“Oke, ayo naik ke mobil nanti kita bicara di suatu tempat.”
Tak butuh waktu lama, Roy pun naik mobil mewah milik Cindy.
Keduanya lalu menuju salah satu cafe yang bukan hanya menyediakan berbagai macam minuman, tapi juga tersedia berbagai makanan.
“Kamu mau pesan apa, Roy?” tanya Cindy saat mereka telah berada di dalam cafe itu.
“Terserah Tante aja, tapi cukup minuman aja karena aku masih kenyang tadi siang makan bareng Diko.”
“Oke.”
Cindy lalu memanggil pelayan cafe itu untuk menyediakan dua jenis minuman segar.
“Nah, kamu bisa ngomong di sini perihal sesuatu yang ingin kamu sampaikan tadi,” sambung Cindy ketika pelayan cafe telah berlalu dari meja mereka menyiapkan minuman yang mereka pesan.
“Begini Tante, tapi sebelumnya aku harap Tante Cindy nggak marah,” pinta Roy yang tiba-tiba saja ia kembali merasa ragu dan kuatir akan hal yang hendak ia sampaikan pada Cindy.
“Nggak, aku janji nggak akan marah. Ayo, bicaralah!”
Roy menarik napasnya dalam-dalam sebelum berkata, “Begini Tante, sejak Tante mengajakku makan siang bareng beberapa hari yang lalu tiba-tiba aja sebagian besar rekanku sesama OB bertanya begitu pula dengan beberapa karyawan di kantor.”
“Apa yang mereka tanyakan?” potong Cindy, saking penasarannya hingga ia tak sabar agar Roy menyampaikannya.
“Mereka bertanya ada hubungan apa antara aku dengan Tante hingga Tante mengajakku makan siang bareng, padahal hari itu hari pertama aku kerja di kantor perusahaan milik Tante itu.”
“Loh kok bisa gitu? Lalu kamu jawab apa?”
“Aku diam aja Tante, aku bingung musti jawab apa.” Roy menjawab dengan raut wajah yang memang menunjukan kebingungan dan rasa tak nyamannya.“Oke, besok aku akan panggil mereka...”
“Jangan Tante.” potong Roy.
“Loh kenapa?” tanya Cindy yang sempat menunjukan kekesalannya.
“Aku nggak mau nanti Tante memarahi mereka,” jawab Roy cemas.
“Aku nggak akan marah, aku hanya ingin kasih tahu kalau mereka jangan ngurusin hal-hal yang bukan urusan mereka termasuk bertanya tentang ada hubungan apa antara kamu dengan aku. Mereka aku pekerjakan di kantor dan digaji, untuk melakukan pekerjaan dengan baik sesuai tugas dan jabatan mereka masing-masing.” Cindy tampak kesal.
“Iya tapi Tante nggak usah panggil mereka dan memberi tahu hal itu, Tante juga pastinya nanti akan memarahi mereka dan itu yang nggak aku inginkan. Tujuanku memberi tahu Tante perihal mereka bertanya kemarin itu hanya untuk Tante ketahui aja, aku hanya bingung harus jawab apa dan musti gimana.”
“Tapi karenanya kamu pasti merasa nggak nyaman ditanya seperti itu?”
“Iya sih Tante, tapi nggak apa-apa aku akan berusaha menghilangkan rasa nggak nyaman itu nantinya,” jawab Roy.
“Gini aja Roy, kalau mereka tanya gitu lagi kamu jawab aja jika kamu adalah keponakan Tante,” ujar Cindy.
“Kalau aku jawab gitu apa mereka bakal percaya, Tante?”
“Terserah mereka mau percaya atau nggak, yang penting kamu bisa jawab jika mereka tanya lagi tentang ada hubungan apa antara kamu sama aku hingga kamu aku pekerjakan di kantor dan aku ajak makan siang bareng beberapa hari yang lalu itu.”
Setelah obrolan mereka selesai, dari cafe itu Roy diantar kembali ke kantor perusahaan di mana dia bekerja dan juga tinggal di sana.
Kemudian barulah Cindy pulang ke kediamannya.
Keesokan harinya Roy kembali bekerja seperti biasanya sebagai OB di kantor perusahaan milik Cindy itu, seperti yang disarankan Cindy setiap kali ada yang bertanya baik dari rekan Roy sesama OB maupun para karyawan di kantor mengenai hubungan dia dengan Cindy, Roy pun menjawab sebagai keponakan dari CEO perusahaan itu.
