Share

Bab 2. Pencarian

Kini Ayumi telah berada di depan rumahnya. Dia tau hal apa yang akan terjadi pada dirinya. Rasanya saat ini Ayumi ingin mencekik Miranda hingga sekarat. Bisa-bisanya kedua jalang itu menjebak dirinya.

Brak. Tanpa mengetuk pintu, Ayumi mendobrak pintu masuk itu. Benar saja, seakan seluruh keluarganya menantikan kepulangan dirinya. Namun satu hal yang membuat Ayumi bertambah geram, ayah kandungnya menatapnya nyalang. Ini sepertinya lebih parah dari apa yang dia bayangkan. Secepat kilat ayah kandungnya mendaratkan sebuah tamparan di pipi mulusnya.

"Kau beraninya pulang ke rumah dengan keadaan begini?" tanyanya dengan nada geram.

"Ayah! Apa Ayah sadar apa yang ayah lakukan kepadaku? Seumur hidup bunda tak pernah berkata kasar padaku. Tetapi lihat, Ayah bahkan tega memukulku!" Ayumi kini berlinang air mata. Gadis itu bahkan masih terduduk di lantai akibat tamparan keras dari ayahnya.

"Aku bahkan bisa melakukan yang lebih lagi, Ayumi. Ayah tak menyangka kau bahkan tidur dengan banyak lelaki! Lihat tubuhmu! Apa yang dikatakan oleh Miranda selama ini benar. Ayah hanya membesarkan seorang jalang!"

Plak.

Kembali sebuah tamparan mendarat di pipi Ayumi. Bahkan kali ini lebih keras dari sebelumnya. Terlihat darah mengalir di sudut bibir Ayumi. Gadis meringis kesakitan. Sakit, tapi lebih sakit hatinya. Dijebak, difitnah dan sekarang ayah kandungnya memukulnya. Meragukan dirinya, darah dagingnya.

"Sayang, ini baju-baju Ayumi. Sesuai perintahmu, aku telah mengemasnya," kata Kiranti dengan senyum liciknya. Ya, rencana menyingkirkan Ayumi berhasil dengan sempurna. 

"Keluar kau dari rumah ini!" Tangan kekar milik ayah Ayumi segera menyambarnya dan melemparkan koper berisi baju-baju milik Ayumi itu dengan kasar. Bahkan mengenai tubuh mungil Ayumi. Perasaannya hancur seketika. Gadis itu bangkit, dengan tangan gemetar Ayumi menghapus air matanya.

"Ayah, seumur hidup aku akan mengenang penghinaan ini. Maka dari itu, aku harap Ayah tak akan menyesal dengan keputusan Ayah ini," ucap Ayumi sembari berbalik menuju pintu rumah keluarga Malik.

"Aku tidak akan pernah menyesal! Kau sudah membuatku malu dengan kelakuanmu yang tidak pulang semalam. Dan aku juga mendapat sebuah foto dimana dirimu tidur di sebuah ranjang kamar hotel! Pergilah, reputasi keluarga Malik akan hancur cepat atau lambat. Jika kau terus berada di sini."

Ayumi terus berjalan dengan menatap nanar langit yang kini sedang mendung. Seperti hatinya yang sedang berkabut, seakan langit benar-benar mewakilkan suasana hatinya. Hujan deraspun membasahi bumi.

"Katakan, kesialan apa lagi yang harus aku alami?" Ayumi terus menyeret kakinya dibawah hujan deras. Tanpa mempedulikan sekitarnya yang menatapnya aneh. Hatinya hancur bersamaan dengan hidupnya. Pertama dirinya dijebak dan telah kehilangan keperawanannya, kedua dia difitnah oleh saudara tirinya dan ketiga dia diusir oleh ayah kandungnya!

"Bahkan langit ikut menangis tak kala melihat kehancuranku. Sepertinya aku harus hidup dengan kekuatanku sendiri, atau aku akan terus menerus diinjak-injak oleh mereka. Permainan takdir ini begitu menggelikan bukan?" Ayumi tersenyum miris melihat dirinya hari ini. Bak sampah yanh tiada berguna, dirinya langsung dibuang tanpa perlu mendengar satu kata pembelaan keluar dari bibirnya.

****

Di sisi lain, seorang pria angkuh begitu emosi tak kala para bawahannya tak mampu menemukan gadis asing yang keluar dari kamar hotel miliknya. Lelaki itu bahkan menghancurkan apa saja yang ada di depannya. Hingga sebuah suara membuatnya mengalihkan pandangannya.

"Hai kawan, ada apa denganmu? Mengapa kau kesetanan seperti itu?"

