Share

18. Titik terang.

Walau hati sesak dan amarah yang berkumpul di dalam hati, seperti bom yang telah tertarik sumbunya siap untuk diledakkan saat ini juga. Tapi aku tak ingin gegabah. Aku mundur dan memutar. Jika tadi aku berniat masuk lewat pintu samping, kini aku memutar ke arah depan. Masuk ke pintu yang seharusnya aku lalui.

Berjalan tergesa-gesa menyamarkan deru amarah dengan deru napas yang capek karena setengah berlari.

"Loh ... Nyonya kok sudah pulang?!" tanya Bi Susi kaget melihatku datang. Wajahnya terlihat sedikit kaget. Namun dengan cepat ia netralkan. Aku tersenyum kecut. Sungguh lihat para serigala yang aku pelihara di rumah ini.

"Iya, Bi. Dompet saya ketinggalan di kamar, makanya balik lagi," jawabku datar sambil berlalu pergi. Hatiku masih panas melihat wajahnya. Aku takut jika berlama-lama, nanti aku tak sanggup mengontrol emosiku sendiri.

Sesampainya di kamar dengan cepat aku mengambil dompetku lalu kembali keluar. Aku menuruni tangga dengan cepat dan mengabaikan keberadaannya. Mungk
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status