnya wanita yang belum menikah tidak memerlukan makan.

"Aku harus bekerja apalagi?" 

Arini mengendarai motor matiknya itu untuk menelusuri jalanan kota. Dirinya tidak menyangka jika hari ini akan diberhentikan kerja, padahal semalam dirinya tidak memiliki firasat apa-apa tentang hal ini.

Wanita itu, segera memberhentikan laju motornya untuk membeli beberapa minuman segar sebagai penghilang dahaga. Arini melihat brosur yang berada di atas meja, wanita itu mulai membacanya secara seksama. Di mana di dalam brosur tersebut terdapat lowongan pekerjaan untuk menjadi seorang pelayan.

"Lagi mencari loker, ya, Mbak?" 

Penjual es cendol dawet itu segera menyerahkan pesanan Arini.

"Iya, saya baru saja diberhentikan bekerja di warung makan. Jadi saya akan mencari pekerjaan baru, karena jika kita tidak bekerja kita tidak akan mendapatkan uang."

"Coba aja daftar, tadi yang saya dengar dari orang yang membagikan brosur ini dia tengah merekrut 10 pelayan untuk dipekerjakan di rumah besar. Katanya sih gajinya lumayan." 

Mendengar kabar baik itu, Arini segera menghabiskan es cendol dawetnya, lalu ia mengambil brosur itu dan segera membayar. Dirinya menuju alamat yang berada di dalam brosur.

Rumah yang sangat besar itu dijaga ketat oleh beberapa pengawal di depan.

"Pak apakah lowongan pekerjaan di sini masih ada?"

Wanita itu juga tak lupa menunjukkan brosur yang tadi dirinya dapatkan lalu memperlihatkan kepada beberapa pengawal.

"Baik, apakah Anda ingin mendaftar?"

Arini segera mengangguk, dirinya memang sekarang ini sangat membutuhkan pekerjaan tidak peduli pekerjaan apapun yang penting dirinya bisa memiliki penghasilan untuk menyambung hidup. Pengawal itu, lalu segera mengajaknya untuk masuk menemui nyonya besar rumah ini.

"Tunggu sebentar saya akan memanggilkan kepala pelayan, karena nyonya besar sedang tidak ada di rumah."

Wanita itu begitu sangat terpesona melihat isi di dalam rumah besar, bak di dalam negeri dongeng dirinya bisa melihat rumah sebagus dengan isinya barang-barang mewah. Bahkan lantai yang dirinya injak saja bisa dijadikan sebagai tempat bercermin karena tidak ada debu sedikit pun yang menempel.

"Apakah kamu yang akan mendaftar?" Wanita yang memiliki tugas sebagai kepala pelayan itu menetap Arini dari atas hingga bawah.

"Iya, benar," jawab Arini.

"Siapa namamu? Lalu berapa usiamu?"

"Arini Griselda, usiaku saat ini 21 tahun," ungkap Arini.

"Masih terlalu muda ternyata. Pelayan dapur dan pelayan bersih-bersih sudah penuh hanya tinggal pelayan yang merawat tuan El saja yang belum terisi. Saya akan menelpon dulu nyonya besar dan menanyakan apakah akan merekrut Anda atau tidak."

Arini kembali mengangguk, dirinya hanya bisa berharap agar bisa bekerja di rumah besar ini untuk menyambung kelangsungan hidupnya.

"Nyonya, ada seorang wanita yang berusia 21 tahun ingin mendaftar menjadi pelayan di rumah ini. Hanya tinggal pelayan yang mengurus tuan El saja apakah—"

"Tidak apa, segera terima dia dan hari ini dirinya boleh mulai bekerja."

Sambungan telepon terputus, pelayan itu segera menyampaikan hal tersebut kepada Arini.

Wanita itu menjelaskan pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan oleh Arini.

"Tuan El setahun yang lalu mengalami kecelakaan. Dirinya sempat koma beberapa hari dan lelaki itu akhirnya lumpur serta tidak bisa berbicara. Maka tugasmu adalah seperti memandikannya menemaninya dan tidak boleh jauh dari dirinya sedetik pun.”

Arini paham, pekerjaannya kali ini sama seperti para pekerja yang menjadi TKW di luar negeri, yang mengurus seorang kakek-kakek jompo. Untuk saat ini dirinya tidak ada masalah, yang penting ia bisa mendapatkan pekerjaan dahulu urusan betah atau tidaknya ia bisa memikirkan nanti.

"Ayo sekarang kita ke kamar tuan.” Mereka berdua melangkah melewati tangga sembari sang pelayan juga menjelaskan tentang aturan yang ada di rumah ini. "Rumah ini beranggotakan 5 orang, yaitu orang tua, istri, serta adik dari tuan El. Namun, orang tua dari tuan l lebih sering berpergian ke luar kota jadi yang lebih sering berada di rumah adalah istri dan adik dari tuan." Pelayan itu kemudian berhenti tepat di hadapan sebuah pintu kamar yang masih tertutup. "Tugasmu adalah merawat dan menjaga tuan El 24 jam. Maka kamar untukmu sudah disediakan."