"Diamlah kau Daniel! Bawahanku benar-benar tak becus menjalankan perintahku! Hanya mencari seorang gadis saja mereka sampai detik ini belum menemukan jejaknya!" Seru Smith dengan dada yang naik turun. 

Sepertinya ini kabar baik sekaligus kabar buruk bagi keluarga Alister. Kabar baiknya adalah, keluarga Alister tak perlu kagi khawatir jika Smith lelaki yang tidak normal. Tentu saja hal ini akan berlangsung baik dengan Smith yang tentunya akan memberikan keturunan yang luar biasa hebat dalam sejarah keluarga Alister mengingat penyakitnya. Kabar buruknya adalah, gadis itu pergi meninggalkan Smith. Yang artinya keluarga Alister juga harus bersusah payah untuk mendapatkan gadis itu. Satu-satunya gadis yang membuat seorang Smith dengan penyakitnya yang gila akan kebersihan itu.

"Katakan dengan rinci apa yang terjadi aku akan memberikan solusi untukmu kawan. Meskipun aku sangat ingin menonjok wajahmu itu karena tak menjemputku di bandara, tak masalah mengingat saat ini kau tengah kesetanan. Katakan, siapa gadis itu?" Daniel segera menyambar anggur yang ada di meja. Sepertinya itu milik Smith.

"Aku tak tau siapa dia. Yang jelas aku telah merenggut keperawanannya tadi malam," jawab Smith dengan ekspresi yang susah dibaca. Apa yang dikatakan Smith tentu saja membuat Daniel terkesiap kaget.

"Bruffftt."

"Daniel! Kau menjijikkan! Pelayan, bersihkan lantainya sekarang juga."

Smith menjauh dari Daniel. Benar-benar setan! Rutuk Daniel dalam hati. Namun mengingat emosi Smith yang meluap-luap, Daniel hanya mampu menghela nafas panjangnya.

"Kau bilang telah mengambil perawannya? Apa di sprei kau menemukan bercak darah itu?" tanya Daniel mengintrogasi.

"Tentu saja! Itu semakin membuatku gila! Dia satu-satunya yang bisa kusentuh tanpa harus merasa jijik sedikitpun. Bayangkan, seminggu sudah aku berada di titik menginginkannya. Aaaarrrrghhh!" teriakan frustasi dari Smith membuat Daniel yakin jika Smith mungkin saja bisa sembuh melewati gadis itu. Satu-satunya cara adalah mendapatkan gadis itu dan menempatkannya di sisi Smith.

"Dimana sprei itu? Aku bisa mencari tau melewati noda darah itu jika kau mau. Bagaimana?" tanya Daniel. Smith segera menoleh kearah Daniel. Benar juga, Daniel merupakan dokter keluarga Alister. Sejak belia dia bahkan banyak sekali memenangkan penghargaan hingga membuat Daniel mendapat gelar Doctor Of Medicine.

"Daniel! Kau keberuntunganku. Sebentar aku ambilkan sprei itu." Smith berjalan tergesa-gesa. Untung saja Daniel hari ini ke rumahnya. Jika tidak, mungkin kan membutuhkan waktu lama untuk mengetahui siapa gadis itu. Setelah sekian lama, Smith muncul dengan kain sprei putih di tangannya.

"Kupikir kau sudah membuangnya," ledek Daniel.

"Tidak! Itu karena akulah yang merenggut keperawannya. Aku harus bertanggung jawab jika dia hamil anakku," ucap Smith sembari menjatuhkan bokongnya di sofa.

"Hei, jangan berfikir dengan sekali kau mantap-mantap dengannya, bukan berarti dia akan langsung hamil nantinya. Jangan terburu-buru terlebih dahulu. Lebih baik kau berfikir dengan jernih. Jangan sampai hal ini bocor ke luar. Jika tidak, kau tidak akan bisa menyelamatkan reputasimu karena menodai seorang gadis." Daniel segera menerima sodoran sprei dari tangan Smith.

"Ada kemungkinan gadis itu hamil Daniel. Karena aku melakukannya berulang-ulang hingga jam 3 dini hari. Aku benar-benar kehilangan kontrol atas diriku sendiri," kata Smith sembari mengusap wajahnya kasar.

"Hah? Kau baru pertama kali melakukannya dan kau bahkan melakukannya hingga beberapa ronde? Kau gila! Pantas saja kau kesetanan saat kau mencarinya namun tak menemukan keberadaannya. Sepertinya dia bagai candu untukmu Smith."

Aku memang sudah gila, Daniel. Hingga aku harus menemukannya apapun yang terjadi. Batin Smith bergejolak.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status