Share

Bab 6. Penjelasan

“Oke, ayo naik ke mobil nanti kita bicara di suatu tempat.” 

Tak butuh waktu lama, Roy pun naik mobil mewah milik Cindy.

Keduanya lalu menuju salah satu cafe yang bukan hanya menyediakan berbagai macam minuman, tapi juga tersedia berbagai makanan.

“Kamu mau pesan apa, Roy?” tanya Cindy saat mereka telah berada di dalam cafe itu.

“Terserah Tante aja, tapi cukup minuman aja karena aku masih kenyang tadi siang makan bareng Diko.” 

“Oke.”

Cindy lalu memanggil pelayan cafe itu untuk menyediakan dua jenis minuman segar.

“Nah, kamu bisa ngomong di sini perihal sesuatu yang ingin kamu sampaikan tadi,” sambung Cindy ketika pelayan cafe telah berlalu dari meja mereka menyiapkan minuman yang mereka pesan.

“Begini Tante, tapi sebelumnya aku harap Tante Cindy nggak marah,” pinta Roy yang tiba-tiba saja ia kembali merasa ragu dan kuatir akan hal yang hendak ia sampaikan pada Cindy.

“Nggak, aku janji nggak akan marah. Ayo, bicaralah!”

Roy menarik napasnya dalam-dalam sebelum berkata, “Begini Tante, sejak Tante mengajakku makan siang bareng beberapa hari yang lalu tiba-tiba aja sebagian besar rekanku sesama OB bertanya begitu pula dengan beberapa karyawan di kantor.”

“Apa yang mereka tanyakan?” potong Cindy, saking penasarannya hingga ia tak sabar agar Roy menyampaikannya.

“Mereka bertanya ada hubungan apa antara aku dengan Tante hingga Tante mengajakku makan siang bareng, padahal hari itu hari pertama aku kerja di kantor perusahaan milik Tante itu.” 

“Loh kok bisa gitu? Lalu kamu jawab apa?” 

“Aku diam aja Tante, aku bingung musti jawab apa.” Roy menjawab dengan raut wajah yang memang menunjukan kebingungan dan rasa tak nyamannya.

“Oke, besok aku akan panggil mereka...”

“Jangan Tante.” potong Roy.

“Loh kenapa?” tanya Cindy yang sempat menunjukan kekesalannya.

“Aku nggak mau nanti Tante memarahi mereka,” jawab Roy cemas.

“Aku nggak akan marah, aku hanya ingin kasih tahu kalau mereka jangan ngurusin hal-hal yang bukan urusan mereka termasuk bertanya tentang ada hubungan apa antara kamu dengan aku. Mereka aku pekerjakan di kantor dan digaji, untuk melakukan pekerjaan dengan baik sesuai tugas dan jabatan mereka masing-masing.” Cindy tampak kesal.

“Iya tapi Tante nggak usah panggil mereka dan memberi tahu hal itu, Tante juga pastinya nanti akan memarahi mereka dan itu yang nggak aku inginkan. Tujuanku memberi tahu Tante perihal mereka bertanya kemarin itu hanya untuk Tante ketahui aja, aku hanya bingung harus jawab apa dan musti gimana.” 

“Tapi karenanya kamu pasti merasa nggak nyaman ditanya seperti itu?”

“Iya sih Tante, tapi nggak apa-apa aku akan berusaha menghilangkan rasa nggak nyaman itu nantinya,” jawab Roy.

“Gini aja Roy, kalau mereka tanya gitu lagi kamu jawab aja jika kamu adalah keponakan Tante,” ujar Cindy.

“Kalau aku jawab gitu apa mereka bakal percaya, Tante?”

“Terserah mereka mau percaya atau nggak, yang penting kamu bisa jawab jika mereka tanya lagi tentang ada hubungan apa antara kamu sama aku hingga kamu aku pekerjakan di kantor dan aku ajak makan siang bareng beberapa hari yang lalu itu.” 

Setelah obrolan mereka selesai, dari cafe itu Roy diantar kembali ke kantor perusahaan di mana dia bekerja dan juga tinggal di sana.

Kemudian barulah Cindy pulang ke kediamannya.

Keesokan harinya Roy kembali bekerja seperti biasanya sebagai OB di kantor perusahaan milik Cindy itu, seperti yang disarankan Cindy setiap kali ada yang bertanya baik dari rekan Roy sesama OB maupun para karyawan di kantor mengenai hubungan dia dengan Cindy, Roy pun menjawab sebagai keponakan dari CEO perusahaan itu.

Seperti biasanya pula selalu ada saja yang penasaran ingin tahu ada hubungan apa antara Roy dan Cindy, hingga mereka kembali bertanya dan berusaha mendapatkan jawaban dari Roy.

Jika beberapa hari yang lalu salah satu rekan sesama OB nya yang bernama Dion dan salah satu karyawan bernama Yudi bertanya padanya, kali ini Riki salah seorang karyawan perusahaan bagian marketing saat Roy mengantarkan beberapa gelas minuman ke ruangan marketing itu.

“Roy..!” panggil Riki ketika Roy ingin berlalu dari ruangan marketing setelah menaruh beberapa gelas minuman berupa kopi hangat di seluruh meja yang ada di ruangan itu.

“Iya, ada apa Pak Riki?” tanya Roy ketika ia menghampiri meja di mana sosok yang baru saja memanggil itu berada.

“Sini duduk dulu, aku mau ngobrol sama kamu. Bolehkan?” pinta Riki.

Roy mengangguk sembari tersenyum ramah dan ia pun duduk di kursi yang berada di sebelah kiri meja Riki.

“Aku dengar kamu OB baru di sini ya?” sambung Riki bertanya.

“Iya Pak Riki, aku di sini baru 2 minggu,” jawab Roy ramah dan santai.

“Gimana, kamu senang ya kerja di kantor ini? 

“Iya Pak, saya senang bisa bekerja di kantor ini.”

Kembali Roy menjawab dengan ramah meskipun di hatinya mulai merasa tidak enak.

“Terang aja senang secara kamu bukan hanya dapat pekerjaan tapi juga dapat perlakuan spesial!” 

Deg!

“Maksud Pak Riki?” 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status