Arini merasa bersyukur karena dengan begitu dirinya akan mengurangi pengeluaran bulanan untuk membayar uang kontrakan dan sudah pasti juga jika bekerja di rumah maka biaya makan dan lainnya pun akan ditanggung.

Pelayan itu segera membuka pintu kamar, di sana seorang lelaki tengah terbaring dan memejamkan mata.

Keduanya melangkah mendekati ranjang dari tuannya itu. Arini menatap ke arah orang yang tengah berbaring itu, dengan kepala yang diperban oleh kasa putih. Keningnya berkerut saat ia mencium aroma yang familiar.

Mendengar obrolan kedua wanita itu membuat pria yang ada di atas ranjang itu membuka mata. Lelaki itu sangat terkejut melihat Arini yang berada di dalam kamarnya. Namun, wanita yang dilihatnya justru tetap merasa biasa. Sepertinya wanita itu tidak mengenali dirinya.

"Kamu tunggu sebentar di sini, aku akan mengambilkan pakaian pelayan untukmu." Kepala pelayan itu segera keluar.

Arini segera mengangguk, dirinya begitu kasihan melihat tuan yang akan dirinya rawat, ternyata masih muda ia kira lelaki itu sudah tua. Ia terus memperhatikan ke arah calon majikannya.

"Heh!"

"Eh, kok bisa ngomong?" Arini begitu terkejut saat mendengar suara yang sudah tidak asing lagi untuk dirinya. Ia juga sangat terkejut karena tadi kepala pelayan mengatakan jika tuan El tidak bisa berbicara. “Bukannya—"

Pria itu segera bangkit, lelaki itu segera membungkam mulut Arini, takut jika wanita itu akan bertindak bodoh.

"Jangan pernah membocorkan perihal kita, paham?"

Detik selanjutnya, Arini membulatkan bola matanya saat mengetahui sosok pria yang akan diurusnya merupakan suaminya sendiri!

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Simpanan Cantik Sang Presdir    Penuh Bahagia

    "Selamat, ya," ujar Arini. Wanita itu merentangkan tangan kepada sang kakak dan juga Santira.Abraham benar-benar merasa heran dengan reaksi yang diberikan oleh adiknya itu. Walaupun demikian, dirinya tetap saja membalas ucapan selamat dari adiknya tersebut.Arini juga langsung saja memberikan pelukan kepada Santira.Bu Widuri yang sejak tadi terheran-heran dengan kehadiran wanita yang dahulu hampir saja bertunangan dengan anaknya itupun, tidak tahan lagi dan akhirnya bertanya sebenarnya ada apa semua ini.Abraham langsung saja menjelaskan semuanya, perihal peristiwa dahulu tentang penculikan Elsyam dan tentang penangkapan Yordan yang semua itu dibantu oleh Santira. Dirinya memang ingin membersihkan cap buruk tentang calon istrinya itu di mata orang-orang. Mereka hanya mampu melihat Santira yang dulu saja, padahal Santira yang sekarang sudah sangat jauh berbeda."Mungkin semua orang memiliki masa lalu buruk, tetapi semua orang juga bisa berubah. Kita hanya manusia biasa, bukan Tuhan y

  • Simpanan Cantik Sang Presdir    Menikah

    Arini yang baru saja meninggalkan kursi, ia langsung berpapasan dengan kakaknya Abraham yang tengah menggendong sang putri."Kenapa maksain harus menggendong, sedangkan tangan Kakak saja masih sakit seperti ini." Arini langsung saja merebut Elea dari gendongan kakaknya, ia takut jika sakit di tangan kakaknya semakin parah dan juga dirinya takut juga sang anak terjatuh.Abraham, hanya menyengir saja walaupun tangannya memang masih sakit. Namun, dirinya sudah sangat merindukan sang keponakan. Ia benar-benar sudah tidak tahan lagi menahan rasa rindunya maka dirinya tadi langsung saja menggendong Elea walaupun tangannya memang masih sangat sakit. "Aku hanya merindukannya, aku ya jamin dia tidak akan jatuh kok Arini."Elsyam dan juga Ridho, tiba-tiba muncul dari belakang. Mereka berdua tengah asyik mengobrol satu sama lain. Keduanya juga langsung berhenti tepat di sisi Arini dan juga Abraham."Ada apa Sayang, kenapa marah-marah seperti itu?" tanya Elsyam.Arini langsung saja menatap ke ara