Seperti biasanya pula selalu ada saja yang penasaran ingin tahu ada hubungan apa antara Roy dan Cindy, hingga mereka kembali bertanya dan berusaha mendapatkan jawaban dari Roy.
Jika beberapa hari yang lalu salah satu rekan sesama OB nya yang bernama Dion dan salah satu karyawan bernama Yudi bertanya padanya, kali ini Riki salah seorang karyawan perusahaan bagian marketing saat Roy mengantarkan beberapa gelas minuman ke ruangan marketing itu.
“Roy..!” panggil Riki ketika Roy ingin berlalu dari ruangan marketing setelah menaruh beberapa gelas minuman berupa kopi hangat di seluruh meja yang ada di ruangan itu.
“Iya, ada apa Pak Riki?” tanya Roy ketika ia menghampiri meja di mana sosok yang baru saja memanggil itu berada.
“Sini duduk dulu, aku mau ngobrol sama kamu. Bolehkan?” pinta Riki.
Roy mengangguk sembari tersenyum ramah dan ia pun duduk di kursi yang berada di sebelah kiri meja Riki.
“Aku dengar kamu OB baru di sini ya?” sambung Riki bertanya.
“Iya Pak Riki, aku di sini baru 2 minggu,” jawab Roy ramah dan santai.
“Gimana, kamu senang ya kerja di kantor ini?
“Iya Pak, saya senang bisa bekerja di kantor ini.”
Kembali Roy menjawab dengan ramah meskipun di hatinya mulai merasa tidak enak.
“Terang aja senang secara kamu bukan hanya dapat pekerjaan tapi juga dapat perlakuan spesial!”
Deg!
“Maksud Pak Riki?”
“Walaupun hasilnya positif menyatakan jika Willy adalah anak kandungku, aku akan tetap ceraikan Yurika karena dia telah menghianatiku selingkuh dengan pria lain.” Tegas Anton.“Lalu bagaimana dengan Willy?” tanya Bramasta lagi.“Maksud lu?” Anton balik bertanya.“Mas kan bilang walaupun nanti hasil tes DNA nya positif Willy adalah anak kandung Mas Anton, Willy akan ikut siapa jika Mas ceraikan Yurika?” jawab Bramasta.“Oh, ya tentu tinggal bareng aku dan aku yang lebih berhak menjadi pengasuhnya karena Yurika udah melakukan kesalahan fatal selingkuh dengan pria lain dan aku yakin akan menang di pengadilan nanti,” tutur Anton.“Aku sama sekali nggak nyangka akan terjadi hal seperti ini dalam rumah tangga Mas dengan Yurika,” ujar Bramasta sembari geleng-geleng kepala.“Apalagi aku Bram, kurang apa coba segala yang dia inginkan aku penuhi. Tega-teganya dia menghianatiku,” keluh Anton.“Mas yang sabar ya?” Bramasta menangkan hati sepupunya itu, Anton mengangguk pelan sembari menarik napas
Yurika buru-buru bangun namun tak berhasil mencegah Anton yang lebih cepat turun ke lantai bawah kemudian ke luar dan naik ke mobilnya lalu meninggalkan rumah itu, Yurika hanya dapat melihat kepergian suaminya itu dari teras di lantai atas.Yurika ingin sekali memekik sejadi-jadinya memanggil Anton, akan tetapi hal itu diurungkannya ketika terdengar tangisan bocah dari dalam dan ia pun bergegas menuju kamar itu.Sebuah hotel menjadi tujuan Anton setelah dirinya meninggalkan Yurika serta bocah laki-laki yang selama ini sangat ia sayangi sebagai darah dagingnya dengan istrinya itu dan menganggap Angel mandul tak bisa memberinya keturunan, setiba di kamar hotel Anton yang masih dikuasai amarah langsung menghubungi sepupunya di Jakarta.“Hallo, Mas Anton.” Sapa sepupunya itu setelah mengangkat panggilan di ponselnya.“Hallo juga Bram, udah bangun lu?” balas dan tanya Anton.“Baru bangun dan akan mandi, tumben pagi-pagi gini Mas nelpon ada apa?” Bramasta balik bertanya.“Benar-benar brengs
