"Tapi juragan Namiya masih kecil dia baru saja naik kelas tiga SMA." ucap bude Lilis
"Benar juragan, dia masih di bawah umur, juragan bisa kena masalah menikahi gadis di bawah umur" ucap kang Dirman. "Alah... Apa sih yang nggak bisa kalau pakai uang, nikah siri itu gampang, tinggal baca ijab qabul, kasih mahar dan kasih amplop buat penghulu, udah selesai" ucap juragan Kasman dengan arogan. "Saya menginginkan gadis itu, jiwa muda saya bergelora saat melihat nya, jadi bagaimana dek Miya, kamu mau kan jadi istri ke empat mas, mas janji akan membahagiakan kan kamu lahir bathin, mas ini masih sangat perkasa dan uang mas sangat banyak, mas bisa memberikan apapun buat kamu" ucap juragan Kasman. Rasa jijik di hati Miya membuat perut nya melilit... Mual... Ingin muntah... Panggilan mas yang di selipkan oleh juragan Kasman pada diri nya membuat Namiya ingin muntah. "Tidak perlu kek... Kami akan segera pindah, hari ini juga" sebuah suara menjawab ucapan juragan Kasman. Tiga gadis masuk ke halaman masih dengan menggunakan pakaian seragam berbeda. Suara yang barusan menggema berasal dari gadis dengan seragam putih biru. Namira. Mata juragan Kasman jelalatan apa lagi saat melihat Nalisa yang memiliki tubuh lebih berisi dari pada Namiya di balik seragam putih abu abu nya. Keempat gadis itu memiliki kecantikan sendiri sendiri, dan memiliki pesona memikat yang tersembunyi di balik pakaian tertutup dan hijab mereka. Tapi mata buaya juragan Kasman bisa melihat pesona itu walaupun tertutup sangat rapat. "Kalian sudah pulang? Ayo cepat masuk" perintah Namiya. "Nggak mbak, kita akan hadapi ini bersama sama," ucap si tomboi Namira. "Saya akan memberi kalian waktu berfikir tiga hari, tiga hari lagi saya akan datang dengan dua pilihan, membawa seserahan atau atas dept kolektor. Saya akan menunggu jawaban Kalian" ucap juragan Kasman sambil membalikkan tubuh nya dan berlalu pergi. "Maaf" ucap kang Dirman sebelum meninggal rumah Namiya. "Jika berhasil menikahinya aku akan dapat durian runtuh, beli satu dapat empat" seringai juragan Kasman dengan wajah menjijikan. Namiya merasa lutut nya sangat lemas, dia merasa kehilangan tenaga bahkan untuk bergerak masuk kembali ke dalam rumah. "Ayo mbak masuk" ucap Nalisa sambil memapah Namiya di bantu oleh Namira. Bude ikut masuk sambil menggandeng si bungsu Nafisa. "Jadi bagaimana nduk? Bude mohon jangan sampai kamu menerima pinangan juragan Kasman, jangan sampai kamu menjadi istri ke empat nya." ucap bude Lilis. "Tidak bude, tentu saja tidak, kami akan pindah dari sini, mbak Miya jauh lebih berharga dari pada rumah ini, biarkan saja juragan Kasman mendapatkan rumah ini, kami tidak peduli" ucap Nalisa. "Benar, walaupun rumah ini punya banyak kenangan tentang ibu tapi itu tidak lebih besar dari pada kehormatan mbak Miya" ucap Namira. "Maaf ya... Mbak merasa sangat jijik, hingga mbak merasa ingin pingsan saat juragan menatap mbak seperti mbak itu sapi yang akan dia beli" ucap Namiya. "Nggak papa mbak, lumrah kalau mbak itu merasa jijik seperti itu" ucap Nalisa. "Jadi apa rencana kalian?" tanya bude Lilis "Ngontrak bude, pindah dari sini, sebelum tiga hari berlalu kami sudah harus mengosongkan rumah