  • Simpanan Cantik Sang Presdir    Arini Melunak

    Elea, gadis berpipi gembil itu tampil dengan cukup menawan. Balutan gaun putih, lalu rambut yang diikat dua benar-benar membuatnya nampak begitu seperti boneka hidup. Orang-orang yang melihat putri dari Arini itu pun mereka terlihat sangat gemas. Apalagi Elea anak itu selalu tersenyum ramah kepada siapapun orang yang menyapanya."Anaknya Pak Elsyam benar-benar sangat cantik."Arini dan juga suaminya memang tengah menghadiri sebuah acara besar tahunan. Di mana, di sana banyak sekali rekan-rekan bisnis dari Elsyam. "Sini biar aku yang gendong." Elsyam merentangkan tangannya, ia langsung saja mengambil putrinya ke dalam gendongan. Tak mungkin dirinya melepaskan Elea, di tengah-tengah keramaian seperti ini.Elea memang sering diajak untuk menghadiri acara-acara penting perusahaan dari ayahnya. Karena si kembar sudah sering menolak, mereka memiliki kegiatan lain dan lebih senang bersama dengan kakek neneknya karena selalu mau menuruti keinginan mereka berdua. Sedangkan, Elea lebih memilih

  • Simpanan Cantik Sang Presdir    Kecelakaan

    "Bagaimana keadaannya?"Arini bertanya kepada seorang dokter yang baru saja keluar dari ruangan kakaknya itu. Tadi memang suaminya ditelepon oleh pihak rumah sakit jika Abraham mengalami sebuah insiden kecelakaan. Mereka berdua langsung saja menuju ke rumah sakit, karena memang hanya mereka berdualah pihak keluarga dari Abraham.Dokter mencoba menenangkan Arini yang terlihat begitu panik, memang saat suaminya menjelaskan jika pihak rumah sakit menelpon dirinya karena Abraham kecelakaan. Wanita itu langsung saja menjadi begitu sangat khawatir kepada kakaknya tersebut."Pasien sudah boleh dijenguk, mungkin untuk beberapa hari ini dia hanya perlu waktu untuk istirahat saja."Arini menggangguk begitu juga dengan Elsyam mereka langsung saja memilih untuk masuk ke ruangan di mana Abraham dirawat.Wajah panik dari Arini berubah seketika menjadi masam lagi, saat melihat seorang wanita yang tengah berdiri di samping kakaknya itu.Abraham pun langsung saja menoleh ia melihat Arini dan juga suam

  • Simpanan Cantik Sang Presdir    Arini Merajuk

    Setelah Arini berhasil menidurkan sang putri, yang memilih untuk bermain dengan ponselnya. Di seberang dirinya ada Elsyam yang tengah berkutat dengan laptopnya.Lelaki itu memang sudah paham bagaimana cara menangani amarah sang istri, ia memilih untuk diam karena jika dirinya terus berkata pasti hari ini akan semakin marah dan kesal saja. Dirinya yakin jika esok pagi pasti amarah dari istrinya sudah reda maka dari itu ia memilih untuk diam.Arini pun memilih untuk melihat-lihat aplikasi orange tempat di mana dirinya berbelanja bahkan 1 bulan ia bisa menghabiskan puluhan juta karena menurutnya. Lebih baik berbelanja online karena ia tidak perlu harus repot-repot datang ke toko dan memilih, mungkin bedanya jika berbelanja online kita harus sabar menunggu.Ia tidak mempedulikan tentang pesan-pesan yang dikirimkan oleh kakaknya itu. Dirinya masih sangat marah dan ia juga tidak bisa berpikir dengan jernih untuk saat ini. Maka dari itu hal ini memilih untuk diam daripada ia berkata dan just

  • Simpanan Cantik Sang Presdir    Terbongkar

    Elsyam memegangi Arini, ia takut jika sampai istrinya itu justru berbuat yang tidak-tidak kepada kakaknya. Tatapan dari Arini benar-benar terlihat begitu murka kepada kakaknya itu, sejak tadi Ia terus saja menuntut sang kakak untuk menceritakan semuanya."Aku tidak menyangka jika selama ini Kakak bisa membohongi adiknya sendiri sampai sebegitu lamanya," ungkap Arini.Abraham yang sejak tadi terus saja diberondong pertanyaan oleh Arini pun, ia benar-benar perangainya sebagai orang yang tegas langsung sirna seketika di hadapan Arini. Memang sejak dirinya mengetahui jika Arini adalah adiknya, ia benar-benar menganggap Arini seperti ibunya sendiri, apalagi saat adiknya marah wanita itu pasti akan sangat sulit untuk dibujuk.Lelaki itu sejak tadi berusaha memberikan isyarat kepada Elsyam, ia berharap jika adik iparnya itu dapat membantu.Arini masih menatap tajam ke arah mereka berdua. Ia tidak menyangka jika ternyata mereka bisa menyimpan rahasia yang begitu besar, pantas saja selama ini

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status