Sebuah kamar di dalam rumah mewah di Malaysia, malam itu tampak 3 orang tengah tidur nyenyak. Tiga orang itu tiada lain adalah Anton mantan suami Angel, Yurika istri baru Anton dan seorang bocah laki-laki berusia 5 tahun.Sekitar jam 1 tengah malam Anton tiba-tiba saja terbangun dari tidurnya, bukan karena nyamuk akan tetapi karena getaran yang berasal dari ponsel Yurika yang saat itu beberapa pesan WA masuk.Posisi ponsel Yurika berada di samping bantalnya, karena penasaran siapa gerangan yang mengirim pesan tengah malam ke ponsel istrinya itu Anton pun segera meraih ponsel itu.Saat Anton membuka pesan WA di ponsel istrinya, pesan itu berasal dari seorang pria bernama Joni. Anton pun membaca pesan WA itu dan alangkah terkejutnya di sana sosok Joni memanggil Yurika dengan panggilan sayang, Anton semakin penasaran dan menscroll pesan itu lebih ke atas dan saat itulah kedua mata Anton terbelalak.Jantungnya berdegup kencang, darahnya berasa naik ke ubun-ubun saat membaca pesan yang sal
“Iya juga sih Roy, serba salah jadinya. Nggak diceritakan jadi ganjalan di hati, di ceritakan begini jadinya.” Ujar Ardi.“Benar Bang,” ucap Roy singkat.“Kamu jadi kembali ke majikanmu yang dulu itu? Lalu apa kerjamu sekarang Roy?” tanya Ardi.“Ya, aku emang kembali ke rumah Tante Angel. Sekarang aku kerja sebagai supir merangkap asisten pribadinya,” jawab Roy.“Loh, kemarin kamu sempat bilang jika dia akan membuka perusahaan pariwisata di sana dan kamu akan ditunjuk sebagai pengelolanya?” Ardi kembali bertanya.“Jadi Bang, untuk membangun perusahaan itu tentu saja butuh perencanaan yang matang serta pelaksanaannya butuh waktu. Makanya untuk sementara aku dijadikan supir dan asisten pribadi oleh Tante Angel, nanti aku akan kasih kabar sama Bang Ardi jika perusahaan itu telah berdiri dan berjalan.” Tutur Roy.“Iya Roy,” ujar Ardi.“Ya udah Bang, kapan-kapan aku telpon lagi. Selamat pagi dan selamat bekerja kembali Bang,” ucap Roy.“Oke Roy, selamat pagi.” balas Ardi lalu percakapan me
“Biasanya kamu sibuk saat akhir bulan, inikan baru minggu kedua itupun kamu nggak pernah Oma lihat seperti ini duduk sendirian sambil bermenung. Ayolah Viola cerita aja sama Oma apa yang sedang kamu pikirkan?” Oma yang tahu persis akan sikap cucunya itu tentu saja tak percaya dan curiga ada sesuatu yang tengah terjadi di diri Viola.“Mas Roy resign dari kantor dan sekarang pergi tinggalkan pulau ini,” Viola akhirnya jujur karena ia merasa takan bisa sembunyikan tentang yang ia lamunankan saat itu.“Roy resign dan pergi? Kapan itu dan ia pergi ke mana?” tanya Oma kaget.“Sehari sesudah aku memarahinya, aku juga nggak tahu apakah dia pulang ke desanya atau kembali ke Jakarta.” Jawab Viola.“Wah, kok sampai separah ini akibatnya hingga dia resign dan pergi.” Oma tak menyangka.“Aku juga nggak menyangka Oma, barang kali benar dugaanku dan juga Puspa jika dia nggak benar-benar mencintaiku.” Ulas Viola dan terdengar dia menarik napas dalam-dalam.“Kamu jangan terlalu cepat menyimpulkan begi
Sore itu sepulang dari kantor, Roy yang telah mandi dan mengganti pakaiannya langsung menuju perkarangan belakang di mana di sana terdapat kolam renang. Roy duduk di kursi yang di depannya sebuah meja berbentuk bulat dan beratap ayaman serap kayu hingga saat tengah hari pun duduk di sana akan tetap terasa sejuik.Setelah menyeruput kopi hangat yang tadi dibuatkan Bi Surti, Roy pun menyulut sebatang rokok dan menghisapnya lalu menghembuskan asapnya ke atas. Melihat dari sikapnya itu agaknya ada sesuatu yang tengah mengganjal pikirannya, tatapannya begitu kosong mengarah ke tengah-tengah kolam.“Nggak terasa udah 1 minggu lebih aku berada di sini dan bekerja sebagai supir merangkap asisten pribadi Tante Angel,” gumamnya dalam hati, lalu ia meraih ponselnya yang ia taruh di atas meja bulat di dekat gelas berisi kopi itu.“Pesan WA ku dia baca tapi nggak direspon sama sekali, agaknya memang Viola benar-benar marah bahkan mungkin juga benci sama aku. Ada baiknya aku ganti kartu aja agar ak