ini, tapi bagaimana cara nya?" tanya Nalisa. "Kalian nggak usah khawatir, bude akan membahas ini dengan pak RT, kami akan mambantu kalian, kalian coba ke rumah buk hajjah nurul, tanya apa masih ada kontrakan nya yang kosong, jika masih kami akan mambantu kalian untuk pindah" ucap bude Lilis. "Baik bude kami segeran ke sana" ucap Namiya. *** Diam diam namiya dan ketiga adik nya berhasil memindahkan seluruh barang menuju kontrakan buk hajjah nurul dengan bantuan seluruh warga. Kebetulan kontrakan buk hajjah nurul kosong sejak dua minggu yang lalu jadi mereka bisa segera pindah. Namiya membayar biaya kontrakan nya untuk satu tahun buat mereka tinggal setahun ke depan. Kontrakan buk hajjah sangat aman, karena terletak di tempat yang sama dengan dengan rumah, di kelilingi pagar setinggi dua meter dengan dua akses gerbang, akses utama buat buk hajjah dan keluarga nya dan akses samping buat orang orang yang mengontrak tujuh unit rumah kontrakan nya. Di tambah dua orang anak buk hajjah adalah polisi jadi juragan Kasman tidak akan berani macam macam. Bude Lilis dan Namiya sudah menjelas pada buk hajjah kondisi Namiya sebenarnya dan buk hajjah setuju mengizinkan Namiya dan adik adik nya ngontrak di rumah nya. *** "Apa rencana mbak setelah ini, apa mbak akan kuliah?" tanya Nalisa. Setelah beberapa bulan akhir nya masa SMA Namiya akan segara berakhir, secara bertahan kehidupan mereka membaik. Juragan Kasman yang sempat mengejar ngejar Namiya walaupun gadis itu sudah pindah rumah berakhir setelah di ancam oleh anak buk hajjah yang polisi dengan ancaman pelacehan gadis di bawah umur dengan hukuman dengan 15 tahun penjara. Juragan Kasman ketakutan mendengar ucapan anak nya buk hajjah nurul yang polisi. "Mbak nanti aku akan menjadi polisi, agar aku bisa melindungi kalian semua, kita semua harus berpendidikan agar tidak ada satu orang pun lagi yang akan mengganggu kita" ucap Namira dengan pandangan takjub melihat anak buk hajjah Nurul yang menjadi panutan terbaru nya. "Iya, karena itu kamu harus rajin belajar, raih nilai yang bagus,masuk SMA terbaik dan langkah kamu semakin gampang untuk bisa jadi polisi" ucap anak buk Hajjah dengan lembut. "Baik om. Mira akan akan rajin belajar, mira akan jadi polisi yang hebat" ucap gadis kelas tia SMP tersebut. "Bagus" ucap Anak buk hajjah tersebut sambil mengusap rambut Namira, gadis itu seumuran anak pertama nya, melihat semangat gadis itu pak polisi itu sangat senang. *** "Tabungan kita sudah menipis, hanya tersisa 25 juta saja, jika nanti di bayarkan untuk sewa tahun ke dua sama buk hajjah akan berkurang enam juta lagi, belum lagi tahun ini kalian akan butuh banyak biaya, Nalisa akan naik kelas tiga, namira akan masuk SMA dan Nafisa akan masuk SMP, karena itu mbak udah memutuskan, mbak akan berangkat ke kota untuk mencari kerja," ucap Namiya pada ke tiga adik nya. "Ke kota mbak?" Tanya Nalisa "Iya... Lis, mbak akan ke kota, mbak dapat tawaran kerja dari mbak Nuri di kota" ucap Namiya "Mbak Nuri? Mbak di tawari kerja di mana sama dia?" Tanya Nalisa "Kerja di cafe, jadi kayak jadi pelayan cafe gitu, gaji nya lumayan Lis, tiga juta sebulan, itu belum semua nya, nanti ada uang tip juga, mbak juga dapat mess dan jatah makan saat waktu shift nya mbak kerja." Ucap Namiya "Tapi mbak, mbak Nuri itu kata orang orang kerja yang salah di kota, dia kerja di diskotik gitu mbak sebagai cewek malam" ucap Nalisa "Nggak kok, mbak Nuri sudah bilang sama mbak kalau dia kerja sebagai kasir di restoran tersebut, mbak Nuri juga menunjukkan foto foto restoran tempat dia kerja sama mbak" ucap Namiya. "Tapi mbak...." ***"mom... jadi bunda benar benar sudah meninggal ya?" Niscalla yang sedang di tidur kan oleh Namiya di ranjang nya bertanya lirih. "Kenapa Niscalla bertanya kayak gitu? memang nya Niscalla tau apa arti nya meninggal dunia?" tanya Namiya sambil mengelus punggung sang putra yang tertidur miring memeluk pinggangnya. "tau... meninggal itu adalah saat bunda tidak sakit lagi karena bunda sudah bersama Allah, dan Niscalla tidak akan pernah bertemu lagi sama bunda" ucap nya dengan suara bergetar. "apa Niscalla sedih? Niscalla merindukan bunda?" tanya Namiya. sang putra tidak menjawab tapi Namiya bisa merasakan anggukan kepala Niscalla di dada nya. "apa Niscalla tau, walaupun bunda udah bersama Allah, tapi bunda masih bisa melihat Niscalla, jadi Niscalla harus jadi anak Sholeh, jangan tinggalkan sholat, jangan lupa doakan bunda selalu bahagia bersama Allah " ucap Namiya "apa jika Niscalla banyak berdoa bunda akan masuk surga?" tanya Niscalla. "tentu saja, karena Allah sangat menci
Tangisan pilu Niscalla terasa mengiris hati Namiya dengan silet kala tubuh Moana yang sudah di balut kain putih di turunkan ke liang lahat. Namiya merasa hancur melihat tangis sang putra, satu-satu nya hal yang bisa dia lakukan hanya bisa memeluk erat sulung nya itu. Saat prosesi pemakaman itu selesai Niscalla tertidur di bahu Namiya, kelelahan karena terlalu banyak menangis. Saat satu persatu pelayat meninggalkan area pemakaman yang berada di komplek pemakaman elit di puncak sebuah bukit hijau itu hingga menyisakan keluarga inti saja. "Eyang pamit dulu," Winarti Nugraha pamit pada Allarick yang masih berlutut di dekat makam mbak Moana dengan tangan terangkat karena masih mengirimkan jutaan do'a buat sang istri. "baik eyang" ucap Allarick singkat sambil mengusap kan tangan nya ke wajah sebagai penutup do'a. "oh iya, eyang tunggu kamu di rumah utama, banyak yang harus kita bahas setelah ini tentang masa depan kamu dan Niscalla" ucap Eyang Winarti. "Aku tidak akan datang e
"Mommy nggak papa bilang gitu sama nenek nya mas Al?" tanya Namiya sambil berjalan ke satu kursi di lorong yang panjang. "harus Nin... dia benar benar sudah keterlaluan, bagaimana pun kamu tetap menantu mereka, tidak seharusnya kamu di hina seperti itu, jika Allarick mendengar tadi, dia pasti melakukan hal yang sama dengan yang mommy lakukan" ucap mommy Noura dengan santai. "kalau dia kenapa napa gimana? mommy bisa di salah kan oleh semua orang" ucap Namiya sambil melirik Oma Allarick yang sedang di tenangkan oleh anak dan menantu nya dengan ekor mata nya. "tenang aja, kita di rumah sakit, kalau ada apa apa bisa langsung di periksa, kalau memang hal buruk terjadi ya udah anggap saja itu takdir, mommy yakin nggak ada yang akan menyalahkan mommy, yang ada mereka akan berterima kasih sama mommy" ucap mommy Noura dengan santai sambil duduk bersandar di kursi yang terasa sangat dingin. Namiya ikut diam dan kembali menatap sisi lain dengan ekor mata nya, perlahan dia melihat ibu Nas