“Maaf Bu, saya sebenarnya saat Mas Roy menemui saya dan mengajukan resign ingin sekali menelpon Bu Viola. Akan tetapi saat Mas Roy mengatakan jika alasan ia resign karena Bu Viola marah padanya, saya tidak berani menghubungi Ibu. Selain mengembalikan kunci kontak mobil operasional, Mas Roy juga mengembalikan kunci rumah yang ia tempati,” tutur Puspa.“Hah? Kunci rumahnya juga ia serahkan sama Bu Puspa?” kembali Viola terkejut.“Benar Bu,” ucap Puspa menegaskan kembali.“Terus dia bilang nggak akan ke mana dan menginap di mana?” tanya Viola.“Mas Roy bilang jika tidak kembali ke desanya, dia akan ke Jakarta. Mengenai tempat menginap hari itu dia akan menemui Bang Ardi sekaligus menginap ke sana sebelum ia memutuskan untuk pergi ke desanya atau ke Jakarta.” Jelas Puspa, terdengar jelas tarikan napas berat Viola dan ia pun seakan duduk terhenyak di kursinya mendengar keterangan dari Puspa itu.“Aku nggak nyangka akan seserius ini dampaknya setelah aku marah padanya hari itu di sebuah caf
Hari ke empat sejak Roy meninggalkan Pulau Bali dan kembali ke Jakarta, Viola baru mau mengaktifkan ponselnya yang sejak bertemu terakhir dengan Roy di cafe ponsel itu sengaja ia matikan dan taruh di dalam lemari.Selama empat hari itu pula Viola tidak masuk ke kantor, kesehariannya hanya ia habiskan waktu di rumah terlebih di dalam kamarnya. Begitu terpukulnya dia setelah Roy mengungkapkan semua tentang masa lalu kekasihnya itu, hingga akibat kesal dan juga amarah membuat CEO cantik perusahaan pariwisata itu bersikap seperti itu.Ponsel yang baru ia aktifkan itu ternyata terdapat beberapa kali panggilan tak terjawab dan 1 pesan WA dari Roy, karena penasaran pesan WA itu pun ia buka.“Aku tahu kamu nggak bisa menerima akan semua yang aku ceritakan perihal masa laluku itu, aku pun menerima jika memang kamu marah bahkan juga benci padaku. Aku sadar dan mengakui jika aku telah berbuat suatu kesalahan besar, harusnya sejak awal aku ceritakan tentang masa laluku itu padamu. Untuk itu aku m
Pagi itu Angel sarapan tak lagi sendiri melainkan ditemani oleh Roy yang juga telah mengenakan pakaian rapi, sementara ketiga pembantu rumah itu sarapan di meja makan di ruangan belakang.“Benar nih kamu nggak ingin istirahat dulu soalnya baru kemarin kamu tiba di sini dari Bali?” tanya Angel membuka obrolan mereka di meja makan.“Nggak Tante, aku merasa cukup fit kok pagi ini.” jawab Roy diiringi senyumnya.“Oh syukurlah kalau begitu, berarti nggak ada salahnya kan kalau pagi ini aku ajak kamu ke kantor?” ucap Angel.“Tentu nggak Tante, kira-kira apa tujuan Tante mengajakku ke kantor soalnya tadi malam Tante nggak bilang alasannya?” tanya Roy.“Kamu kan belum pernah aku ajak melihat kantor perusahaanku dan memang selama kamu dulu kerja di rumah ini, kamu nggak sekalipun aku minta datang ke sana. Di samping itu di sana nanti kita bahas tentang rencana membuka perusahaan pariwisata yang tempo hari aku bilang sama kamu saat kita bertemu di Bali,” tutur Angel.“Oh begitu, Tante yakin aka