"Saya terima nikah dan kawin nya Namiya Anggraini binti Burhan dengan mahar nya tersebut di bayar tunai..." Allarick menjawab dengan suara yang jelas walaupun bergetar dan tercekat di tenggorokan nya "Alhamdulillah..." lirih suara Moana terdengar penuh kebahagiaan. "karena secara negara kalian masih terikat pernikahan, tidak ada hal lagi yang harus di perbarui dan di catat, jadi saya pamit dulu" ucap pak penghulu "terima kasih banyak pak, sudah bersedia di panggil tengah malam gini, " ucap Allarick "Sama sama pak, kalau begitu saya pamit ya" ucap bapak tersenyum sebelum keluar dari ruang HCU di ikuti dokter dan perawat laki laki yang menjadi saksi ijab qabul rujuk Namiya dan Allarick "makasih ya dek... sekarang kalian udah suami istri lagi, mbak udah lega, jika nanti janjian mbak datang mbak nggak akan punya beban lagi" ucap Moana "mbak... aku mohon jangan bilang gitu, aku takut mbak, aku belum siap kehilangan mbak Moana, Niscalla juga masih membutuhkan bunda nya" ucap Namiy
Namiya menekan gas sedalam yang dia bisa, baru sebentar rasa nya dia tertidur tapi panggil telpon dari sang suami yang meminta nya ke rumah sakit membuat rasa kantuknya hilang entah kemana. Namiya merasa perasaan nya bercampur aduk, perasaan tidak enak menyelubungi hati nya yang berdebar dengan keras. setelah memarkir mobil nya, Namiya berlari ke ruang HCU di lantai dua rumah sakit. sesampai nya di sana Namiya sangat kaget karena banyak nya orang di sana, Namiya melihat sosok ayah dan ibu tiri Allarick yang sempat berkenalan beberapa bulan yang lalu. ada juga mommy Noura dan dua anak gadis yang seperti nya adalah adik adik tiri nya Allarick. Juga seorang wanita uzur yang duduk di atas kursi roda dengan wajah judes menatap Namiya. mereka semua terpekur duduk di atas kursi besi dengan ekspresi Kacau. "Miya... kamu udah datang?" saat melihat kedatangan Namiya mommy Noura dan ibu Nastiti langsung berdiri menyambut nya kedatangan nya. "ayo masuk, di dalam ada Allarick, Moana udah
Namiya merasa tubuh nya luruh, dia memang tau dari fisik nya saja Moana terlihat sudah sangat parah. terbaring di ranjang dengan jarum jarum yang menusuk kulit nya yang tipis. selang oksigen melintang di atas bibir membantu nya untuk bernafas, walaupun masih terlihat kesusahan karena sosok nya yang sudah ringkas. bahu nya turun naik bernafas dengan kesusahan walaupun sudah mendapatkan bantuan dari selang oksigen yang menderu dengan yg deras. "mbak..." "Dek... Niscalla butuh ibu, Niscalla butuh ibu nya, saat mbak pergi nanti siapa lagi yang pantas menjadi ibu Niscalla kalau bukan kamu ibu kandung nya." "apa kamu sanggup membayangkan Niscalla hidup di bawah asuhan ibu tiri, tapi kali ini ibu tiri nya pasti akan memiliki anak sendiri, tidak seperti mbak yang tidak punya rahim ini" "apa Niscalla akan bisa memiliki kasih sayang dari wanita itu?" ucap Moana. "aku bisa mengambil kembali hak asuh anak ku mbak jika memang hal seburuk itu terjadi, tapi aku yakin mbak Moana pasti